Kado HLN ke-76, PLN Terangi 113 Desa di Wilayah 3T

Sebagai kado HLN ke-76, warga 113 desa di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) kini dapat menikmati aliran listrik 24 jam.
Hadirnya listrik ke wilayah terpencil. (Foto: Tagar/PLN)

Jakarta  - Komitmen PLN dalam memberikan akses listrik ke pelosok negeri terus dilakukan. Sebagai kado Hari Listrik Nasional (HLN) ke-76, warga 113 desa di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) kini dapat menikmati aliran listrik 24 jam.

Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN, Agung Murdifi mengatakan mengaliri listrik ke daerah 3T tak hanya memberikan terang bagi masyarakat. 

Hadirnya listrik ke wilayah terpencil, terdepan dan terluar di Indonesia dapat memudahkan masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas dan mendorong roda perekonomian.


PLN terus berkomitmen untuk menghadirkan terang di pelosok negeri demi mewujudkan energi berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.


"Kami berharap berkat listrik, masyarakat bakal makin produktif, meningkatkan perekonomian desa dan membantu anak anak di pedesaan bisa belajar lebih baik lagi," ujar Agung.

Agung merinci, bertepatan dengan HLN ke 76, 113 desa yang tersebar di 3 Provinsi telah menikmati listrik.

Masyarakat di 9 desa di Kepulauan Riau mendapatkan akses listrik dari PLN melalui pembangunan jaringan listrik. Infrastruktur di Kepulauan Riau tersebut terdiri dari jaringan tegangan menengah sepanjang 21,88 kilometer sirkuit (kms), jaringan tegangan rendah sepanjang  39,64 kms, 11 unit gardu distribusi dengan total daya sebesar 975 kilo Volt Ampere (kVA) dan 9 unit pembangkit listrik tenaga diesel dengan total kapasitas terpasang sebesar 935 kilo Watt (kW).

"Total biaya seluruh investasi pengerjaan di 9 desa ini mencapai Rp 29,3 miliar dan akan melayani sebanyak 1.803 pelanggan," kata Agung.

Sedangkan di Kalimantan Utara PLN membangun proyek infrastruktur ketenagalistrikan bagi 14 desa. PLN telah menggelontorkan nilai investasi mencapai Rp 40,37 miliar.

"PLN telah melistriki 323 desa di Kaltara. Kami berkomitmen untuk mewujudkan 100 persen rasio desa berlistrik di tahun 2022," ucap Agung.

Sedangkan di wilayah Nusa Tenggara Timur, PLN membangun Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 290,99 kms, Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 461,68 kms dan 112 buah gardu dengan total 5.375 kVA. Infrastruktur kelistrikan ini mampu menerangi 90 desa di NTT.

Keberhasilan PLN dalam menyalakan listrik bagi 90 desa yang tersebar Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dapat melistriki sebanyak 18.048 Kepala Keluarga (KK).

Komitmen PLN dalam melistriki Desa tidak akan berhenti sampai di sini. PLN juga sudah meneken perjanjian dengan Kementerian PDTT untuk terus mengoptimalkan potensi desa dalam menopang perekonomian negara. Salah satunya adalah dengan melistriki seluruh desa di Indonesia 100 persen pada tahun 2022.

Listrik kian merata dan dapat dinikmati masyarakat di seluruh nusantara melalui program Listrik Desa. Hingga kuartal III 2021, sebanyak 83.125 desa telah berlistrik.

Dari total desa yang terang, sekitar 75.278 desa yang dilistriki oleh PLN. Sementara sisanya dikerjakan bersama dengan pemerintah pusat melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, swadaya dari pemerintah daerah dan dukungan lainnya.

"PLN terus berkomitmen untuk menghadirkan terang di pelosok negeri demi mewujudkan energi berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia," ucap Agung. []

Berita terkait
Kejar Target EBT & Emisi, PLN-CEIA Perkuat Kolaborasi
PLN melanjutkan kerja sama dengan Clean Energy Investment Accelerator (CEIA) untuk mengakselerasi peningkatkan EBT dan penurunan emisi.
PLN Rampungkan Proyek, Listrik Sulut dan Sultra Kian Andal
Memperkuat pasokan listrik PLN melakukan pemberian tegangan pertama bagi tiga infrastruktur di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara.
PLN Mobile Berikan Kemudahan dalam Satu Genggaman
Dalam langkah transformasi, PLN mengusung digitalisasi dan customer experience yang tercermin dari hadirnya PLN Mobile yang memberikan kemudahan.
0
JARI 98 Perjuangkan Grasi untuk Ustadz Ruhiman ke Presiden Jokowi
Diskusi digelar sebagai ikhtiar menyikapi persoalan kasus hukum yang menimpa ustaz Ruhiman alias Maman.