Jakarta - Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) mencapai kesepakatan normalisasi hubungan. Dalam kesepakatan itu, Israel setuju untuk menangguhkan rencana kontroversialnya untuk mencaplok bagian Tepi Barat yang didudukinya.
Kesepakatan kedua negara itu difasilitasi oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Banyak negara yang menyebutkan bahwa kesepakatan bersejarah itu merupakan terobosan menuju perdamaian.
Kesepakatan itu sama saja dengan "pengkhianatan". Pemerintah Palestina menarik duta besar untuk UEA.
Baca Juga: Israel Lancarkan Serangan Udara Hancurkan Sekolah
Sementara Presiden Donald Trump menyebutkan kesepakatan antara Perdana Menteri Netanyahu dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed Al Nahyan merupakan momen yang benar-benar bersejarah. Ini menandai kesepakatan damai Israel-Arab ketiga sejak deklarasi kemerdekaan Israel pada tahun 1948, setelah Mesir dan Yordania.
"Sekarang es telah mencair, saya perkirakan lebih banyak negara Arab dan Muslim akan mengikuti Uni Emirat Arab," katanya kepada wartawan di Oval Office, seraya mengatakan akan ada upacara penandatanganan di Gedung Putih dalam beberapa pekan mendatang.
Tidak ada perubahan dalam rencana saya untuk menerapkan kedaulatan kami ke Yudea dan Samaria (Tepi Barat) dalam koordinasi penuh dengan AS.
Sebelumnya, sebagai tanggapan atas pengumuman tweet Presiden Trump, Netanyahu menulis dalam bahasa Ibrani: "Hari bersejarah."
Seperti diberitakan dari BBC News, Jumat, 14 Agustus 2020, hingga saat ini Israel belum memiliki hubungan diplomatik dengan negara-negara Teluk Arab. Namun kekhawatiran bersama terhadap Ira membuat Israel dan negara-negara Teluk Arab itu mempunyai hubungan tidak resmi.
Para pemimpin Palestina dilaporkan terkejut dengan normalisasi hubungan Israel-UEA. Seorang juru bicara Presiden Mahmoud Abbas mengatakan kesepakatan itu sama dengan "pengkhianatan". Pemerintah Palestina menarik duta besarnya dari UEA.
Kemenangan Kebijakan Luar Negeri?
Dalam pidatonya di TV, Perdana Menteri Netanyahu mengatakan Israel menunda rencana aneksasi Tepi Barat, namun tetapi "di atas meja". Aneksasi akan membuat beberapa wilayah Tepi Barat secara resmi menjadi bagian dari Israel.
"Tidak ada perubahan dalam rencana saya untuk menerapkan kedaulatan kami ke Yudea dan Samaria (Tepi Barat) dalam koordinasi penuh dengan AS. Saya berkomitmen untuk itu. Itu tidak berubah. Saya ingatkan Anda bahwa saya adalah orangnya. yang menempatkan masalah kedaulatan atas Yudea dan Samaria di atas meja. Masalah ini tetap di atas meja, "kata Netanyahu.
Duta Besar UEA untuk AS, Yousef Al Otaiba, mengatakan kesepakatan dengan Israel adalah kemenangan untuk diplomasi dan untuk kawasan. "Ini adalah kemajuan signifikan dalam hubungan Arab-Israel yang menurunkan ketegangan dan menciptakan energi baru yang positif," ucapnya.
Penasihat senior Trump, Jared Kushner mengatakan dia tidak berpikir Israel akan bergerak maju dengan aneksasi apa pun sebelum membahasnya terlebih dahulu dengan AS. Ia berharap melihat interaksi "sangat cepat" antara Israel dan UEA.
Mesir menandatangani kesepakatan dengan Israel pada 1979, dan Yordania pada 1994. Mauritania juga menjalin hubungan diplomatik dengan Israel pada 1999, tetapi membekukan kesepakatan pada 2009.
Baca Juga: UEA Operasionalkan Reaktor Nuklir, Pertama di Arab
Netanyahu mengatakan Israel akan bekerja sama dengan UEA dalam mengembangkan vaksin virus korona, energi, air, perlindungan lingkungan, dan banyak bidang lainnya. Para pengamat mengatakan kesepakatan itu bisa berarti kemenangan kebijakan luar negeri bagi Presiden Trump, yang akan mencalonkan diri kembali pada November, dan memberikan dorongan pribadi kepada Perdana Menteri Netanyahu, yang diadili atas tuduhan korupsi. []