Hadapi Pemilu Serentak 2019, LIPI Kewalahan?

Seharusnya sistem pemerintahan dievaluasi dalam jangka waktu pendek, tidak perlu waktu jangka panjang.
Kepala Utama Peneliti Prof. Dr. Syamsudin Harris, Ruang Rapat Utama, Pusat Penelitian Politik LIPI, Widya Graha LIPI, Selasa (15/1). (Foto: Dok. LIPI)

Jakarta, (Tagar 19/1/2019) -  Pusat Penelitian Politik LIPI akan mengalami kewalahan, menghadapi pemilu dengan 5 lembaga sekaligus di waktu yang sama. Seharusnya, pemilu nasional dan lokal dipisah, supaya isu dalam tingkat nasional dan lokal muncul.

"Kami dari pihak LIPI mengalami kewalahan dalam pemilu 2019 ini, karena ditumpuk jadi satu. Skema harusnya dipisahkan, pemilu nasional dan lokal, supaya isu-isu dalam nasional dan lokal muncul," tutur  Kepala Utama Peneliti Prof. Dr. Syamsudin Harris, Ruang Rapat Utama, Pusat Penelitian Politik LIPI, Widya Graha LIPI, Selasa (15/1).

LIPI mengatakan, seharusnya sistem pemerintahan dievaluasi dalam jangka waktu pendek, tidak perlu waktu jangka panjang. Dengan mengadakan pengevaluasian jangka pendek, lebih mudah mengetahui bisa dilanjutkan atau tidak.

"Kedepannya skema pemerintahan ini harus ditata ulang. Dengan pemisahan pemilu nasional dan lokal akan membuka peluang bagi masyarakat melakukan penilain kembali pemilu. Waktu yang lama 5 tahun, akan memanjakan politisi dan pejabat publik kita," tutur Syamyudin.

Keputusan KPU untuk tidak mengangkat isu di negeri ini dalam debat, menjadikan acara tersebut hanya sebatas seremonial. Tidak dapat menunjukkan komitmen yang sesungguhnya dari kedua kubu, hal itu sangat disayangkan oleh LIPI.

"Sifat debat capres dan cawapres jadi seperti seremonial, karena tidak bisa mengangkat kasus dalam tema tertentu, sangat kami sayangkan, tapi itu keputusan KPU ya sudahlah," ucapnya dengan nada pasrah.

Tugas pemimpin adalah untuk membangun optimisme, supaya publik tidak putus asa tidak mudah kecewa. Calon pemimpin seharusnya mampu membangun kebijakan untuk mengatasi supaya Indonesia tidak punah dan harus memiliki daya saing. Supaya visi misi tidak semata-mata mimpi indah atau janji-janji pemilu.

"Tugas pemimpin yang optimis adalah memiliki kebijakan untuk mengatasi supaya Indonesia tidak punah dan punya daya saing dengan negara lain, sehingga visi misi tidak hanya semata-mata janji-janji saja," tutupnya. []

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.