Yogyakarta - Wakil Dekan Kerja Sama, Penelitian Pengabdian Masyarakat dan Alumni Fakultas Farmasi UGM, Dr. Endang Lukitaningsih, M.Si., Apt. mengatakan, Jamu sebagai minuman herbal dinilai perlu kembali menjadi gaya hidup masyarakat Jawa. Pasalnya, jamu menjadi alternatif pembantu untuk menjaga kesehatan sehari-hari.
Hal itu diungkap Endang saat bertemu Wakil Gubernur DIY, di Gedhong Pare Anom, Komplek Kepatihan, Yogyakarta, Senin, 30 September 2019.
Ia mengatakan, perkembangan zaman telah membuat jamu semakin tidak dikenal, utamanya oleh generasi masa kini.
"Kenyataannya, anak muda sekarang tidak tahu tentang jamu. Padahal dulunya jamu juga menjadi bagian dari gaya hidup. Zaman sekarang orang justru lebih cenderung tidak membiarkan tubuhnya menyembuhkan diri sendiri," ujar dia.
Dikatakan Endang, masyarakat masa kini memiliki kebiasaan langsung meminum obat kimiawi jika merasa sakit. Padahal, tubuh manusia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri. Dengan sering meminum obat, tubuh akan tidak terbiasa melakukan penyembuhan sendiri, akibatnya tubuh akan menjadi lebih lemah.
"Gaya hidup minum jamu itu sehat. Dan jamu tidak seperti obat. Jamu pun tidak hanya membantu tubuh dalam penyembuhan, tetap bisa membantu tubuh menjaga kesehatan," katanya.
Untuk itulah Fakultas Farmasi UGM berencana menggelar Festival Jamu Internasional pada 14-16 November 2019 mendatang di Royal Ambarrukmo, Yogyakarta. Berbagai kegiatan akan dilakukan guna mengedukasi masyarakat tentang jamu.
Baca juga: Kiat Bugar dan Berstamina ala Presiden Jokowi
Melalui festival ini, ia berharap Yogyakarta yang masih kental dengan nilai budaya, bisa menjadi barikade untuk mencegah punahnya budaya minum jamu. Yogyakarta pun diharapkan bisa menjadi pelopor untuk memposisikan jamu sebagai gaya hidup masyarakat.
Sementara itu, Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X mengatakan, dirinya mendukung diselenggarakannya Festival Jamu Internasional ini. Namun ia berharap panitia mampu mengemas kegiatan agar bisa lebih mengedukasi masyarakat tentang jamu.
"Festival ini harus bisa menjadi kegiatan monumental dan kalau bisa menjadi event tahunan. Yang jelas, festival ini tidak boleh hanya menjadi sebuah festival biasa, yang selesai diselenggarakan, selesai pula kegiatan. Harus ada kegiatan yang berkelanjutan," imbuhnya.[]