Karena Politik Presiden Erdogan Makin Banyak Warga Turki Pindah ke Jerman

Semakin banyak warga Turki yang tidak setuju dengan politik Presiden Erdogan dengan tinggalkan negaranya dan pindah ke Jerman
Ilustrasi - Tempat penampungan pengungsi di Brandenburg, Jerman (Foto: dw.com/id - Patrick Pleul/ZB/dpa/picture alliance)

TAGAR.id - Semakin banyak warga Turki yang tidak setuju dengan politik Presiden Recep Tayyip Erdogan dengan meninggalkan negaranya dan pindah ke Jerman. Banyak juga yang langsung mengajukan permohonan suaka. Elmas Topcu melaporkannya untuk DW.

"Hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian setiap hari, mungkin datang polisi dan merebut kami dari tempat tidur kami, membawa kami ke kantor mereka dan menyiksa kami... kami tidak tahan lagi. Setelah kematian ayah saya, kami memutuskan untuk meninggalkan negara itu," kata B.K., mantan guru bahasa Inggris yang tidak mau nama lengkapnya disebutkan.

Dia menceritakan kepada DW kisah tentang bagaimana dia dan istrinya pergi ke perairan Laut Aegea yang berbahaya pada 1 November lalu, dan akhirnya tiba di Jerman tujuh minggu kemudian. Sejak itu mereka tinggal di fasilitas penampungan pengungsi dekat kota Aachen.

Suami-isteri itu di Turki didakwa sebagai anggota "organisasi Gulen", yang di Turki dikategorikan sebagai "organisasi teroris”. Sekarang mereka mengajukan permohonan suaka di Jerman dan masih menunggu keputusan otoritas Jerman. Turki menuduh organisasi Gulen pimpinan ulama Muslim Fethullah Gulen, yang kini tinggal di Amerika Serikat, berada di balik upaya kudeta tahun 2016.

Fethullah GulenFethullah Gulen, bekas penasihat Erdogan yang sekarang tinggal di AS (Foto: dw.com/id - Hizmet/AGB Photo/imago images)

Jumlah pemohon suaka dari Turki di Jerman teratas, salip Afganistan

Menurut Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi Jerman,BAMF, ada lebih dari 23.000 warga Turki yang telah mengajukan permohonan suaka tahun ini saja meningkat 203% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Para pengamat Turki tidak terkejut dengan perkembangan ini. Banyak yang memperkirakan perkembangan itu setelah Presiden Erdogan memenangkan lagi pemilihan presiden pada bulan Mei lalu. "Setidaknya setengah [pemilih] yang tidak memilih Erdogan kecewa," kata Dündar Kelloglu, pengacara dan anggota Dewan Pengungsi di negara bagian Niedersachsen.

"Suasananya bahkan lebih spesimistik daripada setelah kudeta militer tahun 1980," katanya. Dia menambahkan, situasi politik saat ini masih sangat tegang dan penganiayaan terhadap tokoh-tokoh oposisi terus berlanjut.

Sejak percobaan kudeta tahun 2016, pemerintahan Erdogan menindak keras para pengeritik dan kalangan oposisi. Ribuan anggota oposisi telah dipenjara selama bertahun-tahun, dan beberapa ribu telah kehilangan pekerjaan karena tuduhan terkait terorisme. Banyak anggota oposisi yang frustrasi dan meninggalkan Turki.

Yasar Aydin dari Lembaga Penelitian Politik SWP di Berlin mengatakan, Turki sedang menghadapi krisis ekonomi yang akan sulit diatasi. Situasi ekonomi memburuk dengan cepat selama dua tahun terakhir. Kebijakan suku bunga rendah Presiden Erdogan telah menyebabkan jatuhnya nilai tukar mata uang dan meroketnya inflasi. Tingkat inflasi tahunan mencapai 48% pada bulan lalu, dan bank sentral memperkirakan akan meningkat menjadi 58% pada akhir tahun.

Jerman tujuan menarik bagi warga Turki

Jerman adalah tujuan yang sangat menarik bagi mereka yang tidak lagi percaya bahwa situasi di Turki akan membaik, terutama bagi mereka punya pandangan politik lain daripada pemerintah. Di Jerman ada sekitar 3 juta warga keturunan Turki. Para pendatang baru dengan mudah menemukan jaringan keluarga dan teman.

Pada tahun 2021, ada 7.067 warga Turki yang mencari suaka di Jerman. Satu tahun kemudian, jumlah permohonan meningkat lebih dari tiga kali lipat, mencapai 23.938. Tahun ini, sampai bulan Juli sudah ada lebih dari 23.000 permohonan suaka. Pada tahun 2022, 27,8% permohonan suaka berhasil; tahun ini angkanya turun menjadi 15%.

Masih belum jelas mengapa terjadi penurunan yang cukup drastis. BAMF mengatakan pihaknya mempertimbangkan setiap permohonan suaka secara individual, dengan menilai perkembangan politik dan sosial di negara asal pemohon suaka.

BK dan istrinya, yang mengajukan suaka pada bulan Juni, mengatakan mereka berharap ada "keputusan positif". Jika tidak, mereka mengatakan tidak tahu ke mana mereka akan pergi. Keluarga di Turki sudah memutuskan hubungan dengan mereka segera setelah mereka dicap sebagai bagian dari gerakan Gulen.

"Yang tersisa hanyalah harapan, dan hanya kita berdua," katanya. "Tidak ada hal lain dan tidak ada orang lain." (hp/yf)/dw.com/id. []

Berita terkait
18 Persen Lebih Populasi Jerman Merupakan Imigran dan Keturunannnya
Angka tersebut meningkat 6,3% dari angka tahun 2021 dan jumlahnya mewakili 24,3% dari total populasi 83,2 juta jiwa