GJI: Waspadai Reuni 212 Ditunggangi HTI dengan Ideologi Khilafah

'Reuni 212 tanpa agenda politik adalah anggapan naif dan berbahaya. Waspadai ditunggangi HTI dengan ideologi khilafah.' - GJI
Persaudaraan Alumni 212 menggelar jumpa pers di Jakarta, Rabu (28/11/2018) memberikan keterangan mengenai rencana kegiatan Reuni 212 di Monas Jakarta pada Minggu 2 Desember 2018. (Foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna)

Jakarta, (Tagar 29/11/2018) - Gerakan Jaga Indonesia (GJI) menduga kegiatan reuni 212 berhubungan erat dengan gerakan politik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mengusung ideologi khilafah.

"Kami menduga aksi reuni 212 yang akan di gelar 2 Desember nanti erat hubungannya dengan gerakan politik HTI yang mengusung ideologi khilafah yang bertentangan dengan Pancasila," ujar Ketua Umum GJI Budi Djarot dalam keterangan tertulis diterima Tagar News, Kamis (29/11).

Sebelumnya, kelompok menamakan diri Persaudaraan Alumni 212 dengan gerakannya berhasil memenjarakan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dalam kasus penistaan agama, berencana menggelar reuni di Monas Jakarta pada 2 Desember 2018 mendatang.

Budi Djarot mempertanyakan tujuan kegiatan reuni tersebut.

"Apa urgensinya digelar aksi Reuni 212? Adakah terkait dengan menjaga keutuhan NKRI, mempertahankan Pancasila sebagai ideologi Negara dan UUD 1945 sebagai sumber hukum positif yang berlaku di Indonesia? Atau sekadar merayakan aksi 212 yang dua tahun lalu berhasil mengumpulkan ribuan umat dengan agenda politik menjatuhkan Gubernur DKI Jakarta?" ujarnya. 

Ia menilai aksi reuni 212 berpotensi membangun sentimen agama dan solidaritas di kalangan umat tertentu. Ia juga mengatakan aksi tersebut bertujuan politik yang dapat membahayakan eksistensi Indonesia sebagai negara dan bangsa merdeka yang bermartabat.

"Kami GJI menilai bahwa aksi reuni 212 sama sekali tidak ada urgensi ke arah menjaga keutuhan NKRI, justru berpotensi membangun sentimen agama dan solidaritas di kalangan umat tertentu untuk tujuan politik tertentu yang dapat membahayakan eksistensi Indonesia sebagai negara dan bangsa merdeka yang bermartabat," ucap Budi Djarot.

"Buat kami keliru kalau ada anggapan bahwa aksi reuni 212 hanya reuni biasa tanpa ada agenda politik di belakangnya. Ini anggapan naif dan berbahaya karena jelas-jelas nanti dalam aksi reuni itu akan muncul simbol atau yel yel yang menyerupai gerakan HTI," lanjutnya. []

Berita terkait
0
Usai Terima Bantuan Kemensos, Bocah Penjual Gulali Mulai Rasakan Manisnya Hidup
Dalam hati Muh Ilham Al Qadry Jumakking (9), sering muncul rasa rindu bisa bermain sebagaimana anak seusianya. Main bola, sepeda.