Ketika Umat Gereja Bongsari Semarang Teteskan Air Mata Prosesi Jalan Salib

Paskah di Bongsari menyajikan teatrikal ketika Yesus disalib. Diperankan salah satu aktivis gereja, Yesus dicambuk dan disiksa oleh pasukan bersenjata.
Teatrikal Jalan Salib digelar Gereja Santa Maria Bongsari, Semarang, Jawa Tengah, di perayaan Jumat Agung, Jumat (30/3). Kegiatan spiritual dalam rangka Paskah tersebut membuat banyak umat gereja meneteskan air mata. (ags)

Semarang, (Tagar 30/3/2018) - Khidmat dan mengharukan melihat ratusan umat katolik begitu menghayati perjalanan spiritual pengorbanan Yesus Kristus diperayaan Jumat Agung oleh Gereja Santa Maria Bongsari, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (30/3).

Paskah di Bongsari menyajikan teatrikal ketika Yesus disalib. Diperankan salah satu aktivis gereja, Yesus dicambuk dan disiksa oleh pasukan bersenjata.

Tak hanya itu, demi umatnya, Yesus rela tubuhnya diarak dan disalib di sebuah kayu hingga akhirnya meninggal dunia. Sejumlah umat pun tak kuasa membendung jatuhnya air mata demi menyaksikan prosesi itu.

"Kami gelar untuk mengenang dan meneladani Tuhan kami," kata Pastur Kepala Gereja Santa Maria Bongsari, Romo Eduardus Didik Cahyono.

Romo Didik, begitu sapaan akrabnya, menuturkan prosesi Jalan Salib merupakan rangkaian peringatan Hari Raya Paskah. Tujuannya tak lain adalah mengajak umat mengenang dan meneladani pengorbanan, perjuangan Tuhan Yesus.

"Sebelumnya kami menggelar acara Minggu Palma, kemudian Kamis Putih, hari ini menggelar Jumat Agung dan besok akan digelar Hari Raya Paskah untuk memperingati kebangkitan Yesus," kata dia.

Dalam Jumat Agung ini, lanjutnya, umat diajak meneladani perbuatan Tuhan Yesus yang mengajarkan cinta kasih, kesederhanaan, kerendahan hati dan saling melayani.

"Ketika wafat di kayu salib, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa melalui salib inilah Allah menyelamatkan dan menebus semua dosa manusia," kata dia.

Romo Didik menambahkan tema yang diambil dalam perayaan Paskah tahun ini, Kasih Harus Nyata Dalam Perbuatan. Melalui tema itu, sejumlah acara yang digelar diharapkan mampu memberi nilai-nilai keteladanan kepada umat.

Semisal dalam gelaran Minggu Palma. Nilai keteladanan yang perlu diambil umat adalah semangat Tuhan Yesus saat pertama kali berada di Yarussalem. Meski ada penolakan dan perlawanan, ia tetap gigih memperjuangkan ajarannya.

Juga pada peringatan Kamis Putih, ketika Tuhan Yesus menjamu dan membasuh kaki pengikutnya.

"Ini mengajarkan kepada kita semua untuk rendah hati dan melayani sesama," tegasnya.

Karenanya dengan rangkaian panjang Paskah, Romo Didik mengajak umat melanjutkan apa yang telah dilakukan Yesus. Yakni berbuat kebaikan, semangat melayani, rendah hati dan totalitas di setiap laju roda kehidupan.

"Dan sesuai dengan tema kami, iman harus ditunjukan dalam perbuatan nyata. Salib menjadi tanda keseimbangan, ajaran Tuhan harus merasuk dalam diri dan perbuatan," tukasnya. (ags)

Berita terkait