Kisah Bayi Bernama Tsunami

'Rencananya saya berikan nama Tsunami, karena bertepatan saya mengungsi di kantor gubernur akibat tsunami.'
Warga membakar puing bangunan yang rusak akibat gelombang tsunami di Way Muli, Rajabasa, Lampung Selatan, Rabu (2/1/2019). Presiden menginstruksikan relokasi dan rekonstruksi permukiman rumah warga pesisir di Lampung serta melakukan pemetaan ulang permukiman dalam jangka waktu tiga bulan. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)

Bandar Lampung, (Tagar 6/1/2019) - Susan (28) dan suaminya Zainal (31), warga terdampak tsunami Selat Sunda yang mengungsi di Kantor Gubernur Lampung, berencana menamai bayi mereka Tsunami.

"Rencananya saya berikan nama Tsunami, karena bertepatan saya mengungsi di kantor gubernur akibat tsunami," ujar Susan di Rumah Sakit Bersalin Santa Anna, tempat dia melahirkan, di Bandarlampung, Sabtu (51) dilansir kantor berita Antara.

"Ya walaupun agak aneh, tetapi bisa menjadi kenangan bagi keluarga," ia menambahkan.

Susan tinggal di pengungsian sejak 24 Desember 2018, hari kedua setelah tsunami Selat Sunda melanda wilayah pesisir Provinsi Banten dan Lampung.

Susan melahirkan bayi laki-laki sehat dengan berat 3,5 kilogram dengan operasi sesar di Rumah Sakit Bersalin Santa Anna Bandar Lampung pada Sabtu.

Petugas pemerintah membawa Susan ke rumah sakit bersalin supaya segera mendapat pertolongan medis setelah dia mengeluh sakit pada pagi hari.

"Alhamdulillah bayi yang dilahirkan oleh Susan dalam keadaan sehat. Hanya saja harus melalui operasi sesar," kata Kepala Bidang Lindungan Jaminan Sosial Dinas Sosial Provinsi Lampung, Maria Tamtina.

Dinas Sosial memberikan bantuan perlengkapan bayi seperti popok, handuk, selimut dan lainnya kepada Susan.

"Semoga anak yang dilahirkan menjadi anak yang soleh, taat dan patuh kepada kedua orangtua, serta bisa membawa nama baik negeri," katanya.

Maria menjelaskan Susan dan suaminya mengungsi sejak 24 Desember 2018 dan sampai saat ini masih terdata sebagai pengungsi di kantor Gubernur Lampung. []

Berita terkait