Gaya Jokowi Vs Donald Trump dalam Twitteran

Beda gaya Presiden Republik Indonesia Jokowi dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam menggunakan Twitter. Masing-masing dengan ciri khas.
Jokowi dan Donald Trump. (Foto: Instagram/Jokowi/Donald Trump)

Jakarta - Beda gaya Presiden Indonesia Jokowi dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam menggunakan Twitter. Jokowi cenderung normatif dan formal, sementara Trump cenderung menyampaikan opini dan kebijakan dengan bahasa tidak formal. 

Perbandingan kedua pemimpin negara dalam Twittteran tersebut disampaikan Direktur Riset Paramadina Public Policy Institute (PPPI) Ika K. Idris.

Penelitian berawal dari pertanyaan apa sebenarnya fokus perhatian Presiden Joko Widodo yang dituangkan dalam sekian banyak cuitan di akun Twitter @jokowi?

Twitter, sebuah platform media sosial yang mampu memuat informasi spesifik dan memungkinkan interaksi dua arah dengan respons cepat. Dan Twitter memang menjadi salah satu platform yang paling populer dipakai para pemimpin dunia.

Pemimpin dunia menggunakan Twitter di antaranya Presiden Indonesia Jokowi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan.

PPPI menggunakan teknologi untuk menganalisis kumpulan isi pesan Jokowi dan Trump di Twitter, mempelajari tujuan komunikasi yang ingin dicapai.

Teknologi tersebut mengumpulkan cuitan Jokowi dan Trump di Twitter, kemudian menganalisisnya.

Penelitian mengamati Twitter @jokowi, menjaring cuitan akun @jokowi mulai 20 Juni 2015 hingga 30 Oktober 2019. Akun @jokowi dibuat sejak 2011.

Kami mengumpulkan keseluruhan cuitan Presiden Jokowi dan menghitung frekuensi kata yang paling banyak muncul.

Alat analisis jaringan percakapan media sosial NodeXL, mencatat akun @jokowi memiliki 12,4 juta pengikut dan telah menyebarkan 2.075 cuitan yang terlihat aktif mulai 2015.

Ternyata tweet @jokowi juga disukai netizen dan banyak dibagikan kembali. Hampir tidak ada postingan yang tidak mendapatkan love.

Jumlah love terbanyak yaitu 82 ribuan. Sementara rata-rata love yang didapatkan adalah 9.914 dengan nilai tengah sebesar 3.729.

Sedangkan jumlah retweet yang paling sedikit didapatkan yaitu sebanyak 190 dan yang paling banyak retweet adalah 35 ribuan. Rata-rata jumlah retweet sebanyak 2.856 dengan nilai tengah sebesar 1.899.

"Kami mengumpulkan keseluruhan cuitan Presiden Jokowi dan menghitung frekuensi kata yang paling banyak muncul," ujar Ika Idris seperti diberitakan Antara, Senin, 4 November 2019.

Ia menjelaskan dalam metode penelitian komunikasi, penghitungan jumlah kata merupakan salah satu teknik dalam menganalisis isi pesan. Frekuensi kemunculan sebuah kata digunakan untuk melihat fokus utama sebuah pesan komunikasi (Riffe, Lacy, dan Fico, 2005). Asumsi yang digunakan adalah semakin sering sebuah kata digunakan maka semakin besar penekanan si pembuat pesan terhadap ide yang mewakili kata tersebut.

"Dalam metode yang kami gunakan, unit analisisnya adalah setiap unit kata. Adapun kata-kata yang berfungsi sebagai kata penghubung seperti 'yang', 'untuk', dan 'dari' kami keluarkan meski mendominasi isi tweet karena fungsinya semata untuk mendampingi kata lain," kata Ika.

Dari 2.075 cuitan, ditemukan sebanyak 43,9 persen atau 911 tweet yang diakhiri dengan insial JKW sebagai penanda bahwa tweet tersebut ditulis sendiri oleh Presiden Jokowi.

Dari hasil perhitungan, ternyata kata yang paling sering muncul adalah kata 'Saya' yang terdapat dalam 574 tweet dan berjumlah 740 kali penyebutan. Kata kedua yang paling banyak digunakan adalah 'Kita' dengan frekuensi 723, diikuti kata 'Indonesia' sebanyak 604 kali.

Pada urutan selanjutnya ada kata 'Tahun' lalu kata 'Hari' diikuti kata 'Selamat', 'Negara', 'Bersama', 'Akan', dan 'Harus'.

Dilihat dari kesepuluh kata tersebut, rupanya komunikasi Presiden Jokowi di Twitter didominasi pesan-pesan formal dan normatif. Misalnya untuk menyampaikan selamat atas peringatan hari-hari besar tertentu atau sekadar menginformasikan peristiwa kunjungan ke berbagai tempat.

"Komunikasi yang cenderung normatif dan formal ini sedikit berbeda, misalnya, dengan Presiden Amerika Donald Trump yang cenderung menyampaikan opini dan kebijakannya di Twitter, bahkan ditulis dengan bahasa non formal," kata Ika.

Untuk Indonesia

Selain itu, Ika juga menganalisis kata-kata apa saja yang digunakan dalam menemani sebuah kata. Sebagai contoh, kata 'Saya' ternyata paling banyak ditemani kata 'Untuk' dan 'Indonesia'. 

"Dengan demikian, melalui pesan di Twitter, Presiden Jokowi seolah ingin menekankan bahwa dia atau apa yang dia kerjakan adalah untuk Indonesia," ujar Ika.

Adapun saat menggunakan kata 'Kita', bukan lagi penekanan kepada Jokowi sebagai subjek, kata yang paling banyak muncul adalah 'Indonesia', 'Untuk', 'Tahun', 'Hari', 'Negara', dan 'Selamat'. Lagi-lagi rangkaian kata-kata tersebut menunjukkan sisi keformalan komunikasi kepala negara, dimana pesan utamanya adalah melakukan sesuatu untuk Indonesia.

Selain kata, teknik yang dapat digunakan untuk menekankan sebuah pesan adalah tagar (#). Dengan adanya tagar, pengguna Twitter dapat dengan mudah melacak cuitan-cuitan yang menggunakan tagar yang sama. Dengan demikian, pengikut Jokowi dapat ikut meramaikan dan membagi informasi dengan topik yang sama. Pada cuitan-cuitannya, Presiden Jokowi terbilang jarang menggunakan tagar.

Penelitian menunjukkan Jokowi paling banyak menggunakan tagar #energikita, tepatnya sebanyak 14 tweet. Tagar ini digunakan utamanya saat menginformasikan energi panas bumi dan energi terbarukan lain. 

"Nampaknya Ppresiden Jokowi ingin diskusi tentang energi terbarukan ini bergulir di Twitter," kata Ika. 

Namun sayang, lanjutnya, isu itu kurang mendapatkan perhatian pengikutnya karena rata-rata hanya dibagikan ulang sebanyak 400-500 kali. Sementara rata-rata retweet Jokowi sebesar 2.800-an. []

Baca juga:

Berita terkait
Catatan Instagram Jokowi Jelang Pelantikan Presiden
Melihat catatan Instagram Jokowi beberapa jam jelang dan beberapa hari sebelum pelantikan presiden pada Minggu, 20 Oktober 2019.
Twitter Larang Iklan Politik Jelang Pilpres AS
Menjelang pemilihan presiden (Pilpers) di Amerika Serikat tahun depan, Twitter mengeluarkan larangan pemasangan iklan politik
We Want Susi Menggema di Twitter
Susi Pudjiastuti sedang menjadi perbincangan hangat warganet di linimasa Twitter. Tagar #WeWantSusi trending topic.