Jakarta Catat Kasus Cacar Monyet Terbanyak di Indonesia

Setelah kasus mpox pertama di Indonesia terdeteksi pada Oktober 2022 lalu, hingga saat ini jumlah kasus penyakit ini telah mencapai 57 kasus
ILUSTRASI - Seorang dokter memeriksa luka pasien akibat terinfeksi cacar monyet (mpox) di ruang isolasi RS Arzobispo Loayza, Lima, Peru, Amerika Selatan, 16 Agustus 2022. (Foto: voaindonesia.com/AFP/Ernesto BENAVIDES)

TAGAR.id, Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus cacar monyet (monkeypox/mpox) di Indonesia mencapai 57. Kasus yang paling banyak terdapat di Provinsi DKI Jakarta. Anugrah Andriansyah melaporkannya untuk VOA.

Setelah kasus mpox pertama di Indonesia terdeteksi pada Oktober 2022 lalu, hingga saat ini jumlah kasus penyakit ini telah mencapai 57 kasus. Hal ini disampaikan Direktur Surveilans Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Achmad Farchanny Tri Adryanto, dalam konferensi pers virtual hari Kamis (23/11-2023). Sebaran penyakit cacar monyet di Indonesia terjadi di lima provinsi.

"Total kasus terkonfirmasi cacar monyet hingga 22 November 2023, ada 57 orang. Delapan orang masih suspek, 191 orang itu dinyatakan negatif, dan dari 57 kasus ini, 33 orang sudah sembuh," kata Farchanny.

Farchanny menjelaskan dari 57 kasus terkonfirmasi mpox yang terbanyak melaporkan adalah:

  1. DKI Jakarta (42 kasus)
  2. Banten (6 kasus)
  3. Jawa Barat (6 kasus)
  4. Jawa Timur (2 kasus)
  5. Kepulauan Riau (1 kasus).

Seluruh penderita kasus cacar monyet yang terkonfirmasi adalah laki-laki.

Adapun rentang usia yang paling banyak dilaporkan kasus cacar monyet yang terkonfirmasi adalah 30-39 tahun dengan 24 kasus. Kemudian, usia 25-29 dengan 17 kasus, 18-24 tahun dengan 13 kasus, 40-49 tahun dengan dua kasus, dan 50 tahun ke atas satu kasus.

"Dari 57 kasus yang terkonfirmasi orientasi seksual pada penderita adalah terbanyak pada komunitas lelaki seks lelaki (LSL) ada 35 kasus. Kemudian orientasi biseksual ada 11 kasus, heteroseksual ada 7 kasus, dan yang belum diketahui secara pasti masih dilakukan pendalaman ada dua kasus. Ada lima kasus baru yang masih pendalaman dan penyelidikan epidemiologi," jelas Farchanny.

Ditambahkannya, 57 kasus mpox yang terkonfirmasi rata-rata penderitanya disertai dengan kondisi penyerta, seperti positif human immunodeficiency virus (HIV) ada 39 kasus.

"Lalu, disertai dengan penyakit sifilis 16 kasus, hipertensi dua kasus, herpes simplex virus (HSV) dua kasus, dan tuberkulosis aktif dua kasus," ujarnya.

Seluruh kasus mpox yang terkonfimasi diwajibkan menjalani isolasi. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan yang menjalani isolasi di rumah sakit ada tujuh kasus. Lalu, pasien yang menjalani isolasi mandiri dan dalam pengawasan petugas kesehatan ada 14 orang. "Dirawat di rumah sakit dan meninggal dunia ada satu orang dan sudah sembuh ada 33 kasus," ujar Farchanny.

Potensi Penularan Cacar Monyet Terbanyak Lewat Kontak Seksual

Sementara itu kemungkinan penularan mpox paling banyak terjadi melalui kontak seksual dengan 51 kasus. Namun enam kasus cacar monyet lainnya belum diketahui jejak penularannya.

Adapun gejala yang timbul dari 57 kasus mpox itu yakni simtomatik seperti demam dan muncul lesi terjadi pada 54 orang. Kemudian pasien dengan gejala asimtomatik atau tidak dengan gejala demam dan lesi yakni tiga kasus.

"Rata-rata masa inkubasi pada kasus yang terkonfirmasi sekitar 7 hari. Gejala yang timbul dan dikeluhkan itu terbanyak adalah muncul lesi di kulit, demam, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan influenza," ucap Farchanny.

Cacar Monyet Merebak Pesat 2023

Tim pakar dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Lie Khie Chen, menyatakan angka kematian kasus mpox sangat kecil.

"Kami di RSCM menerima pasien dengan rujukan. Jadi penderita mpox yang dirujuk ke RSCM adalah pasien dengan komorbid yang berat. Kalau pasien yang kami rawat memang komplikasi, masuknya dengan kondisi yang bermasalah dan harus menjalani operasi," katanya.

Lie Khie Chen juga memberikan klarifikasi terkait dengan satu pasien cacar monyet yang dirawat di RSCM. Menurutnya, pasien itu meninggal dunia bukan karena mpox. "Kondisi dari pasien penyebab meninggalnya sama sekali bukan karena mpox. Disebabkan oleh komorbid lainnya. Kita tidak perlu khawatir kasus mpox umumnya kasus yang bisa diatasi," ujarnya.

Sementara itu spesialis penyakit dalam konsultan tropik infeksi, Robert Sinto, mengatakan angka kematian pada kasus mpox masih rendah. Namun upaya deteksi dini penyakit mpox perlu menjadi prioritas agar tidak terjadi penularan yang lebih banyak di masyarakat.

"Satu kasus yang berakhir dengan kematian bukan berarti angka kematiannya tinggi akibat mpox tapi rendah, sehingga tidak perlu terlalu khawatir tapi harus meningkatkan kewaspadaan," tandasnya.

Kasus mpox di Indonesia pertama kali dilaporkan pada pada 20 Agustus tahun 2022 dengan satu kasus. Sejak saat itu sepanjang tahun 2022 tidak ada lagi kasus mpox yang ditemukan. Kemudian, kasus mpox di Indonesia kembali ditemukan pada Oktober 2023. (aa/em)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Kasus Cacar Monyet Meningkat di Indonesia, Puan Maharani Minta Perluas Jangkauan Tracing
Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti kenaikan jumlah kasus penyakit cacar monyet atau monkeypox (Mpox) di Indonesia.
0
Jakarta Catat Kasus Cacar Monyet Terbanyak di Indonesia
Setelah kasus mpox pertama di Indonesia terdeteksi pada Oktober 2022 lalu, hingga saat ini jumlah kasus penyakit ini telah mencapai 57 kasus