Jerman Berduka Terjadi 100.000 Kematian Karena Covid-19

Jerman sedang berduka. Menurut data dari Robert Koch Institute (RKI), 100.000 orang telah meninggal karena Covid-19
Plakat peringatan bagi orang-orang yang meninggal karena Covid-19 di pemakaman Düsseldorf, Jerman (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Jerman sedang berduka. Menurut data dari Robert Koch Institute (RKI), 100.000 orang telah meninggal karena Covid-19. Christoph Strack melaporkannya untuk DW.

Kerstin kehilangan ayahnya yang berusia 83 tahun karena COVID-19 setahun lalu. Dia meninggal di rumah sakit. "Saya yakin dia tahu kami ada di sana," kata Kerstin kepada DW. "Bahkan jika aku hanya bisa membelai keningnya dengan tanganku yang mengenakan sarung tangan."

Kerstin tinggal di Düsseldorf, berjarak 600 kilometer dari orang tuanya yang bermukim di Berlin. Terlepas dari penularan virus dan pembatasan jarak sosial yang ketat, rumah sakit meneleponnya untuk menawarkan kunjungan terakhir. "Setidaknya saya ingin mengucapkan selamat tinggal kepada ayah saya," katanya.

Ayah Kerstin dibawa ke rumah sakit karena penyakit tuberkulosis dan baru tertular virus corona beberapa hari kemudian. Sekarang dia adalah salah satu dari 100.000 orang Jerman - menurut angka dari Institut Pengendalian Penyakit Robert Koch (RKI) - yang meninggal karena virus corona.

Perawat juga merasakan derita. Mereka telah berjuang selama pandemi hingga kesehatan memburuk. "Kita semua takut mati," perawat Rita Kremers menjelaskan kepada DW.

Seorang rekannya meninggal di ICU, katanya, enam minggu setelah infeksi corona. "Ini benar-benar menyentuh Anda, ketika ada orang yang Anda kenal meninggal," katanya.

1. Penghormatan bagi korban meninggal Covid-19

Jerman mengadakan acara peringatan resmi untuk menghormati orang yang meninggal karena Covid-19. Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier bertemu dengan keluarga korban pada April lalu. Pada saat itu, jumlah korban tewas lebih dari 70.000. Beberapa minggu kemudian, dia membuat pernyataan ketika jumlahnya naik menjadi 80.000.

"Beban pandemi ini melelahkan dan kita berjuang mencari jalan yang tepat. Makanya kita perlu jeda sejenak," katanya saat itu.

Ada cara lain untuk menandai tragedi pribadi dan nasional. Beberapa kota telah mulai menanam pohon peringatan di pemakaman.

"Simpati seluruh kota ditujukan kepada semua yang ditinggalkan dan terutama mereka yang tidak bisa bersama orang yang mereka cintai di saat-saat terakhir," Stephan Keller, Wali Kota Düsseldorf, menulis dalam sebuah pesan di satu lokasi peringatan tersebut.

plakat peringatan di jermanPlakat peringatan bagi orang-orang yang meninggal karena Covid-19 di pemakaman Düsseldorf, Jerman (Foto: dw.com/id)

Kini ada ahli yang khusus menangani kematian dan orang yang tengah menghadapi kematian karena virus corona. Bahkan ada museum yang didedikasikan khusus bagi mereka, yakni Museum Budaya Makam, di kota Kassel, Jerman tengah.

"Kita seharusnya tidak hanya memikirkan 100.000 korban meninggal, tetapi juga mereka yang meninggal karena kesepian pada gelombang pertama. Atau mereka yang meninggal karena pengobatan kanker yang harus ditunda," kata Dirk Pöschmann, Direktur Museum, kepada DW.

"Ini harus ditangani dengan sangat sensitif. Ini tentang menegakkan martabat seseorang setelah kematian," Dietmar Preissler, Direktur Koleksi Haus der Geschichte Bonn yang telah mengumpulkan barang-barang terkait pandemi untuk museum.

2. Ketidakberdayaan pengurus makam korban Covid-19

Fabian Lenzen, yang merupakan pengurus pemakaman di Berlin, mengingat "rasa ketidakberdayaan yang besar" pada bulan-bulan awal pandemi. Dia harus bekerja dengan hati-hati dengan mereka yang meninggal karena virus, tetapi "pakaian pelindung" membuat risikonya "dapat dikendalikan," katanya.

"Bagaimana saya berurusan dengan anggota keluarga? Apa yang mungkin dan apa yang tidak? Bagaimana saya memberi tahu mereka bahwa tidak mungkin untuk mengucapkan selamat tinggal," kata Lenzen. "Kami bukan menteri. Namun, kami telah mengisi peran itu lebih banyak lagi hanya dengan melakukan pekerjaan normal."

dokter dan pasien covid di jermanDokter Katharina Franz dan paramedis Andreas Hankel, sedang mempersiapkan pengangkutan seorang pasien Covid-19 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

3. Tragedi individu yang dirasakan oleh semua orang

Mereka yang memang memiliki peran pastoral, seperti uskup evangelis Hanover, Petra Bahr, menghadapi pertanyaan-pertanyaan ini secara berkala.

Setiap kematian adalah "di satu sisi sejarah dan di sisi lain kehidupan yang dipersingkat," katanya, menggambarkan meningkatnya jumlah kematian COVID-19 sebagai "berlebihan."

"Kami hampir terbiasa hanya dengan tenang mencatatnya," kata Bahr. "Angka tidak mati. Orang mati."

Bahkan ketika kematian menyentuh semakin banyak orang -semua orang dari wanita hamil hingga ayah muda, katanya- "tampaknya semakin tidak menarik bagi kita, bahkan ketika kematian ini terhubung dengan semakin banyak konsekuensi, dan semakin banyak kesengsaraan, penderitaan, dan menghancurkan kehidupan."

Sejarawan Dietmar Preissler melihat efek jangka panjang pandemi Jerman. Sama seperti Black Death di Abad Pertengahan atau pandemi flu 1918, Covid-19 "juga akan mempengaruhi masyarakat," katanya.

Untuk semua kehilangan, kenyataan yang dingin adalah bahwa ada lebih banyak kematian yang akan datang. Saat Jerman berduka atas 100.000 kematia, ia juga bersiap menghadapi musim dingin yang panjang dan gelombang infeksi keempat (ha/yf)/dw.com/id. []

Jerman Dihantam Gelombang Ke-4 Pandemi Covid-19

Dana Pemulihan Covid-19 Sebesar 25,6 Miliar Euro Untuk Jerman

Antisipasi Mutasi Virus Corona Jerman Perpanjang Lockdown

Covid-19 di Jerman Bisa Melonjak Lagi pada Musim Dingin

Berita terkait
Jerman Dihantam Gelombang Ke-4 Pandemi Covid-19
Beberapa negara bagian di Jerman yang paling terpukul merencanakan pembatasan yang lebih ketat, antara lain menutup Pasar Natal
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.