TAGAR.id – Universitas-universitas di Amerika Serikat (AS) menyambut mahasiswa internasional ketika tahun akademik baru dimulai. Meskipun jumlah pelajar asing terus bertambah, jumlah pelajar dari negara pengirim terbanyak, China, kini menunjukkan tanda-tanda mendatar atau menurun.
Analis industri mengatakan, tren negatif ini terutama disebabkan oleh tingginya biaya ekonomi di China yang sedang kesulitan, dan semakin banyak siswa belajar ke negara-negara seperti Australia dan Inggris yang biayanya lebih murah. Selain itu, ada ketegangan hubungan antara Washington dan Beijing.
Jumlah pelajar asing yang belajar di AS pada tahun 2022-23 melampaui 1 juta orang, pertama kalinya sejak pandemi COVID, kata Open Doors, sumber informasi pelajar dan cendekiawan internasional.
Meskipun AS mengalami peningkatan hampir 12% dari tahun ke tahun pada periode tersebut, namun jumlah pelajar internasional dari China turun 0,2% menjadi 289.526.
Itu berarti 600 siswa lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pada tahun akademik 2021-22, ketika jumlah pelajar asing turun hampir 9%. Pandemi COVID menyebabkan jumlah pelajar China menurun pada 2020-21 sebesar hampir 15%, sejalan dengan penurunan total dunia.
Data dari kelompok nirlaba AS, College Board Research menunjukkan bahwa pada tahun akademik 2023-2024, rata-rata biaya kuliah dan biaya untuk perguruan tinggi swasta AS untuk empat tahun pendidikan, meningkat 4% menjadi 41.540 dolar AS setara dengan Rp 644.613.566 dibandingkan dengan tahun akademik sebelumnya.
Sementara itu, penelitian Dewan Perguruan Tinggi British Council mengatakan biaya terendah kuliah sarjana selama tiga hingga empat tahun di Inggris mencapai 15.000 dolar AS setara dengan Rp 232.768.500. (ps/uh)/voaindonesia.com. []