Komnas HAM: Aceh Rujukan Perdamaian Negara Lain

Aceh sebagai provinsi yang menerapkan Syariat Islam, sangat menarik jika dilaksanakan diskusi perspektif HAM dalam Islam.
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Republik Indonesia, Ahmad Taufan Damanik (kiri) bersama Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Samsul Rizal (kanan) saat melakukan kunjungan kerja di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Jumat (9/10). (Foto: Tagar/Fahzian Aldevan)

Banda Aceh, (Tagar 11/11/2018) - Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Republik Indonesia, Ahmad Taufan Damanik mengatakan Aceh menjadi salah satu daerah yang menjadi tempat belajar tentang perdamaian.

"Aceh laboratorium bagi orang di seluruh dunia. Sebab menjadi rujukan perdamaian bagi negara lain," kata Ahmad Taufan Damanik saat melakukan kunjungan kerja di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Jumat (9/10).

Menurut Taufan, Aceh sebagai provinsi yang menerapkan Syariat Islam, tentu akan sangat menarik jika dilaksanakan diskusi perspektif HAM dalam Islam. Sebab ada banyak persoalan yang masih kontroversi di masyarakat.

Misalnya, ada yang beranggapan bahwa anjuran memakai jilbab sebagai bentuk pelarangan ekspresi kemerdekaan manusia. Padahal, jika ditelaah lebih jauh anjuran memakai jilbab bukanlah bagian pemasungan, malah menjadi wujud kemerdekaan yang jauh dari nilai materialisme.

"Untuk itu, kami ingin bermitra dengan Unsyiah guna mengkampanyekan hal ini. Sebab Islam punya rumusan kuat tentang keadilan HAM," katanya.

Apalagi Taufan menilai, Unsyiah memiliki pakar yang cukup berkompeten di bidang politik, hukum dan HAM pada Fakultas Hukum dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Selain itu kampus ini juga memiliki Pusat Studi HAM dan Pusat Studi Gender Unsyiah, yang keduanya memiliki semangat yang sama dengan Komnas HAM.

"Semua itu menambah keyakinan Komnas HAM untuk mempererat kerja sama ini," pungkasnya.

Sementara itu Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Samsul Rizal dalam pertemuan tersebut mengatakan kekerasan HAM di Aceh menimbulkan luka mendalam bagi semua pihak. Untuk itu, Rektor mengharapkan Komnas HAM dapat bekerja lebih maksimal mencari solusi terbaik untuk penyelesaian kasus ini.

"Saya mengajak semua pihak untuk saling memaafkan, menghilangkan dendam konflik yang terjadi selama ini. Mari kita selesaikan dengan musyarawah," kata Samsul.

Rektor Unsyiah juga berharap program yang telah direncakan Komnas HAM dapat dijalankan dengan semestinya. Unsyiah sangat terbuka jika diajak terlibat bekerja sama membantu Komnas HAM.[]

Berita terkait