Untuk Indonesia

Iklan Gerindra untuk Pemalas dan Pemimpi Instan

Iklan ini aneh. Bagaimana bisa seorang sarjana kerjaannya cuma melamar kerjaan, terus tidur-tiduran sambil main hape. - Denny Siregar
Iklan Gerindra. (Foto: Screenshot YouTube)

Oleh: Denny Siregar*

Partai Gerindra buat iklan, langsung jadi sorotan....

Iklan itu bicara tentang seorang lulusan arsitektur. Si sarjana ini kirim lamaran ke mana-mana, habis itu menganggur dan tidur-tiduran di rumah menunggu panggilan. Eh, gak dipanggil-panggil. Akhir kata, akhirnya ia kerja sampingan jadi ojol, petugas valet dan fotografer. Masalahnya, orangtua si sarjana mengeluh kalau kerjaan sampingan itu malah menjadi beban keluarga.

Iklan ini aneh. Bagaimana bisa seorang sarjana kerjaannya cuma melamar kerjaan, terus tidur-tiduran sambil main hape di rumah dan cuma nunggu panggilan?

Baca juga: Warganet Kritik Pedas Video Kampanye Prabowo-Sandiaga

Iklan Gerindra ini malah menunjukkan bahwa pendukung Prabowo kerjaannya hanya mencari kerjaan. Tipikal lulusan instan yang hanya pengin jadi karyawan. Itupun tidak dengan usaha keras, cuma tidur-tiduran di rumah sambil mimpi indah. Lha, gimana mau sukses??

Banyak pekerjaan di luar yang mungkin tidak sesuai dengan ijazah yang ada. Seorang teman yang dulu kuliah fakultas ekonomi sekarang sukses menjadi pedagang beras. Seorang kawan yang dulu di fakultas teknik, sekarang malah punya tour and travel.

Bagaimana mereka memulai? Tentu tidak tidur-tiduran di rumah sambil mainin hape dan menunggu panggilan kerja. Mereka bergerak dan memulai dari bawah. Kadang mereka mulai dari sesuatu yang tidak ada.

"Yang penting gak nganggur. Nganggur itu mematikan kreativitas," kata seorang teman pengusaha rumah makan dengan ratusan jaringan, lulusan akuntansi.

Memang beda pendukung Prabowo dan Jokowi. Pendukung Jokowi rata-rata adalah pekerja keras yang mau bekerja apa saja, sedangkan pendukung Prabowo penginnya dibelai-belai dengan mimpi indah tanpa usaha yang layak.

Iklan Gerindra itu menunjukkan kualitas pendukung sebenarnya. Mungkin dari situlah demo dan hoaks bertebaran. Karena banyak orang nganggur dan senang dibuai pidato tentang kesejahteraan, perut kenyang dengan keringat yang minimal.

Belajarlah dari secangkir kopi. Ia tersaji di hadapan melalui proses yang panjang, tidak semata-mata muncul dan memberi kenikmatan.

Seruputt....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait