Jumlah Akuntan Indonesia Masih Minim di Tingkat ASEAN

Bagi akuntan yang sudah mengantongi Certified Public Accountant (CPA) bisa bekerja di negara ASEAN karena berstandar internasional.
Ketua IAPI Aria Kanaka saat memberikan paparan di UMY Yogyakarta. (Foto: Humas UMY/Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta, (Tagar 19/1/2019) - Rata-rata dalam setahun, lulusan S1 Akuntasi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia sebanyak 35.000-an orang. Jumlah yang lumayan besar. Namun, jika dibanding dengan negara-negara ASEAN, ternyata jumlah akuntan di Indonesia tergolong minim.

Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Aria Kanaka mengatakan, Revolusi Industri 4.0 memberi kesempatan bagus bagi lulusan akuntansi. Pemerintah sudah memberikan payung hukum dengan UU nomor 5/2011 tentang Akuntan Publik.

Bagi akuntan yang sudah mengantongi Certified Public Accountant (CPA) bisa bekerja di negara ASEAN karena berstandar internasional. Persoalannya, jumlah akuntan yang sudah memiliki CPA masih sedikit.  

"Lulusan S1 Akuntasi di Indonesia 35.000-an orang pertahun. Sedangkan akuntan yang sudah bersertifikat CPA dari IAPI sebanyak 2.064 orang," katanya di Yogyakarta, Jumat (18/1).

Menurut dia, kondisi ini menjadi peluang mengingat pasar jasa sangat besar. Di sisi lain menjadi tantangan dalam berkompetisi dengan akuntan dari negara-negara tetangga. Akuntan dari negara tetangga bisa masuk bekerja di Indonesia. 

"Dibanding negara ASEAN, jumlah akuntan di Indonesia lebih sedikit dibanding Singapura, Malaysia, Philipina dan Thailand," jelasnya.

Dosen Akuntansi Universitas Indonesia (UI) ini mengungkapkan, agar bisa bersaing dengan akuntan dari negara lain, perlu meningkatkan kapasitas diri. Kemampuan berbahasa asing perlu ditingkatkan. 

"Akuntan Indonesia harus mempersiapkan diri dengan matang agar unggul di MEA, bisa menjadi tuan rumah di rumah sendiri," ungkapnya.

Pada kesempatan itu, Rektor UMY Yogyakarta Gunawan Budiyanto mengatakan, MoU antara UMY dengan IAPI merupakan respon terhadap perkembangan zaman. 

"Setiap perkembangan harus direspon agar menjadikan masyarakat maju dan berdaya, bahkan bisa berkarya secara internasional," ungkapnya.

UMY yang sudah meresmikan pusat ujian CPA, bisa dimanfaatkan mahasiswa secara maksimal. Pasalnya, dengan CPA ini kompetensi menjadi akuntan dapat terukur secara riil. 

"Tentunya CPA ini juga untuk menghindari tindakan tidak profesional," imbuhnya.

Kepala Program Studi Akuntansi UMY Ahum Abdurahim mengungkapkan keberadaan CPA test center ini untuk mempersiapkan mahasiwa yang kompeten sesuai  perkembangan teknologi informasi. Revolusi Industri 4.0 menuntut sumber daya manusia yang fasih bekerja dengan tekonologi. 

"Harapannya kita bisa menghasilkan akuntan publik yang berkontribusi untuk masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Indonesia," pungkasnya. []

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.