Untuk Indonesia

Jangan Pernah Lelah Mencinta Indonesia

'Takdir Indonesia dengan banyak suku, ras dan agama dalam ikatan negara kesatuan, bukan kerajaan.' - Ulasan Denny Siregar
Anggota Bantuan Serbaguna (Banser) Ansor membawa bendera saat Kirab Satu Negeri di Kediri, Jawa Timur, Sabtu (13/10/2018). Kirab dengan membawa 17 bendera Merah Putih tersebut dimulai dari Rote, Nusa Tenggara Timur, dan akan berakhir pada 28 Oktober di Yogyakarta. Kegiatan tersebut bertujuan meneguhkan komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (Foto: Antara/Prasetia Fauzani)

Oleh: Denny Siregar*

Menjaga Indonesia itu tidak mudah....

Negeri yang ditakdirkan terdiri dari banyak suku, ras dan agama ini mendapat anugerah dengan ikatan dalam bentuk negara kesatuan, bukan kerajaan. Itu berarti secara otomatis kita semua yang berbeda melebur menjadi satu, dengan sebuah identitas kebangsaan.

Tetapi akhir-akhir ini rasa persatuan itu tercederai dengan ulah sebuah komunitas, kelompok kecil dengan identitas keagamaan yang merasa dirinya paling benar. Mereka memaksakan keyakinannya dengan cara kekerasan, menjajah kemerdekaan orang lain yang berkeyakinan berbeda. Peristiwa-peristiwa itu meletup di beberapa daerah dan membangun rasa kecurigaan juga dendam.

Kelompok ini walau kecil tidak bisa dianggap remeh. Virus yang mereka tularkan itu berhasil menghancurkan banyak negara seperti Suriah dan Irak, merusak kebhinekaan mereka dan memakan banyak korban jiwa. Sebuah pelajaran yang harus dipetik oleh kita dan menjadi bahan kajian supaya tidak bernasib sama.

Masih untung kita ada Nahdlatul Ulama....

NU adalah organisasi massa terbesar di Indonesia berbasis keagamaan. Mereka sudah berkomitmen untuk menjaga tanah air ini dengan segenap darah dan jiwa mereka. Gerakan mereka yang diwakili oleh kelompok kepemudaan yang bernaung dibawah nama GP Ansor dan Banser, terus bergerak untuk menjahit kembali luka-luka yang ditimbulkan oleh arogansi kelompok kecil yang beragama sama.

Sejak 16 September, Ansor dan Banser NU melakukan kirab satu negeri. Mereka bergerak menunjukkan identitas mereka bukan untuk mengancam, tetapi justru mengingatkan mereka yang berbeda keyakinan untuk melangkah bersama menjaga negeri ini.

Mereka seakan berkata, "Jangan takut, kami ada" sebagai pengingat bahwa sebagian besar masyarakat ini bukan kelompok anarkis dan radikal. Yang bisa kita lakukan hanya bergandeng tangan dan saling menghormati sekaligus menunjukkan bahwa kita tidak ingin terpecah.

Tanggal 26 Oktober, 100 ribu anggota Ansor dan Banser NU di Yogyakarta akan melakukan deklarasi kebangsaan, sekaligus mengingat kembali Sumpah Pemuda kita. Jangan karena kelompok kecil yang anarkis, kita jadi terpecah. Dan mereka juga mengundang semua warga untuk ikut hadir di sana.

Harus diakui, tanpa Nahdlatul Ulama, sudah lama kita terpecah. Karena ada kelompok mengatasnamakan agama yang menyakiti agama lain dengan semua aksi provokasinya. Jika tidak ada kelompok agama moderat, kita bisa seperti Lebanon yang perang saudara antar-agama selama 15 tahun lamanya.

"Jangan pernah lelah mencinta Indonesia," pesan Gus Yaqut Cholil Qoumas Ketua umum Ansor dan panglima tertinggi Banser NU. Kecintaannya pada negeri inilah yang ditularkan pada sekian puluh juta anggotanya untuk tetap berada pada jalur yang benar. Dan kita terselamatkan dari perpecahan.

Jujur, bersama mereka, saya merasa percaya diri, bahwa negeri ini akan menjadi besar. Karena selain aparat keamanan, Ansor dan Banser NU lah benteng terkuat kita menjaga negeri dari perpecahan sektarian.

Jangan pernah lelah mencinta Indonesia.

Saya tidak pernah lelah. Setiap tarikan napas saya, setiap detak jantung saya, dan setiap tarikan seruput kopi saya, hanya ada satu tujuan, bagaimana menjaga negeri ini supaya tetap seperti yang diamanatkan para pendiri bangsa.

Dan itulah jihad yang sebenar-benarnya.

Jika kita satu barisan demi Indonesia, mari angkat cangkir kopinya....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.