Ignasius Jonan Melawan Freeport

Ignasius Jonan kini menjadi tokoh sentral dalam ‘selisih’ pemerintah Indonesia dengan PT Freeport Indonesia.
Menteri ESDM Ignasius Jonan berbincang dengan Uskup Timika Mgr John Philip Saklil Pr yang didampingi sejumlah perwakilan masyarakat adat sebelum pertemuan tertutup di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (27/2). Dalam pertemuan itu Uskup Timika dan perwakilan masyarakat adat menyampaikan dugaan pelanggaran hak wilayah terhadap lingkungan hidup dan PHK sepihak kepada masyarakat yang dilakukan PT Freeport Indonesia. (Foto: Ant)

Jakarta, (Tagar/1/3) - Ignasius Jonan kini menjadi tokoh sentral dalam ‘selisih’ pemerintah Indonesia dengan PT Freeport Indonesia, terkait perubahan sistim kerjasama pertambangan di Indonesia. Pria yang dikenal keras kepala, tak banyak bicara, dan selalu taktis dalam mengambil keputusan ini memang menjadi salah satu menteri yang disayang Presiden Jokowi. Konon, justru karena ndableg-nya itulah presiden mengajaknya lagi sebagai pembantunya di kabinet kerja.

Sesaat setelah dicopot dari jabatannya sebagai Menteri Perhubungan, Jonan tak pernah berkeluh kesah atau mengambil sikap politik apapun. Baginya kehilangan jabatan adalah satu hal yang tak berpengaruh apapun. Nothing to loose, katanya saat itu.

Pria yang lahir 54 tahun lalu ini, lahir di Singapura, 21 Juni 1963, memang bukan seorang politisi. Ia hanya seorang pekerja yang tangguh, ulet, serius dan taktis, demikian ujar sahabat-sahabatnya menggambarkan sosok ayah dari dua putri, Monica dan Caterine ini.

Suami dari Ratnawati Jonan ini merupakan satu-satunya menteri yang pernah dicopot presiden dan diangkat kembali dalam posisi yang berbeda. Jonan dicopot sebagai menteri perhubungan oleh Presiden Jokowi pada 27 Juli 2016, namun kembali masuk kabinet kerja setelah diangkat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 14 Oktober 2016, atau selang 3 bulan setelah ia digantikan oleh Budi Karya Sumadi sebagai Menteri Perhubungan.

Setelah 2 bulan terjadi kekosongan jabatan Menteri ESDM pasca pemberhentian Arcandra Tahar yang memegang 2 paspor kewarganegaraan. Karir Jonan sebagai menteri berulang. Uniknya, ia menjadi Menteri ESDM dan Arcandra Tahar menjabat sebagai wakilnya. Dia juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Kereta Api Indonesia (KAI) selama lima tahun sejak 2009 hingga diangkat sebagai Menteri Perhubungan.

Lulusan SMA Katolik Saint Luis 1, Surabaya, ini dianggap sukses saat memimpin PT KAI sebagai Direktur Utama sejak 2009. Ia dilantik oleh Menteri BUMN Sofyan Djalil walau sama sekali belum pernah berkecimpung dalam dunia transportasi.

Namun, tangan dingin Jonan justru mampu mengangkat PT KAI dan dunia perkeretaapian Indonesia memasuki masa keemasannya.

Jonan mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 154 miliar lebih dari kerugian Rp. 83,5 miliar sebelum ia memegang komando tertinggi di BUMN itu. Dan kesemuanya itu dicapai Jonan dalam waktu hanya setahun ia menjabat. Empat tahun kemudian, atau pada 2013, Jonan membukukan keuntungan sebesar Rp. 560,4 miliar. Jonan juga melipatgandakan aset KAI dari Rp. 5,7 triliun pada 2008, menjadi Rp 15,2 triliun pada 2013, atau terjadi peningkatan mendekati tiga kali lipat.

Jonan-lah orangnya yang memberantas calo tiket dengan menerapkan sistem boarding pass dan penjualan tiket secara online. Tak hanya itu, ia juga menggratiskan penggunaan toilet umum di stasiun. "Penumpang itu tamu kita, masak mau pakai toilet kita harus bayar?" Sergahnya saat itu. Di zamannya pula, semua gerbong kereta penumpang dilengkapi dengan pendingin udara yang otomatis melarang penumpang untuk merokok.

Kini, selaku Menteri ESDM yang tengah berselisih dengan PT Freeport Indonesia, Jonan berjuang bersama wakilnya, Arcandra Tahar, meminta divestasi saham sebesar 51% dari raksasa tambang asal Arizona tersebut.

Mengingat kiprahnya di PT KAI yang berpihak kepada rakyat kecil, sudah selayaknya ia didoakan agar perjuangannya berseteru dengan PT Freeport Indonesia meraih kemenangan. Banyak kalangan menilai, kerasnya sikap Jonan soal divestasi saham PT Freeport ini gambaran sikap heroiknya membela rakyat dan menegakan harga diri pemerintah indonesia.

Jonan kini bak pahlawan yang tengah berjuang meraih kemenangan melawan kekuatan asing, setuju? (rif, dari berbagai sumber)

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.