Hari Santri dan Hikmah Membaca Shalawat Nariyah

PBNU akan menggelar rangkaian puncak Hari Santri Nasional pada 21-22 Oktober 2019 mendatang antara dengan pembacaan satu miliar salawat
Bendera Nahdlatul Ulama (NU). (Foto: nukita.id)

Jakarta -  Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) akan menggelar sejumlah rangkaian acara puncak Hari Santri Nasional pada 21-22 Oktober 2019 mendatang. Salah satunya, pembacaan satu miliar selawat nariyah serentak oleh warga NU di seluruh Indonesia pada Senin 21 Oktober 2019 malam. Banyak hikmah yang bisa didapat dengan membaca shalawat nariyah

Selawat Nariyah

اَللّٰهُمَّ صلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَ سَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِى تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَ تَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَ تُقْضٰى بِهِ الْحَوَائِجُ وَ تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَ حُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَ يُسْتَسْقََى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَ عَلىٰ آلِهِ وِ صَحْبِهِ فِى كُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

“Ya Allah, berikanlah shalawat yang sempurna dan salam yang sempurna kepada Beliau Baginda Nabi kami Muhammad yang dengannya terlepas dari ikatan (kesusahan) dan dibebaskan dari kesulitan. 

Dan dengan shalawat  hajat ditunaikan dan segala keinginan akan dipenuhi dan kematian yang baik, memberi siraman (kebahagiaan) kepada orang yang sedih dengan wajahnya yang mulia, dan kepada keluarganya, para shahabatnya, dengan seluruh ilmu yang Engkau miliki“.

Shalawat pada garis besarnya terbagi dua. Pertama shalawat ma’tsurat yaitu yang disusun oleh Nabi Muhammad sendiri, baik redaksi, cara membaca, waktu serta fadhilahnya. Kedua, ghairu ma’tsurat yaitu yang disusun oleh selain Nabi, antara lain para sahabat, tabiin dan para ulama, misalnya selawat Nariyah, Munjiyah, Thibbil Qulub, al-Fatih. 

Banyak ulama terkemuka yang tidak diragukan dalam keilmuan dan ketakwaannya menyusun shalawat dan mengumpulkannya dalam kitab. Antara lain yang terkenal adalah Syekh Ismail bin Ishaq dalam Fadhlul Shalat ‘alan Nabi, Syekh Ibnu Qayyim dalam Jalaul Afham, Al-hafidz As-Sakhawi dalam Al-Qaulul Badi’, Syekh Ahmad Jazuli dalam Dalailul Khairat, Syekh Yusuf An-Nabhany dalam Afdhalus Shalawat dan Sa’adatud Daraini.

Shalawat nariyah disebut juga shalawat tafrijiyyah (pelepasan dari kesusahan), ada juga yang menyebutnya sebagai shalawat taziyah, dinisbatkan kepada Syekh Abdul Wahab at-Tazy, demikian ditulis oleh KH. Abdul Aziz Masyhuri dalam Aneka Macam Redaksi Shalawat Muhammad dan Khasiatnya. 

Ustadz Sya’roni dalam blognya mengutip pendapat Habib Mundzir bin Fuad al Musawa menyatakan bahwa pengarang shalawat nariyah adalah Syekh Ibrahim at Tazy al Maghrib, ulama sufi asal Taza Maroko. Penulis kitab Khazinatul Asrar, Syekh Muhammad Haqqi Nazili menyebut shalawat nariyah sebagai bagian shalawat yang mujarrobat (shalawat yang sudah biasa diamalkan dan terbukti berkhasiat). Beliau mendapatkan ijazah shalawat ini dari Syekh Muhammad At-Tunisy, dari Syekh al Maghriby, dari Syekh as Sayyid Zain Makki, dari Syekh as Sayyid Muhammad as Sanusy.

Berikut beberapa keterangan perihal shalawat nariyah yang sebagian besar kami kutip dari Khazinatul Asrar karangan Syekh Muhammad Haqqi Nazili. Menurut ulama Maroko, disebut nhalawat nariyah (berbangsa api), karena banyak orang yang membacanya sebanyak 4.444 (empat ribu empat ratus empat puluh empat) kali untuk maksud tertentu dan ternyata berhasil dengan segera, seperti kayu bakar yang cepat habis dilahap si jago merah.

Syekh ad Daynury menyatakan bahwa jika shalawat ini dibaca 11 kali setelah shalat maktubah secara rutin, maka akan dilancarkan rezekinya dan mendapat kehormatan yang baik dalam pergaulan di masyarakat. Senada, Syekh Muhammad at Tunisy menyatakan bahwa barangsiapa membaca shalawat ini setiap hari sejumlah 11 kali, maka Allah akan menurunkan rezekinya dari langit dan mengikutkan rezekinya dari belakang. 

Sementara itu Syekh al Qurthuby berkata, “Bila dibaca 4.444 kali dalam satu majlis (sekali duduk), maka akan ditunaikan hajatnya yang besar dan dibebaskan dari musibah yang sangat membahayakan. Demikian pula hitungan yang sama disebutkan Syekh Ibnu Hajar al-Asqalany.

Sebelum membaca shalawat nariyah hendaknya membaca  surat Fatihah terlebih dahulu untuk  Nabi Muhammad, dan para sahabat beliau, para wali dan ulama, dan kepada penyusun shalawat ini, yaitu Syekh Abdul Wahhab at-Tazy. Sebaiknya shalawat ini dibaca secara dawam (terus menerus dengan tanpa disisipi hal lain pada suatu amalan) dengan disertai etika antara lain adalah suci dari hadats dan najis, dan tidak diselingi berbicara dengan orang lain.

Amalan ulama salaf (kuno)

Menurut Rais Syuriyah Nadhlatul Ulama Kota Banjar KH Mu'in Abdurrohim menyebut jika selawat nariyah merupakan amalan ulama salaf dengan tuntunan Rasulullah. "Apa yang telah diamalkan oleh para ulama terdahulu untuk melaksanakan yang telah dijanjikan oleh Rasulullah yaitu shalawat nariyah," katanya, Kamis 19 April 2018, saat ngaji rutinan Kitab Risalah Ahlussunah Wal Jama'ah karya Hadratussyekh KH Hasyim Asyari  di kantor PCNU Kota Banjar.

Menurutnya, dengan mengamalkan selawat nariyah kelak seluruh hajat yang dimiliki pembacanya akan dikabulkan oleh Allah SWT. "Ketika sedang mempunyai hajat ada bagusnya membaca salawat nariyah," ujarnya. 

Berita terkait
Polisi Lantunkan Selawat, Stop Lempar Petasan
Polisi di flyover Slipi tampak beristirahat duduk berbaris dan melantunkan selawat. Sejak tadi mereka telah menghalau aksi massa.
Pembacaan 1 Miliar Salawat Pada Hari Santri Nasional
Pembacaan satu miliar salawat nariyah oleh warga NU merupakan rangkaian puncak Hari Santri Nasional yang jatuh pada 21-22 Oktober 2019
PBNU Sambut Kunjungan Habib Umar ke Indonesia
PBNU menyambut hangat kedatangan ulama karismatik asal Hadramaut, Yaman, Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.