Jokowi dan Raja Salman Akan Teken 10 MoU

Indonesia dan Arab Saudi akan menyepakati 10 MoU dalam pertemuan antara Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz dan Presiden Joko Widodo.
Seorang pria melintas di depan panser Anoa yang akan dipakai untuk mengamankan rombongan kedatangan Raja Salman di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Selasa (28/2). Sebanyak 300 mobil mewah jenis Mercedes Benz tipe E, Mercedez Benz tipe S dan Alphard model terbaru serta panser Anoa disiapkan untuk melayani dan mengamankan para tamu delegasi Kerajaan Arab Saudi pada 1-3 Maret mendatang. (Foto: Ant)

Jakarta, (Tagar/28/2) - Pemerintah Indonesia akan menyepakati 10 perjanjian kerja sama (MoU) dengan Pemerintah Arab Saudi, dalam pertemuan bilateral antara Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz al-Saud dan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Rabu (1/3).

Menurut Duta Besar Arab Saudi Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (28/2), 10 MoU tersebut meliputi kerja sama di bidang keamanan, kesehatan, pendidikan, budaya, investasi, UKM, pertanian, perikanan, operasional penerbangan sipil, serta hal-hal mengenai Islam.

"Hubungan baik antara Arab Saudi dan Indonesia diharapkan akan semakin kuat dengan ditandatanganinya 10 MoU ini," kata Osama.

Meskipun tidak menyebut nilai yang diinvestasikan melalui perjanjian kerja sama tersebut, ia memastikan bahwa kunjungan Raja Salman ke Indonesia pada 1-9 Maret 2017 dengan membawa lebih dari 1.000 orang delegasi, bernilai besar bagi hubungan kedua negara.

Dalam bidang pendidikan, pemerintah Arab Saudi akan menyetujui kerja sama untuk pengembangan pengajaran Bahasa Arab oleh Lembaga Pendidikan Islam dan Arab (LIPIA) di tiga perguruan tinggi di Makassar, Surabaya, dan Medan.

Sementara kerja sama di bidang pariwisata, pembangkit tenaga listrik, dan energi, belum berhasil difinalisasi oleh tim kementerian terkait dari kedua negara.

"Termasuk pembahasan kerja sama antara Aramco dan Pertamina juga belum selesai dibahas," ujar Osama.

Osama menjelaskan bahwa pemerintahnya memang akan melepas sebagian saham Saudi Arabian Oil Co atau lebih dikenal dengan nama Saudi Aramco, untuk mendukung visi pembangunan 2030 dengan mengurangi ketergantungan terhadap produksi minyak.

Upaya untuk menambah keragaman pendapatan negara dilakukan pemerintah Saudi untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi seiring dengan anjloknya harga minyak dunia.

"Walaupun harga minyak turun tetapi Alhamdulillah ekonomi kami tetap stabil dan kuat. Bahkan pemerintah Saudi berencana membuka rekening khusus untuk rakyat, untuk memberi bantuan keuangan dan meningkatkan kesejahteraan," kata dia.

Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sepanjang 2016 Arab Saudi hanya merealisasikan investasi sebesar 900 ribu dolar AS untuk 44 proyek di Indonesia.

Nilai investasi tersebut menempatkan Arab Saudi di urutan ke-57, di bawah Afrika Selatan yang menanamkan modalnya sebesar 1 juta dolar AS dan Mali yang mampu menginvestasikan 1,1 juta dolar AS.

Dari sisi investasi, Arab Saudi memiliki potensi yang sangat besar. Para investor Saudi sangat identik dengan keluarga istana karena sebagian besar orang-orang kaya Saudi adalah keluarga istana.

Contohnya adalah Pangeran Walid bin Talal bin Abdul Aziz yang termasuk orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai 20 miliar dolar AS. Pada 2005 dia menyumbang Universitas Harvard dan Georgetown sebesar 40 juta dolar AS untuk pengembangan studi Islam. (fet/ant)

Berita terkait