Jika Elektabilitas Jokowi Terus Naik, Seperti SBY Memilih Budiono

"Kalau trend-nya di atas angka 65% saya kira dia tidak mempertimbangkan lagi aspek-aspek sosiologis. Seperti SBY memilih Budiono."
Presiden Joko Widodo berjabat tangan dengan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono ketika menghadiri prosesi ijab kabul putri Ketua DPD Oesman Sapta Odang, Putri Selaras dengan Danindro Aryadininto di Jakarta, Jumat (8/9). (Foto: Ant)

Jakarta, (Tagar 12/9/2017) - Hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menyebutkan tingkat elektabilitas Jokowi sebesar 50,9 persen atau mengalami kenaikan cukup signifikan 9 persen dibanding tahun 2016 sebesar 41,9 persen. Prabowo juga mengalami kenaikan namun hanya sebesar 1,5 persen dibanding tahun sebelumnya 24,3 persen.

Menanggapi hasil survei tersebut, peneliti CSIS Arya Fernandes mengungkapkan jika ke depan, tahun 2018 dan 2019, elektabilitas Jokowi naik lagi mencapai level lebih dari 65 persen maka Jokowi tidak akan lagi mempertimbangkan aspek sosiologis untuk mencari pasangannya sebagai wakil presiden.

"Tergantung bagaimana trend-nya. Kalau trend-nya di atas angka 65% saya kira dia tidak mempertimbangkan lagi aspek-aspek sosiologis. Bisa saja dia memilih orang Jawa, seperti dulu SBY memilih Budiono," kata Arya dalam konferensi pers yang dilaksanakan CSIS merilis hasil survei mereka di Jakarta, Selasa (12/9).

Namun kalau trend-nya di bawah 65%, Arya mengatakan Jokowi pasti akan mempertimbangkan aspek sosiologis, misalnya Jawa atau luar Jawa atau tokoh Islam.

Sementara itu, terkait calon pendamping Prabowo untuk menghadapi Jokowi, Arya mengatakan pertemuan SBY dengan Prabowo di Cikeas beberapa waktu lalu juga memberikan sinyal bahwa gerakan di luar pemerintahan itu juga solid.

CSIS melakukan survei tanggal 23-30 Agustus 2017 lalu dengan jumlah responden sebanyak 1000 orang yang tersebar merata di 34 provinsi. Margin of error survei sebesar 3,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. (Ard)

Berita terkait