Untuk Indonesia

Indonesia Harus Belajar dari Suriah

'Suriah mengesahkan UU untuk mencegah para ulama berdakwah dengan ceramah yang memicu pertikaian sektarian.' - Ulasan Denny Siregar
Seorang pria melihat lubang pada penampungan sementara di gua bawah tanah di Idlib, Suriah, Senin (3/9/2018). (Foto: ANTARA/REUTERS/Khalil Ashawi)

Oleh: Denny Siregar*

Kabar menarik datang dari Suriah....

Suriah akhirnya mengesahkan Undang-undang baru yang mencegah para ulama berdakwah dengan ceramah yang memicu pertikaian sektarian. UU ini disetujui Presiden Suriah Bashar al Assad dan mulai dijalankan di sana.

Dengan UU ini maka kementerian wakaf atau kementerian agama yang mengurusi Islam, berhak mengambil tindakan mencegah ulama yang "mengambil platform keagamaan dengan maksud politik".

UU ini penting bagi Suriah. Mereka berperang selama 7 tahun lamanya karena ceramah-ceramah dari ulama garis keras yang memicu pertikaian. Ulama-ulama politik ini mengambil kesempatan untuk menggulingkan pemerintah Suriah dengan bantuan negara luar.

Dengan UU baru ini, kementerian wakaf Suriah punya tugas baru mengawasi sekolah-sekolah agama dan mengatur program keagamaan di media. Suriah punya pengalaman pahit sehubungan dengan ceramah ekstrim ulama-ulama beraliran wahabi ini dan mereka mencegah hal yang sama terulang kedua kali.

Baca juga: Melihat Kembali Suriah yang Hancur Karena Perang Saudara, Diawali Slogan Ganti Presiden!

Indonesia seharusnya belajar dari Suriah.

Situasi di Indonesia yang mirip dengan negara Suriah, menjadikan negeri ini rentan dengan kegiatan radikal yang berbaju agama dan sering diseret dalam arus politik.

Peristiwa Pilgub DKI di 2017 lalu menyalakan tanda bahaya bahwa masjid dan sekolah agama sudah disusupi oleh paham ekstrim. Tidak adanya pengaturan dan ketegasan dalam menindak ceramah yang berbau sektarian dan radikal membuat Indonesia seperti bom waktu berjalan yang timer-nya terus menyala.

Tragedi Meiliana yang memprotes kerasnya toa azan sampai pembubaran acara sedekah laut di Bantul Yogyakarta adalah letupan-letupan sporadis yang bisa menjadi ledakan besar ketika tidak ada cara mencegahnya.

Pembiaran itu akan mencapai puncaknya ketika ulama-ulama radikal itu akhirnya bergandengan tangan dengan kepentingan politik untuk membumi-hanguskan negeri ini dengan bantuan dari negara luar.

Lihat saja di banyak sekolah negeri di Indonesia, kebencian terhadap perbedaan agama berjalan tanpa kontrol kepada anak-anak yang kelak akan menjadi dewasa. Mereka tumbuh dengan kecurigaan yang tinggi karena dirinya merasa paling benar dan lebih punya hak di negeri ini daripada agama yang berbeda.

Di masjid-masjid ceramah dengan toa yang bergemuruh, mencaci maki agama lain yang dianggapnya kafir dan pantas dimusuhi. Semua hal dikaitkan dengan agama bahkan bencana di satu daerah, karena pengetahuan geologi yang tidak memadai dari ustaz-ustaz yang sok tahu akan keadaan sebenarnya.

Indonesia harus belajar dari Suriah dan harus berani keluar dari zona nyamannya selama ini, menganggap tidak ada masalah di negeri ini. Orang bilang, mencegah lebih baik daripada mengobati. Jika sudah parah seperti Suriah, jangan sampai kita semua menangis menyesali.

Tuhan memberikan pelajaran kepada manusia melalui banyak peristiwa. Belajarlah atau tetap dalam kebodohan selamanya.

Seruput dulu kopinya....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.