Kebijakan di Guatemala, Mayat Harus Bayar Sewa Kuburan

Di Guetamala manusia yang telah meninggal harus tetap bayar sewa kuburan secara rutin kalau tidak mau diusir.
Jenazah harus bayar sewa di Guatemala (Foto: Reuters/Jorge Dan Lopez)

Jakarta - Di Guatemala tidak hanya hidup yang membutuhkan biaya. Setelah meninggal penduduk negara itu harus membayar biaya makam secara rutin kalau tidak mau diusir.

Negara di Amerika Tengah ini memberlakukan peraturan sewa di ruang bawah tanah yang berada di La Verbena Cemetery, Guatemala. Jika ada seseorang yang meninggal dan akan dikubur di ruang bawah tanah ini, maka keluarga dari pihak yang meninggal harus membayar 'sewa' ruangan. 

Peraturan tersebut dimuat dalam sebuah perjanjian sewa. Untuk enam tahun pertama, mayat yang dikubur tidak dikenakan biaya. Namun, setalah itu keluarga pihak yang meninggal akan dikenakan biaya sebesar USD 24 atau setara dengan Rp 330 ribu per empat tahun.

Jika keluarga tidak mampu membayar sewa tempat pemakaman atau belum membayar, maka petugas pembersih kuburan akan membuka ruang bawah tanah, mengambil dan membuang mayat-mayat tersebut.

Tidak ada hal buruk yang akan terjadi pada kami, karena orang mati akan melindungi kami.

Ketika penggalian dilakukan, akan terlihat pemandangan yang mengerikan dan bergidik seram. Pasalnya, burung nasar akan mengelilingi kuburan yang digali dari atas, mengawasi gerakan setiap orang yang bersentuhan dengan mayat. Belum lagi bau mayat yang bercampur dengan air yang menggenang dan bau busuk yang memenuhi udara.

Menggunakan palu, para penggali kubur mulai memecahkan penutup bawah tanah, batu bata, dan membongkar peti mati yang telah lapuk. Mayat-mayat yang tersisa akan ditarik keluar dan disisihkan.

Jenazah yang masih utuh akan dikemas dalam plastik dan diberi label nama dan keluarga, sedangkan apabila mayat yang tersisa tinggal sedikit, maka sisa mayat tersebut akan disimpan ke dalam kotak kecil.

GuatemalaJenazah harus bayar sewa di Guatemala (Foto: Reuters/Jorge Dan Lopez)

Mayat-mayat ini kemudian akan disimpan di sebuah pemakaman umum sembari menunggu klaim dari keluarga. Sedangkan tas atau kain pembungkus mayat akan dibuang ke tumpukan sampah dan diangkut oleh truk sampah.

Meski sebagian besar mayat yang digali sudah terurai karena proses alam, namun jenazah yang diangkut dan diletakkan pada kondisi yang kering dan terkena sinar matahari akan berubah menjadi mumi.

Kuburan yang dibongkar bukan hanya kuburan orang dewasa saja, tetapi juga anak-anak. Dilansir Reuters, selama dua bulan, para penggali kubur menggali dan membersihkan makam 2.000 bayi.

Dikenal dengan nama panggilan seperti 'Coca', 'Chucky', 'Loco', 'Wicho', dan 'Negro' para pekerja yang melakukan penggalian ini mendapatkan upah yang sedikit lebih tinggi dari upah minimum di negara tersebut.

Meski menatap kematian hampir di setiap harinya, seorang penggali kubur yang dipanggil Negro mengatakan bahwa ia tidak pernah takut dengan kematian. 

"Tidak ada hal buruk yang akan terjadi pada kami, karena orang mati akan melindungi kami," katanya.[]

Berita terkait