Hasil Tes, 2.000 Warga Jabar Positif Covid-19

2.000 warga Jabar terindikasi positif Covid-19 berdasarkan hasil rapid diagnostic test (RDT) terhadap 96.000 warga Jabar di 27 kabupaten dan kota
Salah seorang warga sedang jalani tes swab Covid-19 dengan RDT di Kota Bandung. (Foto: Tagar/Humas Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat).

Bandung - Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat, Berli Hamdani, mengatakan 2.000 warga Jabar terindikasi positif Covid-19 berdasarkan hasil rapid diagnostic test (RDT) terhadap 96.000 warga Jabar di 27 kabupaten dan kota.

“Dari hasil tersebut, yang terbanyak yang masih di klaster-klaster sebelumnya, Bodebek dan Bandung Raya. Hampir 96 ribu (RDT), yang reaktif (terindikasi positif) 2.000 tersebar di 27 kabupaten, kota, instansi pemerintah dan institusi pendidikan,” tuturnya, Bandung, Rabu, 29 April 2020.

Pasca pelaksanaan RDT tersebut lanjut Berli menjelaskan, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat akan segera melaksanakan tes lanjutan dengan teknik reaksi rantai polimerase atau polymerase chain reaction (PCR) terhadap 2.000 warga Jawa Barat terindikasi positif Covid-19. “Ini (tes PCR) masih menunggu, besok mudah-mudahan peralatan (untuk menggelar tes Covid-19 dengan metode PCR) sudah datang. Kita bisa melakukan pemeriksaan ini,” jelas dia.

 1. Jabar Merujuk Korsel  

Menurut Berli, saat ini Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat masih masif melakukan RDT untuk mengetahui peta persebaran Covid-19 di Jawa Barat secara optimal. Mengingat Provinsi Jawa Barat berpenduduk hampir 50 juta jiwa, tes Covid-19 akan menyasar 0,6% dari jumlah penduduk Jawa Barat atau kurang lebih 300.000 jiwa. Cara ini merujuk pola yang dilakukan Korea Selatan yang hanya mengetes 0,6 persen jumlah penduduknya.

“Untuk RDT yang masih tersisa 4000-an. Kita sudah melakukan pemesanan untuk ditambahkan lagi, baik dari pemerintah pusat, dan sumber lainnya. Jika itu bisa terlaksana, target untuk RDT kita 300 ribu itu bisa segera terwujud,” kata dia.

Selain mengintensifkan RDT tambah Berli, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat pun akan fokus melakukan tes swab (PCR) di wilayah Bodebek dan Bandung Raya yang sudah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Tujuannya, agar penanganan Covid-19 berjalan cepat dan tuntas.

"Untuk (wilayah) PSBB tidak rapid test, tapi tes swab. Diharapkan besok semua logistik untuk PCR kami terima dan tentunya bisa kami laksanakan pemeriksaan PCR tadi di wilayah PSBB," tambah Berli.

“Tujuannya kita ingin menyapu abis yang ODP dan PDP dengan gejala ringan atau tanpa gejala. Itu agak sulit kalau tidak pemeriksaan PCR. Semakin awal diketahui, penanganannya bisa semakin cepat dan tuntas. Diharapkannya cepat, tuntas, dan angka kematian bisa kita tekan,” tegas dia.

2. Pasien Sembuh Terus Bertambah

Adapun jumlah pasien positif Covid-19 yang sembuh di Jabar terus bertambah dari waktu ke waktu. Berdasarkan data PIKOBAR (Pusat Informasi dan Koordinasi Co Id-19 Jabar) pada Selasa 28 April 2020, 103 pasien Covid-19 sudah dinyatakan sembuh.

Sementara jumlah pasien positif Convid-19 yakni 969 orang, dan 79 meninggal dunia. Sedangkan, jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 4.439, selesai pengawasan 2.373 orang, dan pasien masih dalam pengawasan sebanyak 2.066 orang. Untuk ODP sebanyak 39.281 orang, selesai pemantauan sebanyak 30.423 orang, dan orang masih dalam pemantauan sebanyak 8.858. []

Berita terkait
Perusahaan di Jabar Diminta Tes Covid-19 Mandiri
Kang Emil usul tidak semua industri ditutup. Ia mengusulkan industri boleh tetap beroperasi selama menerapkan protokol kesehatan yang ketat
Rapid Test Covid-19 Jabar Prioritas di Zona Merah
Pempov Jabar lakukan rapid test Covid-19 massal hari pertama mulai di RSHS Bandung yang merupakan zona merah atau berada di ring 1
Hari Ini 25 Maret 2020 Rapid Test Covid-19 di Jabar
Gubernur Jabar Ridwan Kamil minta orang-orang yang kontak dengan kegiatan seminar di Bogor, Karawang dan Lembang ikut rapid test Covid-19
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi