Inkubator Jinjing Untuk Evakuasi Bayi Ciptaan Mahasiswa ITB

mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan inkubator jinjing sebagai solusi evakuasi korban bencana alam untuk bayi.
Inkubator Jinjing. Ini adalah sebuah inkubator gendong yang memiliki fungsi menghangatkan dan memberikan udara yang bersih layaknya inkubator. Dengan harga yang sangat ekonomis. Jika inkubator konvensional memiliki kisaran harga diatas 50 juta rupiah, harga inkubator jinjing ini  hanya seperlimapuluhnya. (Foto: Ist)

Bandung, (Tagar 15/8/2017) - Indonesia memang terkenal rawan bencana, baik bencana alam maupun bencana wabah yang menyebabkan korban berjatuhan dan tak jarang di antara korban tersebut adalah bayi berusia hingga satu bulan, yang notabene rentan pada lingkungan ekstrem dan partikel berbahaya pascabencana.

Proses evakuasi untuk korban-korban bayi acapkali mengesampingkan aspek-aspek yang sensitif tersebut sehingga bayi dievakuasi hanya menggunakan kain yang diikatkan kepada tubuh evakuator dan bayi itu sendiri seperti gendongan bayi pada umumnya. Akibatnya, sekitar setengah dari total jumlah korban pascabencana adalah bayi.

Beberapa mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan inkubator jinjing sebagai solusi evakuasi korban bencana alam untuk bayi. Inovasi inkubator jinjing itu dicetuskan oleh Amanda Putri (Teknik Fisika 2014), Amin Yahya (Teknik Fisika 2014), Ismail Faruqi (Teknik Fisika 2014), Isra Ramadhani (Teknik Kimia 2014), serta Dzatia Muti (Desain Produk 2014), seperti dilansir di laman itb.ac.id, Selasa (15/8).

"Ini adalah sebuah inkubator berbentuk tas gendong yang memiliki fungsi menghangatkan dan memberikan udara yang bersih layaknya inkubator," kata salah seorang penggagas Ikbubator Jinjing, Amanda Putri.

Berbeda dengan inkubator konvensional yang membutuhkan suplai listrik yang terus menerus, kata Amanda, inkubator jinjing ini hanya memanfaatkan material tertentu sebagai elemen penghangat sehingga tidak membutuhkan listrik terus-menerus.

Ia menuturkan inkubator itu juga dilengkapi dengan penyaring udara yang memanfaatkan membran yang memiliki pori berukuran 50 nanometer sehingga mampu menyaring partikel berbahaya, bahkan bakteri sekalipun. Desain inkubator disesuaikan dengan kebutuhan mobilitas yang tinggi untuk keperluan evakuasi pada medan bencana serta pasca bencana sehingga mudah dibawa serta digunakan.

"Untuk masalah harga, inkubator kami jauh lebih ekonomis. Jika inkubator konvensional memiliki kisaran harga diatas 50 juta rupiah, harga inkubator kami hanya seperlimapuluhnya," aku Amanda. (rif/ant)

Berita terkait