Kisah Seorang Pria Alumni Santri Ponpes yang Sukses dari Seni Kaligrafi

Pesanan ukir kaligrafi hasil desainnya terus mengalir
Syafaat Salam (48), dengan satu karya desain kaligrafinya di sudut ruang rumah. (alf)

Jepara, (Tagar 23/5/2018) - Berbekal pengetahuan tentang desain seni kaligrafi saat menjadi santri di Ponpes (Pondok Pesantren) Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Syafaat Salam (48) warga Kelurahan Panggang RT 2 RW 8, Jepara, Jawa Tengah, sukses menggeluti seni ukir kaligrafi. Hasil karyanya pun telah dikenal banyak kalangan hingga menjadi menghias ornamen masjid.

Sejak lulus dari pondok pesantren 24 tahun silam, Syafaat panggilan pria yang juga dikenal sebagai guru TPQ (Taman Pendidikan Al Quran) ini telah menorehkan banyak desain dari beragam gaya kaligrafi. Seperti Khat Stulust, Kufi, Naskhi, juga gaya Riq’ah.

“Sejak lulus dari Ponpes Lirboyo tahun 1994, pengalaman saat belajar di pondok langsung saya praktikan di rumah dengan membuat kaligrafi ukir,” kata Syafaat.

Seiring perjalanan waktu, kaligrafi karya Syafaat terus dikenal dan diminati banyak kalangan. Tidak hanya dari Indonesia saja, hasil karyanya mulai dilirik pembeli dari beberapa Negara Asia Tenggara dan Timur Tengah.

“Ada beberapa pengrajin kaligrafi di Jepara, namun kurang begitu paham tentang Khat atau kaidah nilai keindahan seni kaligrafi. Sehingga kurang diminati pembeli dari Negara-negara Islam seperti Brunei Darussalam, Arab Saudi juga Turki,” ungkapnya.

Berawal dari keprihatinan karena minimnya minat ukir kaligrafi di Jepara, Syafaat mencoba merintis seni kaligrafi dengan memberikan nuansa baru sesuai dengan kaidah yang benar. Bagi Syafaat, kedepannya seni ukir kaligrafi menjadi ladang bisnis yang menguntungkan karena hanya memiliki sedikit pesaing dan tujuan pasar berbeda dibanding usaha meubel.

“Berbeda dengan bisnis meubel, seni kaligrafi memiliki masa depan yang bagus untuk dikembangkan karena memiliki tujuan pasar berbeda dan sedikit pesaing,” tegasnya.

Pesanan ukir kaligrafi hasil desain Syafaat terus mengalir. Lima pekerja ukir yang ada di rumahnya tampak sibuk menyelesaikan pesanan. Pesanan kaligrafi tidak hanya sebagai penghias rumah, namun juga sebagai ornamen masjid.

Syafaat menyatakan harga kaligrafi dipatok berdasarkan ukuran bingkai maupun tingkat kesulitan ukiran. Sedangkan untuk ornamen masjid dirinya akan memberikan harga khusus lantaran untuk kepentingan umat.

“Untuk kaligrafi terkecil berlafal Allah atau Muhammad saya jual dengan harga Rp 315 ribu. Sedangkan untuk ukuran sedang dengan panjang 60 sentimeter bisa mencapai Rp 6 juta lebih. Ukuran besar saya jual dengan harga Rp 45 juta,” jelasnya. (alf)

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.