Jakarta Nyaman Karena Angka

Jakarta lebih nyaman? Ya. Inilah dampak positif dari peraturan ganjil-genap yang diterapkan untuk merekayasa lalu lintas. Semua bersyukur, tak lagi tersiksa dan berpeluh oleh kemacetan yang menyiksa rutinitas.
Jakarta lebih nyaman? Ya. Inilah dampak positif dari peraturan ganjil-genap yang diterapkan untuk merekayasa lalu lintas. Semua bersukur, tak lagi tersiksa dan berpeluh oleh kemacetan yang menyiksa rutinitas. (Foto: Antara)

Jakarta, (4/7/2018) – Sejak Senin, 2 Juli kemarin, Jakarta terasa lebih nyaman. Jalan-jalannya terlihat lebih lancar, kemacetan di jalan-jalan utama yang biasa terjadi, terlihat lebih lengang. Beberapa petugas Dinas Perhubungan (Dishub) dan Polisi Lalu Lintas (Polantas) tampak berjaga di persimpangan.

Kemacetan yang berkurang ikut menurunkan tingkat polusi akibat racun CO2 yang biasanya disemburkan oleh kendaraan yang terjebak macet. Efek berikutnya, penggunaan bahan bakar minyak (BBM) pun semakin irit, karena kendaraan tak lagi berhenti di tengah simpul-simpul kemacetan jalan raya.

Jakarta lebih nyaman? Ya. Inilah dampak positif dari peraturan ganjil-genap yang diterapkan untuk merekayasa lalu lintas. Semua bersyukur, tak lagi tersiksa dan berpeluh oleh kemacetan yang menyiksa rutinitas.

Semua?  Tak sepenuhnya benar. Ternyata masih ada yang mengeluhkan penerapan aturan ganjil-genap karena dirasa menghalanginya menuju tempat kerjanya.

Mohamad Ukung (35), seorang karyawan yang berkantor persis di simpang Jalan Basuki Rahmat dengan DI Panjaitan bingung untuk menuju kantornya. Ia yang mengendarai sedan, tentunya tak lagi setiap hari bisa membawa mobilnya ke kantor.

“Jalan menuju kantor saya terkena aturan ganjil-genap ini. Padahal, di pintu keluar tol Jatinegara, Kebon Nanas itu kantor saya,” keluhnya kepada Tagar. Ukung yang tinggal di Cibinong memang melalui jalan tol untuk ke kantornya.

Kini, ia tak lagi bisa keluar di UKI, Cawang, karena jalan itu sudah menerapkan aturan ganjil-genap. “Jika terus naik tol dalam kota, saya harus keluar Pintu Tol Jatinegara, itu pun langsung masuk jalan DI Panjaitan. Padahal, letak kantor saya memang di pintu keluar tol itu,” keluhnya bingung.

Warga yang bingung tentunya tak cuma Ukung. Banyak ruas jalan lainnya yang menutup akses transportasi dari dan menuju tempat kerja atau usahanya.

Nursigit Pristiwaji (52) bingung dengan masa penerapan ganjil-genap ini yang akan berlangsung sejak Senin hingga Minggu, artinya tujuh hari penuh dalam seminggu.

“Bagaimana saya arisan, silaturahim dengan keluarga besar saya, jika Sabtu dan Minggu juga diterapkan aturan ganjil-genap itu? Padahal, kegiatan kekeluargaan, ibadah dan lainnya biasa diadakan di hari Minggu,” keluh Sigit, bapak dari lima orang anak itu.

Ukung dan Sigit memang harus berkorban sedikit untuk memberi andil bagi kelancaran dan kenyamanan Jakarta. Untuk kenyamanan Ibu Kota tercinta, siapa yang tidak mau? (rif)

Berita terkait