Indonesia Bisa Hapus Penggunaan Batu Bara Tahun 2040

Pemerintah optimistis hentikan penggunaan PLTU batu bara secara bertahap pada 2040 jika dunia internasional memberi dukungan keuangan
Asap mengepul dari cerobong PLTU Suralaya di Cilegon, Banten, 21 September 2021 (Foto: voaindonesia.com - AFP/Bay Ismoyo)

Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani, 2 November 2021, mengatakan pemerintah optimistis dapat menghentikan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara secara bertahap pada 2040 jika dunia internasional memberi dukungan keuangan.

Indonesia tercatat sebagai negara terpadat keempat, penghasil gas rumah kaca terbesar kedelapan, sekaligus pengekspor batu bara terbesar di dunia. Komoditas batu bara masih menyumbang sekitar 65% dari bauran energi nasional.

Sri Mulyani Indrawati mengatakan kepada Kantor Berita Reuters selama kunjungannya ke Glasgow, Skotlandia bahwa Indonesia pada Rabu, 3 November 2021, akan mengumumkan rencana terperinci terkait rencana pemerintah untuk beralih ke energi yang lebih bersih. Peralihan tersebut masih menyisakan masalah penghapusan penggunaan batu bara yang masih menjadi isu utama.

menkeu di romaMenkeu Sri Mulyani dalam telekonferensi pers secara virtual langsung dari Roma, Italia, 30 Oktober 2021, mengatakan Indonesia-Italia memimpin gugus tugas kesehatan keuangan G20 (Foto: voaindonesia.com/Biro Setpres)

Sebelumnya, pemerintah berencana untuk menghentikan penggunaan batu pada 2056. Hal itu merupakan bagian dari rencana untuk mencapai emisi nol karbon bersih pada 2060 atau lebih awal.

“Kalau kita mau maju sampai 2040, maka kita perlu dana untuk pensiunkan batu bara lebih awal dan untuk membangun kapasitas baru energi terbarukan,” kata Sri Mulyani.

"Itulah yang sekarang menjadi inti masalah dan saya sekarang sebagai menteri keuangan tengah menghitung apa dampaknya bagi kita jika kita menghapus penggunaan batu bara lebih awal? Berapa banyak biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu," katanya.

pm Inggris Boris JohnsonPerdana Menteri Inggris, Boris Johnson (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, pekan lalu mengatakan kepada parlemen Inggris bahwa Presiden Joko Widodo telah mengatakan Indonesia akan memajukan targetnya untuk menghapus batu bara pada 2040.

Sri Mulyani mengatakan kepada Reuters bahwa pencapaian target tersebut tergantung pada bantuan keuangan dari lembaga multilateral, sektor swasta dan negara-negara maju.

“Untuk Indonesia, menghentikan penggunaan batu bara lebih awal akan merugikan kita, kemudian juga merugikan masyarakat, juga merugikan industri,” katanya.

"Jika ini semua seharusnya dibiayai dari uang pembayar pajak, itu tidak akan berhasil. Dunia bertanya kepada kami, jadi sekarang pertanyaannya adalah apa yang bisa dilakukan dunia untuk membantu Indonesia."

Dia mengatakan rencana yang akan diumumkan pada Rabu, 3 November 2021, akan mengalihkan target iklim Indonesia di luar "retorika" ke dalam rincian teknis dan bahwa Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB)dan lembaga keuangan lainnya "sangat bersemangat" dengan ide-ide mereka.

ilustrasi pltu batu baraIlustrasi: Cerobong asap semburkan asap berbahaya ke udara dari PLTU batu bara, sebuah ilustrasi gamblang mengenai ketergantungan Asia terhadap bahan bakar fosil yang mengancam target iklim, 21 September 2021 (Foto: voaindonesia.com - AFP/Bay Ismoyo)

Pemerintah telah mengatakan perlu menginvestasikan 150 miliar dolar AS hingga 200 miliar dolar AS per tahun dalam program rendah karbon selama sembilan tahun ke depan. Langkah itu dilakukan untuk memenuhi target pemerintah, yaitu mencapai emisi nol karbon bersih pada 2060 atau lebih awal (ah/rs)/Reuters/voaindonesia.com. []

Pemimpin G20 Janji Setop Pembiayaan PLTU Batu Bara

Indonesia Calon Penerima Skema Pinjaman Penutupan PLTU

Negara-negara G7 Sepakat Setop Pendanaan Proyek Batu Bara

Perintah Pengadilan Belanda Shell Pangkas Emisi Karbon 45%

Berita terkait
Pemimpin G20 Janji Setop Pembiayaan PLTU Batu Bara
Para pemimpin negara-negara G20 di Roma, Italia, sepakat kerja keras mencapai netralitas karbon “selambat-lambatnya pada pertengahan abad ini”