Kapitra Ampera dan Jidat Hitam

Mungkin Anda pernah bertanya-tanya mengapa ada pria berjidat hitam. Ini cerita Kapitra Ampera tentang jidat hitamnya.
Kapitra Ampera pengacara Rizieq Shihab yang kemudian jadi calon legislatif dari PDI Perjuangan. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Jakarta, (Tagar 22/11/2018) - Kapitra Ampera mengatakan ia sebenarnya tidak menginginkan jidat hitam. Ia mengaku tidak tahu kenapa jidatnya hitam. 

"Nggak tahu. Kemarin saya ke Rusia, ada yang bertanya, 'Bapak sakit ya?' Saya bilang enggak," cerita Kapitra dalam perbincangan santai dengan Tagar News di kawasan Tebet, Senin malam (19/11).

Apa karena sujud terlalu lama?

"Wallahualam. Nggak tahu, nggak tahu saya, demi Allah, ndak ngerti juga, ndak urusan dengan dunia human relationship. Sifat sangat spiritual, ketika berbisik di bumi, langit mendengar suaramu," katanya.

Kapitra bercerita, ia sebenarnya tidak ingin jidat hitam karena banyak fitnah. Ia pernah mendengar orang menuduh jidat hitam karena dijedot-jedotkan ke lantai, atau ada yang memukul-mukulkan palu di jidatnya. 

"Stupid," kata Kapitra. "Maksudnya apa? Mengatakan kita orang soleh? Soleh nggak dilihat fisik, bermanfaat nggak?"

Kapitra Ampera pengacara Rizieq Shihab yang kemudian jadi calon legislatif dari PDI Perjuangan. Pilihan politiknya itu membuat nama Kapitra dicoret dari daftar penasihat hukum Rizieq. 

"Gabung PDIP, (saya) dipanggil jidat hitam," Kapitra tersenyum.

Karena jidat hitamnya pula, kata Kapitra, kalau ke AS ia mendapat banyak pertanyaan.

"Pandangan tentang Islam, tentang teroris, saya katakan tidak ada dalam Islam kejahatan seperti itu, kejahatan karena nggak punya Tuhan. Islam itu kekudusan dan kelembutan, kasih sayang dan cinta," tutur Kapitra. 

Ia mengaku jidatnya menjadi hitam sejak belajar sufi. Awalnya hanya ada satu tanda hitam di tengah jidanya. Kemudian ia sekolah di Belanda, pengaruh pergaulan, dunia mengejarnya. "Dunia di tangan saya, seakan lupa," katanya. Pada saat itu tanda hitam di jidatnya hilang. 

Berikutnya, kata Kapitra, ia belajar sufi lagi, sepuluh tahun waktunya habis di Masjid Al-Ittihad Tebet Mas.

"Tiga hari sekali khatam Alquran, pernah dua hari sekali," kata Kapitra. Pada masa itu jidatnya menjadi hitam, muncul dua tanda hitam di jidatnya.  

Ia kemudian mengingat sebuah peristiwa ajaib. Tiga bulan sebelum berangkat haji ke Tanah Suci pada 2005, ibunya lumpuh total saat ia ajak ke hotel. 

Pada saat menunaikan haji di Mekkah, Kapitra berjalan di depan ka'bah, mengatakan pada istrinya ia ikhlas kalau harus mati di sana. 

Ia duduk di depan ka'bah dan berkata dalam hati, 'Ya Allah sembuhkan ibuku'. Usai berkata demikian, Kapitra menelepon ibunya. Ia mendengar ibunya berteriak di ujung telepon. Ibunya mengatakan ia bisa jalan.

"Ada sesuatu, power of magical. Di situ saya mencari hakikat destination of life." []

Berita terkait