Jakarta - Pemindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan Timur dinilai oleh lembaga kajian Institute for Development of Economic and Finance (Indef) akan menarik banyak investasi.
Dilansir dari Antara, Ekonom Indef, Andry Satrio Nugroho, menjelaskan bahwa karakter ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai wilayah pertambangan akan menarik pembangunan di sektor lain, khususnya konstruksi dan properti.
Setelah ibu kota baru terbangun, investasi sektor perhotelan, restoran, dan pariwisata yang akan menggeliat
"Setelah ibu kota baru terbangun, investasi sektor perhotelan, restoran, dan pariwisata yang akan menggeliat," kata Andry di Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019.
Andry menjelaskan tidak hanya konstruksi dan properti, sektor lain seperti pariwisata dan perhotelan akan menjadi primadona baru di Kaltim setelah pembangunan pusat pemerintahan berjalan.
Seperti diketahui sebelumnya, Presiden Jokowi menjelaskan alasan pemilihan Kaltim sebagai ibu kota. Lokasi ini dinilai strategis karena berada di tengah-tengah Indonesia. Kota-kota berkembang seperti Kutai Kartanegara, Samarinda, dan Balikpapan juga dekat dengan lokasi tersebut.
Dana sebanyak Rp 466 triliun diungkapkan Jokowi akan dibutuhkan dalam rangka pemindahan ini. Akan tetapi, dana tersebut tidak akan dipenuhi pemerintah semuanya.
Dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya digunakan sebesar 19 persen atau Rp 88,5 triliun, sisanya akan mengandalkan pembiayaan dari swasta.
Andry pun mengapresiasi rencana meminimalisasi pendanaan menggunakan APBN dalam pemindahan ibu kota dengan menggandeng pembiayaan dari swasta.
"Jangan sampai fasilitas publik sepenuhnya diberikan kepada swasta karena nantinya justru tidak terjangkau oleh publik itu sendiri karena swasta lebih berorientasi pada profit," ujar Andry. []
