Kami Ingin Lebih Banyak Lagi Wisatawan Muslim Berkunjung ke Negara Kami

Kami ingin lebih banyak lagi wisatawan muslim berkunjung ke negara kami. Konsep wisata halal di Taiwan, begini detailnya.
Kami Ingin Lebih Banyak Lagi Wisatawan Muslim Berkunjung ke Negara Kami | Ilustrasi wisata Taiwan. (Foto: Forty Travels)

Taiwan, (Tagar 16/7/2018) - Karpet-karpet berwarna ungu, kuning, hijau, biru hampir selebar sajadah berderet rapi di ruangan luas berkesan mewah dengan nuansa artistik, ditimpa cahaya lampu kekuningan.

Ini adalah sebuah ruangan yang disebut musala dengan pintu berlogo bulan sabit bertulis muslim prayer room yang terletak di Hotel Fullon, sebuah hotel bintang empat di area hiburan bertema permainan (amusement park), Lihpao Land, di Taiwan dilansir Antara.

Meskipun tidak tersedia mukena, sarung, kitab suci Alquran atau hiasan kaligrafi yang menyerupai sebuah musala, tampak sekali pengelolanya benar-benar serius mengharapkan kedatangan tamu muslim dan memberikan mereka kenyamanan.

Para pengunjung tempat hiburan ini biasanya keluarga-keluarga dengan anak-anak yang ingin merasakan sensasi berada di bianglala tertinggi (120 meter) di Taiwan serta berbagai permainan lainnya yang memacu adrenalin.

Wisatawan muslim yang berkunjung ke negara kecil di sebuah pulau bernama Formosa ini dan menyempatkan diri ke tempat hiburan seluas 200 hektare tersebut memang diharapkan bisa merasakan suasana lebih islami dari biasanya.

Di sebelah musala, sebuah restoran mewah juga disiapkan untuk menyediakan menu halal bagi wisatawan muslim yang bermalam di hotel tersebut.

Menu salad salmon asap, sup tomat daging sapi, sup jamur, ayam rebus ala Mediteranean, tumis kambing iris dadu, nasi seafood bertabur keju dan susu, pizza ayam, kentang goreng keju, tersedia bersama pilihan menu halal lainnya.

Muslim di negeri seluas seperempat Pulau Jawa ini ternyata bisa dirasakan di banyak tempat hiburan lainnya, bukan hanya di Lihpao Land.

Ruang Berwudhu 

Tempat hiburan keluarga bertema permainan lainnya seperti di Janfunsun Fancy World, juga menyediakan ruang salat yang bisa dimuati hingga enam orang serta dilengkapi arah kiblat dan Alquran.

Demikian pula di Formosan Aboriginal Culture Village, sebuah tempat hiburan bertema permainan yang melengkapinya dengan taman replika kehidupan suku-suku asli Taiwan.

Kaum muslim bisa menjalankan ibadah salat di sebuah ruangan mungil bertulis prayer room berkapasitas dua orang, meskipun untuk mengambil air wudhu mereka harus menggunakan westafel toilet sekitar 200 meter jaraknya dari ruang tersebut.

Memang belum sempurna, namun pengelolanya juga menyediakan sebuah toilet halal di antara beberapa toilet lainnya dalam upayanya membuat nyaman wisatawan muslim.

Tulisan toilet halal mengacu pada toilet yang dilengkapi selang penyemprot air, berhubung toilet Taiwan adalah model toilet kering yang hanya mengandalkan tisu sebagai pembersih, seperti layaknya di Eropa.

Di tempat ini wisatawan muslim juga bisa memesan makanan di Restoran Maya yang menyediakan lima macam menu halal, seperti nasi sapi rebus kacang, nasi kari ayam, nasi kari kambing, nasi kari jamur, serta spaghetti bolognese.

Menu untuk muslim di restoran ini telah mendapat sertifikat halal dari Asosiasi Muslim China (CMA), lembaga yang berwenang mengeluarkan sertifikat halal untuk produk makanan, restoran, hingga hotel di Taiwan.

Saat ini ada sekitar 100 restoran yang terdaftar halal di Taiwan dan bisa dilihat di laman taiwanhalal.com, ditambah lagi ribuan restoran vegetarian yang mudah ditemukan di berbagai tempat, bisa menjadi pilihan yang juga aman bagi kaum muslim.

Sedangkan hotel untuk menginap, sudah sekitar 100 hotel yang mendapat label ramah muslim (muslim friendly) yang biasanya juga menyediakan kamar yang dilengkapi petunjuk kiblat, memiliki toilet dengan penyemprot air, atau menyediakan sarapan halal, atau tidak menyediakan minuman beralkohol atau tidak menyediakan saluran TV untuk dewasa.

Hotel West Lake Resortopia misalnya, juga menyediakan kamar dengan kitab suci Alquran, stiker arah kiblat dan tabel jadwal waktu salat di salah satu laci meja, toilet dengan selang serta makanan halal yang bisa dipesan.

"Kami menginginkan lebih banyak lagi wisatawan muslim berkunjung ke negara kami, khususnya dari Indonesia, Malaysia, dan muslim dari negara Asia Tenggara lain. Kami ingin membuat mereka merasa nyaman di sini," kata Chairman West Lake Resortopia, Fred Cheng.

Terus Meningkat 

Sebelumnya, data Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan (TETO) di Jakarta menyebut, jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Taiwan pada 2017 telah meningkat sebesar 46 persen dari tahun sebelumnya, menjadi lebih dari 189 ribu orang.

Jumlah wisatawan ini, menurut Kepala TETO John C Chen, diharapkan terus bertambah, seiring kesiapan Taiwan mengembangkan wisata ramah muslim di negara pemasok berbagai perlengkapan elektronika dan telekomunikasi ke seluruh dunia itu.

Apalagi saat ini sudah ada setidaknya delapan masjid besar di Taiwan, misalnya yang tertua Masjid Raya Taipei, lalu ada Masjid Budaya Taipei, Masjid At-Taqwa, Masjid Longgang Zhongli, Masjid Taichung, Masjid Tainan, Masjid Kaohsiung, dan Masjid An-Nur.
Selain masjid, tersedia pula musala di sejumlah tempat hiburan dan di tempat umum seperti di pusat pertemuan (misalnya New Nankang Exhibition Centre), di museum (National Palace Museum Taipei).

Juga di rumah sakit (Linkou Chang Gung Memorial Hospital), di kampus (Yu Da University of Science and Technology), di Bandara Taoyuan, Stasiun Kereta Api Taoyuan, dan di area istirahat (Qingshui Rest Area).

Seorang pekerja Indonesia yang sudah tinggal selama hampir dua tahun di Taipei, Anita, mengatakan masyarakat Taiwan sekarang ini mulai lebih terbuka kepada kaum muslim.

"Idul Fitri kami diberi waktu untuk Salat Id. Pengajian yang mendatangkan ustaz dari Indonesia juga boleh diadakan, jadi kami senang bisa berkumpul dengan teman-teman sebangsa dan bertukar pengalaman," kata perempuan yang bekerja di pabrik PCB (printed circuit board) ini.

Taiwan yang berpenduduk 23 juta jiwa ini memang menjadi tempat bernaung hampir 250 ribu tenaga kerja Indonesia (TKI) yang mayoritas beragama Islam. Mereka menjadi pintu gerbang masyarakat Taiwan mengenal kehidupan muslim.

"Warga Indonesia banyak yang ke Taiwan, kebanyakan muslim. Kami terinspirasi dari mereka untuk membuat wisata halal ini," kata Wakil Direktur Biro Pariwisata Taiwan yang berpusat di Kuala Lumpur, Malaysia, Cindy Chen.

Apalagi, menurut data WYSE (World Youth Student and Educational) Travel Confederation, saat ini wisatawan muslim sedang tumbuh pesat dan menghabiskan 220 miliar dolar AS per tahun, dan akan menjadi 300 miliar dolar AS untuk perjalanannya itu pada 2026.
Angka ini dinilai sebagai sebuah pasar yang besar yang dengan sigap segera disikapi oleh banyak negara di Asia, seperti Jepang, Korea dan Taiwan, dengan berlomba-lomba mengembangkan wisata halal. (af)

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.