Jokowi-Ma'ruf Baju Putih, Prabowo-Sandi Jas, Apa Artinya?

Dalam surat suara Pilpres 2019, Jokowi-Ma'ruf mengenakan pakaian serba putih, Prabowo-Sandi setelan jas. Apa artinya?
Pasangan Capres-Cawapres nomor urut 1 Joko Widodo-Maaruf Amin dan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, hadir dalam kampanye damai yang diselegrakan KPU RI. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi)

Jakarta, (Tagar 5/1/2019) - Pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin mengenakan pakaian serba putih, sedangkan pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengenakan setelan jas. 

Itu penampilan mereka dalam surat suara Pilpres 2019. Apa arti masing-masing pilihan busana tersebut?

Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf mengatakan pakaian serba putih yang dikenakan Joko Widodo-Kiai Haji Ma'ruf Amin dalam surat suara Pemilu 2019 lebih egaliter dan lebih menampilkan orisinalitas kedua tokoh tersebut.

"Lebih sesuatu yang original, baik untuk Pak Jokowi maupun Kiai Ma'ruf," kata Direktur Program TKN Jokowi/Ma'ruf Amin, Arya Bima, di Kantor KPU RI, Jakarta, Jumat (4/1) mengutip kantor berita Antara.

Ia melanjutkan, "Era saat ini lebih bagaimana ekspresi yang lebih egaliter itu, saya kira pemimpin lebih dilihat dari keteladanannya, bukan suatu pakaian yang dia pakai."

Dalam surat suara tersebut, pasangan calon nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin mengenakan baju koko warna putih dan peci hitam, hanya foto Ma'ruf menggunakan sorban berwarna putih di pundak.

Menurut politikus PDI Perjuangan ini, bahwa pada dasarnya baju putih adalah kebiasaan pasangan tersebut.

"Pak Jokowi suka pakai baju lengan panjang putih. Pak Kiai (Ma'ruf) sebagai ulama besar kebiasaan beliau juga menggunakan baju kokoh putih," katanya.

Warna putih diyakini Bima tidak menyimbolkan satu agama tertentu karena semua pemuka agama identik dengan warna yang dilambangkan suci ini.

Oleh karena itu, ia meminta publik melihat pemimpin dari bagaimana mereka berpikir untuk rakyatnya dengan visioner dan partisipatif.

"Beliau tidak hanya sebagai seorang pemimpin atau capres dan cawapres, tetapi juga sebagai rakyat yang biasa dengan ekspresi baju yang digunakan," ucap Bima.

Surat Suara Pilpres 2019Petugas KPU menyiapkan peralatan untuk acara Validasi dan Persetujuan Surat Suara Anggota DPR, Presiden dan Wakil Presiden di kantor Pusat KPU, Jakarta, Jumat (4/1/2019). Validasi dan persetujuan yang ditandatangani oleh pengurus partai politik peserta pemilu tersebut dilakukan untuk memastikan penulisan nama dan foto peserta pemilu benar. (Foto: Antara/Muhammad Adimaja)

Prabowo-Sandi Setelan Jas

Sementara itu, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Priyo Budi Santoso mengatakan pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno memilih mengenakan setelan jas lengkap untuk foto di surat suara yang sudah divalidasi mencitrakan kewibawaan.

"Setelan jas mencitrakan kepemimpinan dan kewibawaan," kata Priyo, di Kantor KPU, Jakarta, Jumat.

Menurut Sekjen Partai Berkarya ini, pemilihan jas sudah melalui diskusi cukup panjang dengan tokoh budaya dan para pakar.

"Banyak pilihan yang tersedia, termasuk pakai baju muslim atau baju adat. Ketika kami mengadakan FGD mengundang berbagai tokoh budaya dan termasuk pakar-pakar dan menyimpulkan kali ini Pak Prabowo dan Sandi ingin tampil beda dengan baju yang mencitrakan kepemimpinan dan kewibawaan nasional," jelasnya.

Meski, mengenakan pakaian formal Prabowo-Sandiaga tetap mengenakan aksesoris berciri khas Indonesia yakni kopiah dan nama lengkap mengenakan gelar haji.

"Tetapi harus ingat juga beliau pakai peci kopiah yang sangat khas, mayoritas masyarakat muslim di tanah air kita. Dan pakai haji juga secara sadar itu sehari-hari Haji Prabowo Subianto," ucapnya.

Perpaduan kopiah dan jas, kata dia, merupakan perpaduan yang sangat lengkap bagi pemimpin Indonesia.

"Itu sudah lengkap dan merupakan representasi yang mewakili nasionalisme keislaman karena pakai kopiah dan haji tetapi juga kewibawaan dan kepemimpinan karena pakai jas," tuturnya.

Tim Prabowo-Sandiaga sengaja tidak memilih pakaian dengan simbol-simbol keagamaan.

"Kami meyakini tidak harus terlalu mengeksploitasi dan menunjukkan ke-Islam-an baju muslim atau adat tertentu, kami hindari itu. Sengaja kami tidak memilih itu. Itu kenapa enggak pakai budaya Jawa atau pakaian adat lain," kata mantan politikus Partai Golkar ini. []

Berita terkait