Harga Saham di Asia Beragam Investor Tunggu Pemungutan Suara Plafon Utang AS

Analis mengatakan para investor tetap prihatin akan kemungkinan “gelombang kedua” kasus Covid-19 di China
Seseorang berjalan di depan papan saham elektronik yang menunjukkan indeks Nikkei 225 Jepang di sebuah perusahaan sekuritas, 25 Mei 2023, di Tokyo, Jepang. (Foto: voaindonesia.com/AP/Eugene Hoshiko)

TAGAR.id - Harga saham di Asia tidak menentu pada perdagangan Selasa, 30 Mei 2023, menyusul hari libur di Amerika Serikat (AS). Sementara itu optimisme seputar terobosan dalam isu plafon utang AS diredam oleh keragu-raguan akan ekonomi di kawasan.

Nikkei kehilangan 0,4 persen dan jatuh ke 31 ribu 119, S&P dan ASX Australia berubah sedikit, naik kurang dari 0,1 persen ke 7218. Kospi Korea Selatan naik 0,9 persen menjadi 2581 sementara Hang Seng Hong Kong turun 0,5 persen menjadi 18458, dan Komposit Shanghai kehilangan 0,6 persen menjadi 3202.

Analis mengatakan para investor tetap prihatin akan kemungkinan “gelombang kedua” kasus Covid-19 di China, meskipun dampak ekonominya lebih kecil dibandingkan gelombang pandemi sebelumnya.

Pemulihan China dari gangguan terkait virus sebelumnya dalam beberapa tahun ini tampaknya mulai kendur, sehingga menambah kekhawatiran akan kondisi ekonomi kawasan.

“Pendapat bahwa pemulihan ekonomi China mengecewakan merupakan kritik yang terlalu lunak, khususnya dari apa yang tercermin dari saham lokal yang kini berada di tepi jurang pasar yang lesu,” demikian komentar Stephen Innes dari SPI Asset Management.

Saham dunia kebanyakan berakhir lebih tinggi pada Senin setelah Presiden Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy mencapai kesepakatan tentang pengurangan belanja dan menaikkan plafon utang AS.

Kini Biden dan McCarthy sedang berjuang untuk mengumpulkan cukup suara guna meloloskannya di kongres dan menghindari situasi kegagalan bayar utang. Masih ada keprihatinan lainnya yang mengancam perekonomian AS.

Inflasi yang diamati secara cermat oleh Federal Reserve meningkat lebih banyak dari harapan para ekonom pada April. Tekanan inflasi merumitkan perjuangan Fed melawan harga yang tinggi.

Bank Sentral secara agresif menaikkan suku bunga sejak 2022, tetapi baru-baru ini memberi petunjuk tidak akan melakukannya ketika bertemu pada pertengahan Juni mendatang.

Pasar akan mencermati data kepercayaan konsumen AS yang akan diterbitkan hari ini. Dalam perdagangan energi, benchmark (tolok ukur) minyak mentah AS naik 20 sen menjadi 72.87 dolar AS per barel. Brent crude yang merupakan standar internasional naik 5 sen menjadi 77.12 dolar AS per barel. (jm/ka)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Gedung Putih dan DPR Sepakat untuk Kurangi Belanja dan Naikkan Plafon Utang AS
Ketua DPR Kevin McCarthy memuji kesepakatan yang dicapai dengan Presiden Biden beberapa jam sebelumnya