Oleh: Syaiful W. Harahap*
“Cegah Cacar Monyet di Indonesia, Menkes Budi Gunadi Bakal Sasar Kelompok Homoseksual” Ini judul berita di sumbar.suara.com, 26/7-2022.
Padahal, dalam berita disebutkan: "Benar. Ini memang ada di kelompok tertentu yang memang penularannya relatif tinggi, sama seperti HIV/Aids. Jadi kita sekarang sudah melakukan pendekatan ke organisasi-organisasi yang mengelola kelompok-kelompok ini, untuk bisa melakukan surveilans secara aktif," ujar Menkes Budi di Hotel Raffles, Kuningan, Jakarta Selatan, dikutip dari Suara.com, Selasa (26/7/2022).
Yang membikin judul berita ini memakai ‘baju moral’-nya dengan memakai kata konotatif yang bisa menimbulkan prasangka dan praduga yang bermuara kepada stigmatisasi (pemberian cap buruk atau negatif). Pemakaian kata ‘sasar’ sangat jauh dari pernyataan Menkes: melakukan pendekatan ….
Dalam KBBI arti kata ‘sasar’ yaitu: kurang pikir; tidak beres ingatan; setengah gila; sesat; salah jalan; menyasar; sasaran. Sedangkan ‘menyasar’ artinya sesat; salah jalan; membidik; menuju; mengarah (kepada). Sasaran artinya bulan-bulanan; yang disasarkan; hasil menyasar; dan sesuatu yang menjadi tujuan (yang dikritik, dimarahi, dan sebagainya).
Lagi pula ada fakta yang digelapkan sama seperti pada kasus AIDS pertama ditemukan di Los Angeles, Amerika Serikat (AS), tahun 1981, di kalangan gay. Tapi, belakangan diketahui ternyata pada saat yang sama di pantai timur AS kasus serupa ditemukan di kalangan pekerja seks komersial (PSK) dan laki-laki pelanggannya.
Hal yang sama terjadi pada cacar monyet. Karena klinik-klinik khusus gay sangat aktif dalam menangani kesehatan komunitasnya, maka mereka menemukan kasus cacar monyet.
Tapi, mengapa kalangan ahli tidak menyelidiki kasus cacar monyet di klinik-klinik atau rumah sakit umum?
Agaknya, ada kecenderungan moralistis di banyak kalangan di dunia ini. Sejatinya pakar ‘kan harus cari pembanding di klinik non-gay untuk memperoleh gambaran yang konkret tentang wabah cacar monyet.
Kasus cacar monyet pertama kali terdeteksi pada manusia di tahun 1970. Selanjutnya terjadi wabah tahun 2022 ketika cacar monyet dilaporkan terdeteksi pada kalangan gay di beberapa negara Afrika tengah dan barat.
Tapi, apakah cacar monyet penyakit infeksi menular seksual (IMS)?
Tidak!
Soalnya, penularan bukan karena hubungan seksual tapi karena terjadi pergesekan cairan yang keluar dari kulit pengidap cacar monyet ke orang lain melalui kontak langsung.
Yang perlu diketahui adalah risiko tertular cacar monyet tidak terbatas pada pria yang melakukan hubungan seksual dengan pria, karena siapa pun pernah kontak dekat dengan seseorang pengidap cacar monyet berisiko tertular.
Belakangan justru di banyak negara kasus cacar monyet ditemukan di kalangan non-gay, laki-laki dan perempuan.
Virus cacar monyet ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak dekat dengan lesi (luka, khususnya pada kulit yang pecah atau terkena infeksi), cairan tubuh, tetesan cairan dari pernapasan, serta benda yang terkontaminasi virus cacar monyet.
Gejala cacar monyet, antara lain:
- Ruam dengan lepuh di wajah, tangan, kaki, mata, mulut dan di alat kelamin
- Demam
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Energi rendah
Karena cairan dan ruam dengan lepuh bisa terjadi di alat kelamin, maka hubungan seksual antara laki-laki dan laki-laki serta antara laki-laki dan perempuan berisko jika salah satu mengidap virus cacar monyet.
Pemakai kondom tampaknya tidak efektif karena cairan bisa terkena ke kulit di bagian tubuh yang lain.
Banyak kasus cacar monyet yang terdeteksi pada warga di luar Afrika terkait erat dengan perjalanan internasional ke negara-negara dengan wabah cacar monyet atau melalui hewan impor yang terkontaminasi cacar monyet.
Cacar monyet termasuk penyakit langka yang disebabkan oleh infeksi virus cacar monyet yang merupakan bagian dari keluarga virus yang sama dengan virus variola, virus yang menyebabkan cacar.
Gejala cacar monyet juga mirip dengan gejala cacar, tetapi lebih ringan, dan cacar monyet jarang berakibat fatal. Selain itu cacar monyt tidak berhubungan dengan cacar air.
Penyakit cacar monyet sendiri ditemukan pada tahun 1958 pada koloni monyet yang dipiara untuk penelitian. Yang aneh biar pun dinamai cacar monyet tapi sumber penyakit ini belum diketahui secara pasti.
Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 2 hingga 4 minggu. Kasus yang parah dapat terjadi. Dalam beberapa waktu terakhir, rasio kasus kematian telah sekitar 3-6%.
Cacar monyet biasanya muncul secara klinis dengan demam, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi medis.
Menkes mengatakan belum ada kasus cacar monyet di Indonesia, tapi perlu diingat jalur internasional sudah terbuka ke Indonesia. Pengawasan di bandar-bandar udara dan pelabuhan sangat lemah bahkan bisa ‘main belakang’ seperti pada kasus karantina virus corona (Covid-19).
Thailand sudah melaporkan kasus pertama yang tedeteksi pada WN Nigeria di Phket (19/7-2022). Sebelumnya, 15/7-2022, India juga melaporkan kasus cacar monyet pada warga yang baru pulang dari Timur Tengah. Singapura dan Jepang juga sudah melaporkan cacar monyet.
Sudah 70 negara yang melaporkan kasus cacar monyet sehingga Indonesia tidak boleh lagi lengah dan mengait-ngaitkannya dengan moral dan agama seperti HIV/AIDS dan virus corona.
Baca juga: Pemerintah Sangat Terlambat Menangani Wabah Covid-19
Pengaitan cacar monyet dengan gay akan menyuburkan stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) yang pada akhirnya jadi kontra produktif untuk pencegahan dan penanggulangan cacar monyet.
Penularan dari manusia ke manusia bisa terjadi jika ada kontak langsung dengan sekret pernapasan, lesi kulit orang yang terinfeksi, atau benda yang baru saja terkontaminasi.
Penularan melalui partikel pernapasan berupa tetesan cairan bisa terjadi melalui kontak tatap muka yang lama. Kondisi ini bisa terjadi pada tenaga kesehatan dan antara anggota keluarga di rumah.
Maka, seiring dengan anjuran tetap memakai masker terkait dengan Covid-19 juga perlu untuk melindungi diri agar tidak tertular virus cacar monyet. (Sumber: WHO, CDC dan sumber-sumber lain). *
* Syaiful W. Harahap, Redaktur di Tagar.id