Kaum Perempuan Afghanistan Minta Hak-hak Dasar

Sementara Taliban semakin menyingkirkan perempuan dari kehidupan publik di Afghanistan, sebagian perempuan bertekad untuk berbicara
Anggota Taliban duduk di depan mural bergambar perempuan di belakang pagar kawat berduri di Kabul, Afghanistan, 21 September 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Sementara Taliban semakin menyingkirkan perempuan dari kehidupan publik di Afghanistan, sebagian perempuan bertekad untuk berbicara meskipun ada ancaman pembalasan dari kelompok Islam garis keras itu.

Taliban terkenal karena pemerintahannya yang menindas secara brutal dari tahun 1996 hingga 2001, ketika perempuan dilarang pergi ke sekolah atau bekerja dan hanya diizinkan meninggalkan rumah dengan muhrimnya.

Mereka telah berjanji untuk berubah, dengan mengatakan mereka akan menghormati hak-hak perempuan dalam kerangka syariah Islam, tetapi banyak yang tetap skeptis.

perempuan afghanistan tuntut hakSeorang anggota Taliban menyaksikan perempuan Afghanistan selama demonstrasi menuntut hak yang lebih baik bagi perempuan di depan bekas Kementerian Urusan Perempuan di Kabul, 19 September 2021 (Foto: voaindonesia.com - AFP/Blent Kilic)

Di Kabul, kota yang paling banyak mengalami perubahan selama 20 tahun terakhir, beberapa perempuan muda, seperti aktivis Shaqaiq Hakimi, tidak mau dipaksa pergi ke pengasingan dengan kembalinya kekuasaan Taliban.

“Saya ingin berjuang dan mendapatkan kembali hak yang mereka ambil dari kami. Kami tidak perlu pergi ke negara lain. Ini adalah tanah air kami,” katanya kepada Kantor Berita AFP. “Jika kita tidak dipaksa untuk pergi, maka kita tidak akan pergi ke mana pun.”

protes perempuan afghanistanAksi protes sekelompok perempuan di Kabul, Afghanistan, 16 September 2021, dalam tangkapan layar yang diperoleh dari video media sosial (Foto: voaindonesia.com - ZAKIA KAWYAN/via REUTERS)

Taliban mengklaim bahwa larangan bagi perempuan untuk kembali bekerja atau anak perempuan untuk pergi ke sekolah menengah akan dicabut begitu sistem baru mapan.

Tetapi itu menggemakan janji pada hari-hari awal rezim itu pada 1996 hingga 2001, yang dalam kenyataannya tidak pernah mengizinkan perempuan untuk kembali bekerja.

Pekerja LSM, Farkhunda Zahidbaig, 21 tahun, menggambarkan bagaimana para pejuang Taliban memasuki kantornya untuk memberi tahu manajemen bahwa pegawai perempuan harus pergi.

“Setelah itu, bos kami membuat keputusan bahwa kami semua tidak boleh datang lagi ke kantor,” katanya. “Perempuan ingin memiliki profesi, tapi mereka tidak bisa melanjutkan pekerjaan mereka. Taliban telah merampas kebebasan mereka untuk bekerja.” (lt/uh)/AFP/voaindonesia.com. []

Perempuan Afghanistan Gugat Taliban Atas Larangan Bekerja

Perempuan Afghanistan Tuntut Keterlibatan di Kabinet

Perempuan Afghanistan yang Ditembak Suami Bicara di Kanada

Chile Tampung Aktivis Pembela Hak Perempuan Afghanistan

Berita terkait
Perempuan Afghanistan Gugat Taliban Atas Larangan Bekerja
Kekhawatiran meluap usai Taliban memecat pegawai negeri dan mencabut kewajiban bersekolah buat remaja perempuan
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.