Binjai - Seorang kakek berusia 77 tahun, yang kesehariannya berdagang balon keliling menjadi korban ganasnya aksi perampokan di Kota Binjai, Sumatera Utara pada Sabtu, 3 Oktober 2020.
Selain kehilangan uang hasil penjualan balon berkisar Rp 1 juta, pria tua bernama Usman itu harus menderita luka pada sekujur tubuhnya usai diseret pelaku perampokan yang menarik tas miliknya.
Tidak hanya itu, pelaku mengeluarkan senjata tajam dan mengancam akan melukai Usman kalau tidak menyerahkan uangnya dan membuat jari - jarinya terluka kena sabet senjata tajam pelaku yang mengendarai sepeda motor Honda Verza.
Saat berada di rumah Jalan Ismail Gang Keluarga, Limau Mungkur, Kecamatan Binjai Barat, Usman mengaku perampokan yang dialaminya pada saat hujan deras tersebut bukan pertama kali.
Dia mengisahkan pada Agustus 2020 lalu, dia juga mengalami peristiwa yang sama. Bahkan dia juga mengenal pelaku perampokan, cirinya bertubuh gemuk dan tinggi.
"Dua bulan lalu, kakek juga pernah dirampok. Sama perampoknya pakai kereta (Honda) Verza. Kakek ingat, bahwa yang merampok semalam itu juga yang merampok kakek bulan Agustus lalu," ungkapnya, Senin, 5 Oktober 2020.
Hasil penjualan mainan selalu dipotong lima hingga sepuluh ribu rupiah untuk membayar kontrakan
Usman yang sering dipanggil Kakek Balon itu mengisahkan, peristiwa yang dialaminya terjadi saat dirinya pulang jualan dari Lapangan Merdeka Kota Binjai, Sabtu, 3 Oktober 2020 pukul 22.00 WIB.
"Waktu itu hujan. Saya pulang dari tanah lapang jam 10 malam. Karena saya tidak bisa dayung, jadi sepedanya saya dorong. Saat sampai sekitar Gang Keluarga karena capek saya berhenti sebentar (menaikkan balon yang jatuh) dan tidak ada orang di sana," ujarnya.
Saat itulah secara tiba-tiba, pelaku datang dari belakang dan langsung menarik tas kakek balon.
"Dia sempat juga dari keretanya dan mengancam kakek dengan pisau. Karena kalah tenaga, kakek merelakan tas berisi uang," tuturnya.
Kakek Balon sendiri berasal dari Jawa Tengah dan sudah tinggal di Kota Binjai sejak 1950. Dia memilih berjualan mainan sejak 1965. Selama ini, kakek balon bersama sang istri tinggal di sebuah rumah kontrakan yang disewanya sebesar Rp 3 juta.
"Hasil penjualan mainan selalu dipotong lima hingga sepuluh ribu rupiah untuk membayar kontrakan yang didahulukan tauke mainan yang saya jual," kata Usman, pria yang kalau berjalan pincang.[]