Jendi Pangabean Persembahkan Emas ke-24 di Asian Para Games 2018

Jendi Pangabean persembahkan emas ke-24 di Asian Para Games 2018. Ia terlahir normal, kecelakaan membuat kakinya diamputasi.
Perenang Indonesia Jendi Pangabean menunjukkan medali emas yang diperolehnya dari nomor renang 100 meter gaya punggung putra S9 Asian Para Games 2018 di Stadion Akuatik, Senayan, Jakarta, Kamis (11/10/2018). (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta, (Tagar 12/10/2018) - Jendi Pangabean berhasil mempersembahkan medali emas ke-24 untuk Indonesia setelah ia mampu menjadi yang tercepat di renang nomor 100M Gaya Punggung (S9). 

"Terima kasih Jendi, dari awal kami memang sudah yakin bahwa kamu akan manjadi yang terbaik! Indonesia bangga!" tulis Kementerian Pemuda dan Olahraga di akun Twitter resminya.

Atlet para-renang Indonesia Jendi Pangabean merebut medali emas nomor 100 meter gaya punggung putra S9 Asian Para Games 2018 di Jakarta, Kamis mengutip Antara.

Jendi yang turun di lane 4 babak final menyelesaikan lomba dengan waktu 1 menit 7,45 detik.

Medali perak nomor tersebut diraih atlet China Qingquan Quo (1 menit 8,59 detik) dan medali perunggu diraih atlet Korea Yonghwa Kwon (1 menit 11,12 detik)

Atlet para-renang Indonesia Jendi Pangabean mempersembahkan medali emas yang ia raih di nomor 100 meter gaya punggung putra S9 Asian Para Games 2018 di Jakarta, Kamis, untuk masyarakat Indonesia yang sedang menjadi korban bencana gempa bumi dan tsunami.

"Yang jelas ini untuk bangsa Indonesia yang sedang banyak menjadi korban bencana. Saya harap ini menjadi semangat untuk masyarakat Indonesia apalagi untuk saudara-saudara kita yang ada di Donggala. Kita di sini selalu mendukung dan mendoakan mereka," kata Jendi usai perlombaan.

Lahir Normal

Jendi Pangabean dalam sebuah acara sponsor resmi Asian Para Games di Citibank Tower, Selasa (18/9), menceritakan bahwa dirinya terlahir normal. Pada usia 12 tahun ia mengalami kecelakaan hingga kakinya harus diamputasi.

"Kecelakaan motor yang terjadi ketika saya dibonceng menggunakan motor teman," kata Jendi yang kini berusia 27 tahun. "Teman saya tidak apa-apa, tapi saya jadi korban. Kondisi saya ketika dan setelah kecelakaan sadar. Saya tahu betul kalau kaki hancur, dan saat-saat dioperasi, saya tetap sadar," katanya menambahkan.

Jendi tidak hanya mencoba untuk kuat menghadapi masa-masa kritis dan saat dioperasi, tetapi juga berupaya tegar menerima kenyataan kehilangan kaki kiri dari bagian paha ke bawah.

Setelah pulih dari kecelakaan, Jendi melanjutkan sekolah dan bergaul seperti biasa seperti teman-teman. Ia mengatakan teman-teman di sekolah menerima dan menganggap dia seperti biasa yakni sebagai manusia yang normal.

"Saya orang desa, terlahir di kampung Sumatera Selatan. Saya lanjut sekolah di Palembang, merantau sendiri. Tinggal kos bersama teman," ucap Jendi.

Jendi Pangabean(Foto: Kemenpora)

Di Palembang, Jendi diperkenalkan olahraga disabilitas. Ia tahu punya bakat di air karena senang berenang. Dulu ia jarang berenang di kolam, tapi sungai.

Karena sering berenang di sungai, Jendi merasa memiliki bakat berenang secara alami. Ia kemudian terjun ke dunia olahraga sebagai atlet dan bergabung bersama salah satu klub renang di Palembang agar bakatnya semakin terasah dengan baik.

Ia latihan dengan orang normal atau tanpa disabilitas dan program yang sama. Pernah suatu saat program latihannya dengan atlet normal dibedakan, ia tidak mau. Dengan berlatih bersama atlet normal, otomatis ia termotivasi untuk mengimbangi kecepatan berenang.

Menu latihan Jendi tidak mudah. Ia harus rajin olahraga dan mengatur pola makan untuk membentuk tubuh ideal sebagai perenang.

"Saya tak pernah diet, tapi memang setiap hari harus keluarkan kalori yang banyak. Pukul 5 pagi sudah di dalam air, lalu sore hari pukul 16.00-19.00. Lalu ada latihan di gym, tapi tidak boleh banyak," ungkapnya.

"Karena badan walau six pack, harus tetap lentur. Kalau kaku, akan merusak gaya renang. Makan tidak diet, tapi jaga makanan yang penting baik untuk tubuh kita."

Usai berlatih renang selama bertahun-tahun dengan keadaan terbatas, Jendi akhirnya berhasil meraih prestasi perdana tingkat nasional. Prestasi tersebut ia dapatkan dalam ajang Pekan Paralimpik Nasional pada 2012.

"Di ajang itu dapat dua emas, satu perak, dan satu perunggu. Tahun itu juga masuk tim nasional," tutur Jendi.

"Lalu di kejuaraan internasional pertama itu ASEAN Para Games yang hingga kini saya sudah mengumpulkan lima emas. Saya juga mendapat satu emas, satu perak, dan satu perunggu dalam kejuaraan di Berlin pada 2018," tuturnya kembali.

Menurut Jendi prestasi-prestasi yang ia raih tidak sekadar buah dari latihan dan usaha, tetapi juga berkat doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Perasaan setelah mendapat medali itu rasanya 'wow'. Suatu kebanggaan," ujarnya

Meski masih aktif menjadi atlet, Jendi sudah mempersiapkan diri untuk mentas dari kolam dan mempersiapkan masa depan dengan bekal yang didapat dari pemerintah.

Optimisme

Tahun ini, Jendi kembali mengibarkan bendera Merah Putih pada perhelatan Asian Para Games 2018

Medali emas Jendi Pangabean pada nomor renang 100 meter gaya punggung putra S9 memberikan semangat sekaligus optimisme bagi kontingen Indonesia dalam perburuan medali pada tiga hari terakhir Asian Para Games 2018.

Pada pertandingan hari keenam Asian Para Games 2018 di Jakarta, Kamis, kontingen tuan rumah menambah perolehan satu medali emas, empat medali perak, dan lima medali perunggu.

Tim estafet para-renang putra Indonesia yang terdiri dari Guntur, Jendi Pangabean, Tangkilisan Steven Sualang, dan Suriansyah merebut medali perunggu pada nomor renang 4x100 meter estafet gaya ganti putra 34 poin.

Pada cabang para-atletik, atlet putri Ni Made Arianti Putri menyumbang medali perak pada perlombaan nomor lari 400 meter T13. Medali yang sama dipersembahkan atlet putra Nur Ferry Pradana pada nomor lari 400 meter putra T45/46/47.

Sementara, Eko Saputra menyabet medali perunggu nomor lari 400 meter putra T12. 

Pebalap sepeda putri Sri Sugiyanti pada nomor para-balap sepeda individual pursuit 3.000 meter putri menyumbang medali perak bagi kontingen Merah-Putih.

Kemudian, Herman Halawa menyumbang medali perunggu pada nomor perlombaan putra individual pursuit 4.000 meter putra pada cabang para-balap sepeda.

Tim sprint putra kelas C1-5 juga menyumbang medali perunggu pada cabang para-balap sepeda.

Cabang para-angkat berat menyumbang satu medali perak dan satu medali perunggu pada Kamis. Medali perak dipersembahkan Sriyanti pada kelas lebih dari 86 kilogram putri. 

Sedangkan Ni Nengah Widiasih menyumbang medali perunggu pada nomor 86 kilogram putri.

"Kami bersyukur karena pada hari kelima kami dapat melebihi target meraih medali emas. Tentu target ini adalah usaha maksimal. Tapi, masih ada hari esok dan kita akan berjuang untuk meraih pundi-pundi emas," kata Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi selepas menonton perlombaan para-renang.

Kontingen Indonesia, menurut Menpora, masih berpeluang untuk menambah perolehan medali pada cabang bulu tangkis, lawnboul, dan catur.

"Saya akan terus menyemangati atlet agar mereka bisa terus bersemangat. Tentu kita senang berada di tribun penonton dan siap teriak-teriak serta loncat-loncat," kata Menpora.

Menpora berjanji akan mengumumkan secara resmi bonus yang akan diperoleh para peraih medali Asian Para Games pada Jumat (12/10).

Pada pertandingan hari keenam, kontingen Indonesia masih bertahan pada posisi sementara keenam dengan total 24 medali emas, 33 medali perak, dan 39 medali perunggu.

Kontingen Uzbekistan berada di atas Indonesia atau peringkat kelima sementara dengan total 31 medali emas, 20 medali perak, dan 16 medali perunggu.

Pada posisi puncak, kontingen China seakan tidak terkejar dengan mengoleksi 137 medali emas, 69 medali perak, dan 49 medali perunggu. Kontingen Korea Selatan menempel di bawahnya pada posisi sementara kedua dengan pengumpulan 43 medali emas, 37 medali perak, dan 34 medali perunggu.

Kontingen Iran dengan 40 medali emas, 32 medali perak, dan 32 medali perunggu menempati posisi sementara tiga pada hari keenam. Sedangkan kontingen Jepang yang sempat menempati posisi sementara kelima naik pada posisi keempat dengan total 31 medali emas, 52 medali perak, dan 56 medali perunggu. []

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.