Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Respiratori Saddam Al Jihad menyebut Sahat Martin P Sinurat selaku mantan ketua umum Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PP GMKI) yang merupakan organisasi massa (Ormas) mahasiswa Kristen bisa menjadi menteri Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi).
Jokowi, menurut dia, perlu mempertimbangkan wakil dari aktivis pemuda kelompok Cipayung untuk menjadi menteri kabinet periode 2019-2024
"Pemerintahan yang kuat perlu adanya kolaborasi antar-generasi di pemerintahan, yang dikuatkan dengan kehadiran aktivis pemuda dari kelompok Cipayung," kata Saddam, melalui pernyataan tertulis di Jakarta, Minggu, 7 Juli 2019, seperti dilansir dari Antara.
Dia menyatakan ada empat aktivis dan mantan ketua umum pemuda kelompok Cipayung yang patut dipertimbangkan mengisi kursi menteri, yaitu
1. drg Arief Rosyid Hasan, mantan Ketua Umum PB HMI dan Pelaksana tugas (Plt.) Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI). Arief juga berprofesi sebagai dokter gigi.
Menurut Saddam, dia bisa mengisi kabinet bidang kesehatan dan keagamaan.
Hendaknya tidak ada dikotomi untuk generasi muda hanya pada jabatan menpora, tapi pemuda juga potensial untuk jabatan lainnya.
2. Aminudin Ma’ruf, mantan ketua umum PB PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) dan Sekjen Samawi (Solidaritas Ulama Muda Jokowi).
3. Sahat Martin P Sinurat, sebagaimana telah diterangkan sebelumnya. Selain itu, Sahat adalah alumni ITB yang juga inisiator rumah milenial.
4. Twedy Noviady Ginting, mantan Ketua Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
"Hendaknya tidak ada dikotomi untuk generasi muda hanya pada jabatan menpora, tapi pemuda juga potensial untuk jabatan lainnya," ujar Saddam.
Apa Kelompok Cipayung Itu?
Tentu banyak yang belum paham tentang kelompok Cipayung, bukan? Kelompok ini adalah sebuah forum komunikasi dan kerjasama 5 ormas mahasiswa, yaitu HMI, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), GMNI, GMKI, dan PMII.
Kiprah peran dan pikiran-pikiran kritis kelompok yang menyatukan ormas berlatar belakang berbeda ini kerap dianggap sebagai cerminan sikap politik mahasiswa Indonesia. []
Baca juga: