Kenapa Tol Jakarta-Cikampek Dibuat Bergelombang?

Waskita Karya menanggapi komentar warga mengenai jalan bergelombang di tol Layang Jakarta-Cikampek II.
Sejumlah kendaraan mobil golongan satu melintas di atas jalan Tol Layang (Elevated) Jakarta-Cikampek II (Japek II) (Foto: Antara/Muhammad Iqbal)

Jakarta - Direktur Operasi II Waskita Karya, Bambang Rianto mengungkapkan gelombang yang terdapat di jalan Tol layang Jakarta-Cikampek II (Japek II) sengaja dibuat. Hal itu diungkapkannya karena banyak ragam komentar mengenai hal tersebut.

"Kita sadar dalam pembuatan jalan tol layang ini sangat rumit, alasannya adalah jalan tol layang ini adanya di tengah-tengah, dimana dibawahnya ada JPO," kata Bambang di Jakarta, Sabtu 21 Desember 2019, seperti diberitakan Antara.

Kemudian jalan tol ini, juga berada di simpang susun dan di bawahnya ada 200 ribu kendaraan yang aktif berjalan setiap hari. Jadi akan cukup rumit dalam proses pembangunan jalan tol layang ini. 

Inilah yang namanya kita mendesain jalan sesuai dengan geometrik jalan.

Bambang mengatakan jika memang ingin membuat jalanan tol layang tidak bergelombang, ada dua pilihan. Pertama, pembuatan jalan tol layang dibuat rata dengan dibangun di bawah simpang susun, lalu yang kedua dibuat rata dengan dibangun di atas simpang susun.  

"Kalau dibangun di bawah sangat tidak memungkinkan, karena jalan tol layang pembuatannya harus memiliki clearance area sebesar 5,1 meter," ujar Bambang.

Apabila dibangun diatas simpang susun, menurut dia, harus menyesuaikan simpang susun lain yang tingginya 13 meter. 

"Jadi, jika ditambah clearance menjadi 18 meter. Jalan tol layang yang tingginya 18 meter akan sangat berbahaya untuk dilalui," ucapnya. 

Kata dia, pihaknya menjamin pembangunan jalan Tol layang Japek II ini akan dibuat senyaman dan seefisien mungkin. 

"Pada saat menanjak dan menurun dia aman. Inilah yang namanya kita mendesain jalan sesuai dengan geometrik jalan," ujar dia.

Di dalam geometrik jalan terdapat dua jenis yakni vertical alignment yang merupakan garis dan dibentuk oleh bidang vertikal seperti puncak tanjakan dan lembah turunan. 

Sedangkan horizontal alignment yaitu garis tegak lurus pada bidang peta, atau bisa juga termasuk tikungan dan belokan.

"Pembangunan jalan tol layang ini menggunakan alignment vertical yang dalam pengaplikasiannya sudah diatur dalam regulasi yang ada. Jadi sudah dibuat agar jalan bisa dilalui kendaraan dengan aman pada kecepatan 80km/jam," tutur dia.

Bambang juga menjelaskan jalan bergelombang ini disebabkan adanya penggunaan expansion joint pada sambungan antar jalan tol. 

"Expansion joint yang digunakan itu panjangnya 1 sampai 1,4 meter karena memiliki fungsi untuk menahan pergeseran akibat gempa," kata Bambang. []

Baca juga:

Berita terkait
Jalan Tol Becakayu Kalimalang Muntahkan 'Air Terjun'
Jalan Tol Becakayu Kalimalang, ruas Bekasi-Jakarta Timur, muntahkan air terjun, Kamis, 21 November 2019, yang membahayakan pengguna jalan.
Jalan Tol Padang - Pekanbaru Harga Diri Sumbar
Pembangunan Jalan Padang - Pekanbaru masih menunggu penetapan lokasi dari Kementerian PUPR.
501 Km Jalan Tol di Sumatera Beroperasi Akhir 2019
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah melakukan pembangunan 501 km jalan tol di Pulau Sumatera.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.