Hari Gajah Sedunia: Gajah Punya Hak Hidup Seperti Manusia

Tanggal 12 Agustus adalah Hari Gajah Sedunia, perburuan liar yang meningkat dan habitat yang berkurang membuat populasi gajah terancam
Sekelompok gajah merumput saat Hari Gajah Sedunia, di Taman Nasional Amboseli, Kenya, 12 Agustus 2020 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Baz Ratner)

Jakarta – Tanggal 12 Agustus adalah Hari Gajah Sedunia. Sebelumnya pada tahun ini, organisasi internasional yang didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN - International Union for Conservation of Nature) menyatakan, perburuan liar yang meningkat dan habitat yang kian berkurang telah membuat populasi gajah Afrika semakin terancam. Sebuah suaka margasatwa di Kenya, Afrika, membesarkan dan memelihara anak-anak gajah yang kehilangan induk sebelum melepasliarkannya.

Gajah hutan Afrika sangat terancam keberadaannya, begitu pula gajah padang rumput atau sabana di benua itu. Ini dikemukakan oleh IUCN, yang sebelumnya mengelompokkan kedua spesies itu dan menetapkan keduanya dalam kategori rentan, artinya menghadapi risiko tinggi kepunahan di alam liar.

Jumlah gajah hutan Afrika merosot lebih dari 86 persen dalam kurun 31 tahun, sedangkan populasi gajah sabana berkurang lebih dari 60 persen dalam periode 50 tahun, menurut IUCN, yang memeringkat risiko kepunahan global pada satwa-satwa di dunia.

Sekelompok gajah berjalanSekelompok gajah berjalan di sepanjang tepi salah satu danau musiman pada Hari Gajah Sedunia di Taman Nasional Amboseli (365 kilometer tenggara ibu kota Nairobi) dekat Oloitiktok, wilayah timur Kajiado, 12 Agustus 2020 (Foto: voaindonesia.com - TONY KARUMBA/AFP)

IUCN menyatakan, Afrika sekarang ini memiliki sekitar 415 ribu ekor gajah, baik yang hidup di hutan maupun di padang rumput.

Di Sheldrick Wildlife Trust, sebuah suaka margasatwa di Nairobi, Kenya, anak-anak gajah tanpa induk dibesarkan sebelum dilepas ke alam liar.

Kepala suaka tersebut, Edwin Lusichi, mengemukakan, "Kami melindungi gajah-gajah yang telah kehilangan induk itu. Dan hewan-hewan tersebut seharusnya tidak kehilangan induk, seharusnya tidak boleh menjadi yatim piatu. Tetapi ini telah terjadi.”

Setelah bekerja lama dengan gajah-gajah itu, Lusichi mengakui bahwa hewan itu sangat jinak, pintar, dan sangat mirip dengan manusia. Ia mengatakan cara manusia memperlakukan gajah mirip dengan cara manusia memperlakukan diri sendiri. Jadi meskipun bertubuh besar, gajah bukanlah hewan yang menakutkan bagi manusia, jelasnya.

Sheldrick Wildlife Trust didirikan pada tahun 1977. Menurut suaka tersebut, lebih dari 263 gajah tanpa induk berhasil dibesarkan di tempat itu.

CEO suaka itu, Angela Sheldrick, menjelaskan, "Kami telah mampu memelihara lebih dari 260 gajah tanpa induk selama bertahun-tahun dan merehabilitasi hewan itu ke alam liar sehingga mereka dapat kembali dalam kehidupan liar dan berbaur ke kawanan liar. Kami melakukannya di Taman Nasional Tsavo, taman nasional terbesar Kenya.”

IUCN mengatakan kedua spesies gajah Afrika telah mengalami penurunan tajam sejak 2008 karena peningkatan signifikan perburuan liar, yang memuncak pada tahun 2011 tetapi terus mengancam populasi gajah.

Angela Sheldrick mengemukakan, "Syukurlah, dalam beberapa tahun terakhir, kami tidak memiliki banyak gajah yatim piatu, karena perburuan liar menurun. Tetapi kami melihat semakin banyak insiden konflik manusia-satwa liar dan sering kali kebanyakan dari gajah yang berada di sini adalah akibat konflik manusia-satwa liar.”

Seekor gajah jantanSeekor gajah jantan berjalan di sepanjang garis pohon Akasia dengan belalainya terangkat, saat ia menuju rawa terdekat pada Hari Gajah Sedunia di Taman Nasional Amboseli (365 kilometer tenggara ibu kota Nairobi) dekat Oloitiktok, wilayah timur Kajiado, 12 Agustus 2020 (Foto: voaindonesia.com - TONY KARUMBA/AFP)

Menurut Sheldrick, di semua negara di Afrika di mana gajah masih ditemukan, perlu ada kebijakan penggunaan lahan untuk mengurangi dampak konflik manusia dan satwa liar. Apabila terjadi konflik itu, lanjut Sheldrick, gajahlah yang terdampak paling buruk.

Hari Kamis 12 Agustus adalah Hari Gajah Sedunia, acara internasional yang didedikasikan untuk pelestarian alam dan perlindungan terhadap gajah dunia.

Kepala suaka, Edwin Lusichi, menyatakan setiap hari bagi mereka adalah Hari Gajah Sedunia. Ia mengatakan, "Penting sekali pada Hari Gajah Sedunia bagi semua orang untuk tahu bawa gajah memerlukan taring untuk membela diri, untuk makan, dan untuk menggali air di sungai-sungai kering. Itu sebabnya di sini, di Sheldrick, setiap hari adalah Hari Gajah Sedunia. Kami menghadapi gajah-gajah itu, bekerja untuk hewan itu siang dan malam, dan karena itu, kami perlu menyebarkan ke setiap orang di dunia bahwa gajah memiliki hak untuk hidup, seperti Anda dan saya.” (uh/ab)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Seekor Gajah Sumatera Ditemukan Mati Tanpa Kepala di Aceh Timur
Seekor gajah Sumatera ditemukan mati tanpa kepala di Aceh Timur, diduga dibunuh untuk mengambil gadingnya
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi