Kondisi Terkini Kasus TBC di Gowa Sulawesi Selatan

Kasus penderita TBC meningkat di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada tahun 2019. Terbukti dari temuan Dinkes Gowa.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, dr Hasanuddin. (Foto: Tagar/Afrilian Cahaya Putri.)

Gowa - Kasus penderita Tuberculosis (TBC) meningkat di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada tahun 2019. Hal ini terbukti dengan temuan Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa yang menyebutkan pada triwulan pertama yakni Januari hingga Maret 2019, tercatat sebanyak 428 kasus.

Pengelola Program TB, Kusta dan HIV Dinas Kesehatan Gowa, Hendra mengungkapkan, penyebaran TBC untuk di Kabupaten Gowa mendominasi di tiga Kecamatan dengan penduduk yang cukup padat. Di antaranya, Kecamatan Somba Opu, Kecamatan Pallangga dan Kecamatan Bajeng.

"Kalau di Kecamatan Bajeng itu kasusnya meningkat karena adanya alat pendeteksi yakni Tes Cepat Molekuler (TCM) yang bisa mendeteksi Pasien TB dalam jangka waktu 2 jam, dengan tingkat deteksi yang akurat. Jadi sudah tidak seperti dulu lagi yang harus membutuhkan waktu satu minggu untuk menunggu hasil diagnosanya," jelas Hendra Dini kepada Tagar, Rabu 24 April 2019.

Diungkapkan Hendra, dari dua type TBC yakni TB Reguler dan TB MDR, saat ini yang sementara menjalani pengobatan yakni penderita TB MDR dengan jumlah pasien 12 orang. Tetapi penemuan Dinkes Gowa untuk TB MDR sejak 2014 sudah mencapai 64 orang.

"Dari penemuan kami sejak 2014 yakni 64 orang, 50 persen diantaranya meninggal dunia, sedang 10 persennya Drop Out. Kenapa Drop Out? karena efek samping. Rata-rata yang kena pun orang tidak mampu, sementara si pasien ini harus setiap hari disuntik," ungkapnya.

Lanjut Hendra, jika dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah kasus di tahun 2018 di triwulan pertama pula mencapai 328 kasus, sehingga ada peningkatan di tahun 2019 ini sebanyak 100 kasus.

"Banyaknya temuan kasus TB karena adanya dua alat TCM sehingga saat ini di Kabupaten Gowa, per harinya ditemukan satu kasus TB," tambahnya.

Ditemui terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, dr Hasanuddin menambahkan, jika TB adalah penyakit paling menular dengan tingkat penyembuhan yang cukup lama.

Ada TB reguler dengan jangka waktu pengobatan masa 6 bulan dan tergolong kategori penanganan ringan, dan TB MDR atau tuberculosis resisten multi-obat yang pengobatannya 12 bulan hingga 2 tahun.

"Kalau pertahanan tubuh kita bagus maka agak susah tertular namun tetap potensi tertular. Sangat berbahaya dan menjadi penyakit paling mematikan. Penularan TB ini karena interaksi udara. Kita bisa tertular jika kita berada dalam ruang tanpa ventilasi dan sirkulasi udara yang baik. Jika masih di alam bebas itu masih aman namun tetap akan potensi terjadi penularan. Minum satu gelas dengan penderita TB saja sangat bahaya," tuturnya menjelaskan.

dr. Hasanuddin mengimbau kepada masyarakat untuk melaporkan ke pihak Dinkes, jika melihat ada keluarga atau tetangga yang memiliki ciri-ciri TB, seperti batuk tanpa dahak dan menahun, tubuh kurus dan lainnya, hal ini agar segera ditangani secara intensif. []

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.