Jakarta – Laporan situs independen, worldometer, tanggal 6 Juli 2020, pukul 05.43 WIB, menunjukkan jumlah kumulatif kasus virus corona baru (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) mencapai 11.537.399 dengan 536.323 kematian dan 6.526.312 sembuh. Itu artinya pandemi Covid-19 belum akan reda karena jumlah ini, 11.537.399, tercapai secara global hanya dalam 189 hari setelah Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) menerima laporan tentang infeksi virus pneumonia di Wuhan, China, tanggal 31 Desember 2019.
Dengan rentang waktu 189 jumlah kasus global 11.537.399 berarti setiap hari 61.044 warga dunia tertular virus corona (Covid-19). Penyebaran virus kian merajalela karena tidak ada vaksin dan banyak negara yang tidak menjalankan protokol kesehatan secara ketat, seperti tidak memakai masker, tidak selalu mencuci tangan, dan tidak konsekuen jaga jarak fisik.
WHO mengatakan negara-negara yang tidak menanggulangi penyebaran Covid-19 secara komprehensif dan mengabaikan protokol kesehatan, maka negara itu akan perjalanan panjang penyebaran virus yang kian sulit di masa depan.
Jumlah kasus 11.537.399 tercapai karena banyak negara yang melaporkan kasus harian Covid-19 lebih dari 1.000. Seperti pada tanggal 6 Juli 2020, misalnya, Amerika Serikat (AS) melaporkan 40.662 kasus baru. Diikuti oleh Brasil 24.679 dan Rusia 23.932.
Beberapa negara yang di awal-awal pandemi ada di ‘papan bawah’ pandemi dengan laporan harian 1 atau 2 digit, sekarang melompat ke ‘papan tengah’ dengan melampaui jumlah kasus di Korea Selatan (Korsel). Misalnya, Peru sekarang ada di peringkat ke-5 dunia dengan jumlah kasus 302.718. Ada lagi Chili yang berada di peringkat ke-7 dunia dengan kasus 295.532.
Yang paling spektakuler adalah Rusia, Brasil dan India. Sebelmnya episentrum Covid-19 ‘terbang’ dari Eropa, Spanyol dan Italia, ke AS. Negeri Paman Sam itu bercokol terus di puncak pandemi Covid-19 dunia dengan jumlah kasus 2.976.432s serta 132.549 kematian yang merupakan angka terbesar di dunia. Padahal, Presiden AS, Donald Trump, pernah sesumbar dengan mengatakan tidak ada kesempatan bagi virus (corona) menginfeksi rakyatnya (11 Maret 2020).
Rusia yang juga di ‘papan tengah’ dengan sesumbar Presiden Vladmimir Putin yang mengatakan negaranya bisa menghadang virus, tapi fakta menunjukkan kasus Covid-19 di Negara Beruang Merah itu terus bertambah menyalip Italia dan Spanyol yang sudah jadi episentrum Covid-19 di Eropa. Kini Rusia ada di peringkat ke-4 dunia dengan kasus 681.251.
Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, mengatakan bahwa infeksi virus corona hanyalah ‘flu ringan’ sehingga efeknya tidak lebih buruk daripada infeksi virus flu. Tapi, fakta menunjukkan kasus Covid-19 di Negari Samba itu meroket ke peringkat ke-2 dunia dengan jumlah 1.603.055. Kematian di Brasil terbanyak kedua di dunia setelah AS yaitu 64.867.
Yang fantastis adalah India. Di awal pandemi ada di ‘papan bawah’ belakangan terus menanjak sampai di peringkat ke-3 dunia dengan kasus 697.836.
Samapi tanggal 6 Juli 2020 dilaporkan 21 negara menyalip China dalam jumlah kumulatif Covid-19. Padahal, banyak yang memperkirakan China akan jadi ‘negara’ pandemi virus corona. Tapi, langkah-langkah sistematis yang diterapkan otoritas China membuat negeri itu selamat dari ancaman pandemi dengan laporan terakhir jumlah kasus sebanyak 83.553.
Hal yang sama terjadi terhadap Korsel yang juga diperkirakan akan jadi epsentrum Covid-19. Tapi, langkah-langkah sistematis membuat Negeri Ginseng itu ada di ‘papan tengah’ yang dilampuai oleh 62 negara dalam jumlah kasus. Kasus di Korsel dilaporkan 13.091.
Indonesia yang disebut sebagai negara yang menjalankan program penanganan dengan ‘setengah hati’ kini ada di peringkat ke-26 dunia dengan jumlah kasus 63.749. Sebelum ada kasus terdeteksi, 2 Maret 2020, beberapa pejabat tinggi mengeluarkan komentar nyeleneh yang anggap remeh ancaman pandemi virus corona. []