Ini Penyebab Kemampuan Berhitung dan Membaca di Kalangan Pelajar Australia Turun

Disebutkan juga dalam laporan tersebut bahwa ketidaksetaraan dalam prestasi pendidikan belum teratasi
Ilustrasi - Sebuah laporan menunjukkan adanya ketidaksetaraan dalam prestasi akademik di Australia. (Foto: abc.net.au/indonesian - AAP/Dan Peled)

Oleh: Gabriella Marchant dan Penny Timms

TAGAR.id - Laporan yang dikeluarkan dari Productivity Commission, pada 20 Januari 2023, menemukan hasil membaca dan berhitung (Calistung) pelajar Australia secara nasional menurun.

Disebutkan juga dalam laporan tersebut bahwa ketidaksetaraan dalam prestasi pendidikan belum teratasi.

Laporan ini dikeluarkan setelah menilai perjanjian reformasi sekolah di Australia, yang disepakati di tahun 2018 oleh pemerintah federal dan pemerintah negara bagian untuk meningkatkan prestasi pelajar.

Menteri Pendidikan Australia, Jason Clare, mengatakan laporan itu menunjukkan secara "jelas perlu adanya reformasi yang serius."

Komisi tersebut menyarankan adanya strategi pendidikan yang baru selama lima tahun ke depan dengan fokus pada dukungan yang lebih bagi para guru dan pemimpin sekolah, serta membantu sekolah menerapkan strategi pendidikan yang berbasis bukti.

Komisi juga ingin agar kesejahteraan siswa dijadikan prioritas nasional untuk membantu mengatasi ketidaksetaraan dan meningkatkan prestasi.

Salah satu pelajar yang baru lulus, Catie Owens, mendukung usulan tersebut.

Menurut Catie, para pelajar "cukup bahagia" sampai kelas 9, sebelum mulai mengalami kesulitan.

Catie OwensCatie Owens mengatakan ia mungkin tidak dapat lulus Kelas 12 jika tidak didukung sekolah barunya. (Foto: abc.net.au/indonesian - ABC News/Craig Heerey)

"Saya tidak bangun di pagi hari, jadi sangat sulit bagi orang tua saya, dan mereka cari pilihan lain," kata Catie. "Saya rasa itu adalah campuran dari tekanan, sebagian besar dari saya sendiri dan lainnya di sekolah."

Catie kemudian pindah ke Launceston Big Picture School, Tasmania, sebuah sekolah nirlaba bebas biaya yang memprioritaskan kesejahteraan siswa dengan kurikulum yang disusun sendiri oleh siswa.

Catie mengatakan dia tidak akan mungkin menyelesaikan kelas 12 tanpa dukungan di sekolah barunya.

Pendekatan inilah yang ingin dilihat lebih banyak oleh Productivity Commission.

Correna HaythorpeCorrena Haythorpe, Presiden Australian Education Union. (Foto: abc.net.au/indonesian - ABC News/Lincoln Rothall)

Tujuan tercapai, tetapi kurang akuntabilitas

Perjanjian Reformasi Sekolah Nasional, yang berakhir pada akhir tahun 2022, sudah menetapkan tujuan untuk meningkatkan kesetaraan bagi beberapa siswa yang rentan.

Tapi, komisi tersebut mengatakan akuntabilitasnya kurang, karena kurangnya data, pelaporan secara rutin, dan langkah-langkah yang jelas.

"Komisi tersebut merekomendasikan setiap negara bagian harus menetapkan target untuk mengurangi jumlah siswa yang tertinggal," kata komisioner Natalie Siegel-Brown.

Natalie juga khawatir, di saat para guru di Australia cenderung bekerja lebih lama dibanding di negara lain, mereka memiliki lebih sedikit waktu untuk kegiatan yang dapat membuat perubahan yang berarti. “Kekurangan guru adalah salah satu penyebabnya.”

Tapi, Correna Haythorpe, presiden Australian Education Union (AEU) mengatakan laporan tersebut gagal menangani masalah sebenarnya.

Menurut Correna, dana sekolah sangat menentukan peningkatan hasil pendidikan bagi para pelajar.

"Karena dana sekolah memberikan guru tambahan, staf pendukung dan program pembelajaran yang dibutuhkan anak-anak ini," katanya. "Kami kecewa, sekali lagi, pendanaan telah dikeluarkan dari laporan utama."

Alice Leung
Alice Leung, guru di New South Wales, yang merasa guru tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan kompleks dari siswa yang terlalu banyak. (Foto: abc.net.au/indonesian - Supplied/Alice Leung)

Sistem 'mengecewakan' pelajar

Alice Leung, seorang guru sains di Sydney, yang juga anggota Federasi Guru di New South Wales setuju soal apa yang dirasakan oleh guru lainnya.

"Sistem disusun dengan cara yang mengecewakan siswa kami, guru tidak dapat memenuhi kebutuhan siswa sebanyak yang mereka butuhkan, karena kami terlalu banyak bekerja," katanya.

Menambah beban kerja dengan kelas besar mempersulit guru untuk mendedikasikan waktunya kepada siswa, yang mungkin membutuhkan lebih banyak perhatian, katanya.

"Ketika kelas dengan 30 [murid], Anda memiliki .... campuran siswa dengan kebutuhan yang sangat kompleks, banyak siswa memiliki kebutuhan tambahan, dan kita tidak selalu mendapatkan dukungan kelas, itu sangat sulit," kata Alice.

Menteri Pendidikan Jason Clare mengatakan laporan baru tersebut akan memainkan peran kunci dalam mengembangkan reformasi sekolah nasional yang baru.

Ia juga mengatakan dana sekolah perlu dikaitkan dengan reformasi yang akan membuat perbedaan bagi para pelajar.

Serikat pendidikan telah mengkritik keputusan untuk memperpanjang perjanjian pendanaan selama 12 bulan, agar ada waktu untuk meninjau pendanaan baru.

Menteri Pendidikan Australia mengatakan pentingnya untuk menemukan kebijakan yang berhasil. (Diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporan ABC News)/abc.net.au/indonesian. []

Berita terkait
Transformasi Pembelajaran melalui Sekolah Responsif Gender
Setiap anak di Indonesia, terlepas latar belakang ekonomi, sosial budaya, etnis, dan agama memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam pendidikan.