Surabaya - Kasus Covid-19 di Jawa Timur terbilang masih tinggi. Bahkan angka terakhir jumlah pasien dipastikan positif sudah menyentuh angka 14.298.
Melihat kondisi jumlah kasus yang tak kunjung melandai, serta angka kesembuhan yang masih rendah, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur, Inspektur Jenderal M Fadil Imran mewacanakan akan kembali menerapkan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kami juga akan menerapkan kembali PSBB di kelurahan atau kecamatan selama 14 hari penuh.
"Itu wacana saja, segala sesuatunya kita harus persiapkan," ujar Fadhil saat rapat analisa dan evaluasi (anev) di Mapolda Jatim, Senin, 6 Juli 2020 malam.
Selain wacana kembali diberlakukannya PSBB, Fadil juga menyebut ada wacana lain untuk mencegah kasus Covid-19. Yakni dengan menerapkan pendisiplinan protokol kesehatan, serta penerapan new normal yang berdasarkan epidemiologi peningkatan kesadaran masyarakat.
Tak hanya itu saja, pihaknya juga tengah merumuskan pembatasan berbasis kelurahan atau kecamatan dalam radius 100 hingga 200 meter dari pusat konfirmasi warga positif Covid-19.
"Kami juga akan menerapkan kembali PSBB di kelurahan atau kecamatan selama 14 hari penuh. Tapi, saya melemparkan model-model ini sambil kita melakukan kajian secara scientific berdasarkan data dan masukan dari para pakar," tutur dia.
Sementara itu, mengenai kapan akan diberlakukan kembali PSBB dan kebijakan lain untuk menekan angka Covid-19 di Jatim, Fadil menyebut hal ini baru sebatas wacana dan akan dipilih yang terbaik. Namun kini pihaknya masih mempersiapkan.
"Ya namanya kan dipersiapkan, lagian ini masih sekedar wacana. Bisa diterapkan kembali bisa juga tidak," ujar dia.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan anev dilakukan sesuia perintah Presiden Joko Widodo meminta adanya penurunan kasus Covid-19 di Jatim dalam dua minggu.
"Presiden waktu rawuh beberapa waktu lalu, dari arahan beliau bagaimana antara perlindungan, kesehatan dan ekonomi ini bisa berseiring ada gas dan rem. Nah kapan digas, kapan direm, ini membutuhkan dinamika yang harus dicarikan titik keseimbangan," tutur Khofifah.
Selain itu, Khofifah mengatakan langkah ini untuk mencari solusi bagaimana penanganan Covid-19 tepat di Jatim, terutama di Surabaya Raya yang kasusnya paling tinggi.
"Namanya equilibrium dinamic. Jadi dinamika itu harus terupdate, real time dan any time. Tidak bisa kita update menunggu beberapa hari atau beberapa minggu. Maka, one gate system itu real time bagaimana evaluasi dan layanan secara kuratif bisa didistribusikan terutama untuk Surabaya Raya," tutur Khofifah. []