Untuk Indonesia

Golput Itu Bukan Netral, Kawan

Tulisan Denny Siregar, Kamu mau Golput? Coba baca ini dulu..
Ilustrasi golput

Oleh: Denny Siregar*

Kamu mau Golput? Coba baca ini dulu..

Golput atau golongan putih, adalah istilah yang pertama kali dicetuskan pada Pemilu tahun 1971, yang juga merupakan Pemilu pertama pada masa Orde Baru.

Golput adalah gerakan protes mahasiswa pada waktu itu. Dinamakan "putih" karena gerakan ini menyerukan untuk mencoblos bagian putih dari kertas suara di luar gambar parpol peserta pemilu.

Bisa dikatakan, gerakan golput adalah lambang perlawanan kepada Partai Golkar yang menguasai pemilu dan dikomandani oleh Soeharto sebagai penguasa tertinggi Indonesia pada waktu itu.

Jadi jika melihat sejarahnya, golput itu bukan berarti netral, tetapi lebih mengarah pada perlawanan. Perlawanan terhadap ketidakadilan dan kecurangan dalam Pemilu, dimana masyarakat dikebiri haknya karena dipaksa untuk memilih partai tertentu.

Golput dulu dianggap gerakan terlarang. Bahkan Adam Malik, Menlu pada waktu itu, menganggap bahwa golput adalah golongan setan. Lihat, bagaimana Orde Baru melakukan tekanan kepada kelompok perlawanan dengan berbasis moral tersebut.

Jadi, pada situasi sekarang, golput itu sebenarnya menjadi tidak relevan. Apa yang dilawan? Apakah ada tekanan sehingga harus dilawan dengan tekanan pula?

Justru pada masa sekarang, "memilih" itu adalah perlawanan. Perlawanan terhadap kemungkinan politikus buruk berkuasa, yang akan menghancurkan segi-segi bernegara yang sudah tertata. Bukan karena yang kita pilih itu sosok sempurna, tetapi karena ia masih lebih baik daripada yang terburuk yang memegang pemerintahan..

Kalau kita melihat Suriah sebagai bab pelajaran, rakyat Suriah pada tahun 2014, berbondong-bondong ke tempat pemilihan suara untuk melakukan perlawanan terhadap kelompok pemberontak yang ingin menguasai negerinya.

Dan hasilnya, Bashar Assad, mereka pilih sebagai pemimpin untuk melindungi mereka. Bashar menang dengan 88,7 persen suara rakyat.

Dari hasil pemilu itulah, Bashar Assad punya keyakinan untuk membebaskan negaranya dari kepungan pemberontak. Kemenangan Bashar Assad adalah kemenangan rakyat Suriah yang mendukung dia melawan penuh tekanan pemberontak.

Bayangkan jika golput atau pemberontak yang menang, rakyat Suriah sampai sekarang pasti ada di bawah tekanan..

Jadi saya yakin, mereka yang teriak-teriak Golput sesungguhnya bahkan tidak mengerti makna dari gerakan itu sendiri. Mereka yang teriak "Golput adalah hak", adalah orang yang lebih ingin tampil dan tercitrakan sebagai orang yang independen, merdeka dan berbeda.

Dia berbicara untuk ego dirinya sendiri, bukan untuk kepentingan yang lebih luas..

Padahal jika kemudian politikus buruk yang berkuasa, mereka juga yang teriak paling keras bahwa hak mereka dirampas. Padahal mereka jugalah yang tidak menggunakan senjata itu untuk melindungi hak-hak mereka yang lebih luas..

Mau golput? Berfikir dululah dengan tenang.

Golput adalah kekalahan sebelum pertarungan. Manusia di hari pengadilan akan diminta pertanggung-jawaban, "Kamu sudah Kuberi senjata untuk berjuang, kenapa tidak kau gunakan bahkan untuk membela dirimu sendiri di medan perang??"

Secangkir kopi seharusnya mengajarkan, bahwa pahitnya adalah kesadaran bahwa kenikmatan itu harus diperjuangkan, tidak datang dengan sendirinya dan tiba-tiba ada di tangan...

Seruput?

*Denny Siregar, Penulis Buku "Tuhan dalam Secangkir Kopi"

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.