Jutaan Rakyat Afghanistan Hadapi Malanutrisi yang Mematikan

Seruan Aksi Kemanusiaan untuk Anak-Anak UNICEF menghadapi kekurangan dana yang mendesak dan hanya mendapat 22 persen dana pada Mei
Sejumlah anak-anak tampak bermain trampolin di dekat Danau Shuhada di Kabul, Afghanistan, pada 2 Mei 2023. (Foto: voaindonesia.com/AFP/Wakil Kohsar)

TAGAR.id, New York, AS – Badan PBB untuk Urusan Anak-anak (UNICEF) memperingatkan, pada Kamis, 18 Mei 2023, bahwa jutaan anak-anak di Afghanistan sangat memerlukan bantuan makanan di saat badan tersebut menghadapi kekurangan dana.

"2,3 juta anak diperkirakan akan menghadapi kekurangan gizi parah tahun ini, dan 875.000 anak membutuhkan perawatan untuk kekurangan gizi parah yang mengancam nyawa," ujar perwakilan UNICEF Afghanistan, Fran Equiza, di New York, AS.

Ia menambahkan seruan Aksi Kemanusiaan untuk Anak-Anak UNICEF menghadapi kekurangan dana yang mendesak dan hanya mendapat 22 persen dana pada Mei.

Kekurangan gizi yang parah bisa mematikan. Namun juga bisa berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan mental yang memengaruhi sepanjang hidup mereka.

musim dingin di afghanistanMusim dingin yang mulai melanda Afghanistan, mengancam jutaan warga mengalami kelaparan akibat minimnya persediaan pangan. (Foto: voaindonesia.com/VOA)

Sejak Taliban merebut kekuasaan pada 2021, kelompok tersebut memberlakukan tindakan keras yang menimbulkan kecaman luas, seperti larangan bagi perempuan untuk menempuh pendidikan. Anak perempuan tidak bisa bersekolah setelah kelas enam, dan mereka dilarang untuk melanjutkan pendidikan ke bangku universitas.

Komunitas internasional belum secara resmi mengakui Taliban. Dengan pembekuan aset Afghanistan di luar negeri, ekonomi makin terpuruk sehingga menyulitkan rakyat Afghanistan.

Pada bulan April, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan, Afghanistan membutuhkan 4,62 miliar dolar AS bantuan untuk hampir 24 juta rakyat Afghanistan yang membutuhkan. (ps/ka)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
PBB Sebut Afghanistan Jadi Negara Paling Represif di Dunia bagi Perempuan
PBB pada intinya mengatakan, perempuan dan anak perempuan di sana kehilangan banyak hak dasar mereka