Jakarta, (Tagar 28/7/2018) - Gerhana bulan peristiwa ketika bumi sejajar di antara bulan dan matahari. Akibatnya bayangan bumi menutup bulan sehingga terjadi gerhana bulan, sebagaimana pada 28 Juli 2018 terjadi gerhana bulan total atau juga disebut super blood moon.
Sejumlah warga yang tinggal di wilayah Pulau Bali dilaporkan Antara mengaku antusias saat menyaksikan fenomena alam gerhana bulan total yang terjadi pada Sabtu (28/7) dini hari.
"Saya sengaja menunggu peristiwa alam gerhana bulan total ini dari Jumat malam dan mengajak anak saya untuk ikut menyaksikan," ujar Sulistyowati, warga yang tinggal di wilayah Kerobokan, Badung.
Ia mengaku ingin mengetahui bagaimana kondisi bulan saat terjadinya fenomena super blood moon yang kali ini merupakan kejadian dengan durasi waktu gerhana terlama yang terjadi dalam waktu sekitar 100 tahun sekali.
Foto kombo fase gerhana bulan total "Micro Blood Moon" terlihat di Jakarta, Sabtu (28/7/2018). Gerhana bulan tersebut merupakan yang terlama pada abad ini dengan durasi sepanjang 103 menit dan seluruh proses gerhana sekitar 6,5 jam. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)
"Tapi sayang langitnya berawan saat bulan mencapai fase puncak gerhana, yang informasinya akan berwarna merah darah. Jadi, tidak bisa melihat puncak gerhananya," katanya.
Hal sama dikatakan Aditya, warga yang tinggal di kawasan Akasia, Denpasar.
Awalnya ia memang sudah menantikan fenomena alam gerhana bulan total tersebut, namun ia sedikit kecewa karena langit tertutup awan sehingga gerhana bulan total tidak dapat diamati.
"Ya karena setelah ditunggu saat bulan tidak terlihat, saya memilih untuk kembali masuk ke rumah dan tidak jadi menyaksikan peristiwa gerhana," ujarnya.
Baca juga: Mitologi Gerhana Bulan di Asia, Amerika, Eropa
Foto kombo fase gerhana bulan total "Micro Blood Moon" terlihat di Jakarta, Sabtu (28/7/2018). Gerhana bulan ini merupakan yang terlama pada abad ini dengan durasi sepanjang 103 menit dan seluruh proses gerhana sekitar 6,5 jam. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)
Komang Asih warga yang tinggal di kawasan Penatih, Denpasar, mengatakan awan yang menutupi langit juga membuatnya tidak dapat menyaksikan seluruh fase dari gerhana bulan total.
"Awal gerhana itu langit masih cerah. Gerhana bulan total terlihat hingga bulan sudah tertutup sekitar seperempat bagian. Namun, saat itu awan mulai menutupi bulan. Hingga akhirnya bulan bisa kelihatan lagi ketika fase gerhana bulan total yang katanya terlama ini sudah selesai. Saya tidak dapat melihat bulan berwarna merahnya," katanya.
Kondisi cuaca berawan sejak Jumat malam di Denpasar. Fase terjadinya gerhana bulan total juga tidak dapat diamati seluruhnya akibat tertutup awan, bahkan hujan rintik-rintik juga sempat membasahi sejumlah wilayah di Denpasar dan Badung.
Fase puncak gerhana bulan total "Micro Blood Moon" terlihat di Jakarta, Sabtu (28/7/2018). Gerhana bulan ini merupakan yang terlama pada abad ini dengan durasi sepanjang 103 menit dan seluruh proses gerhana sekitar 6,5 jam. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)
Sesekali gerhana bulan dapat diamati dengan Planet Mars yang tampak berada dekat dengan bulan karena pada saat yang sama juga terjadi fenomena oposisi Planet Mars yaitu, posisi Mars dan Bumi berada di jarak terdekat sehingga Mars tampak seperti bintang kemerahan yang paling terang.
Gerhana bulan merah darah pada 28 Juli berlangsung selama satu jam 42 menit. Lebih lama dibandingkan gerhana bulan biasa yang terjadi selama sekitar 60 hingga 70 menit.
Foto kombo fase gerhana bulan total "Micro Blood Moon" terlihat di Jakarta, Sabtu (28/7/2018). Gerhana bulan ini merupakan yang terlama pada abad ini dengan durasi sepanjang 103 menit dan seluruh proses gerhana sekitar 6,5 jam. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)
Langka
Muhamad Sadly Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, peristiwa gerhana bulan yang terjadi pada 28 Juli 2018 dini hari merupakan peristiwa langka, karena merupakan gerhana bulan total terlama pada abad ke-21.
"Gerhana dimulai ketika piringan bulan memasuki penumbra bumi pukul 00.13 Wib. Bulan terlihat memerah dan mencapai puncak gerhana bulan pada pukul 03.22 Wib," kata Sadly di sela-sela pemantauan gerhana bulan total di Gedung A BMKG, Jakarta, Sabtu dini hari.
Foto kolase Planet Mars terlihat saat terjadinya fenomena gerhana bulan total di langit Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (28/7). Gerhana bulan total tahun ini merupakan fenomena langka karena terjadi selama 1 jam 43 menit atau merupakan gerhana terlama yang terjadi di abad ini. (Foto: Antara/Dedhez Anggara)
Sadly mengatakan piringan bulan berwarna merah saat gerhana bulan total disebabkan cahaya matahari yang dihamburkan atmosfer bumi, kemudian cahaya merahnya diteruskan ke bulan.
Peristiwa bulan merah berakhir pukul 04.13 Wib ketika piringan bulan kembali memasuki penumbra bumi. Gerhana bulan selesai pukul 06.30 ketika bulan meninggalkan penumbra bumi.
"Proses gerhana bulan terjadi selama enam jam 17 menit, dengan gerhana bulan total mencapai 103 menit merupakan yang terlama hingga lebih dari 100 tahun ke depan," tuturnya.
Foto kombo fase gerhana bulan total terlihat di Kota Padang, Sumatera Barat, Sabtu (28/7/2018) dini hari. Gerhana bulan total "Micro Blood Moon" ini merupakan yang terlama pada abad ini, dengan total waktu termasuk fase penumbra dan parsial selama enam jam lebih. (Foto: Antara/Iggoy el Fitra)
Gerhana bulan total dengan fase totalitas lebih lama akan terjadi pada 9 Juni 2123, yaitu mencapai 106 menit. Namun, peristiwa tersebut tidak akan dapat teramati dari Indonesia.
Gerhana bulan total dengan fase totalitas yang lebih lama dan dapat diamati dari Indonesia baru akan terjadi lagi pada 19 Juni 2141, mencapai 106 menit.
"Mengingat peristiwa ini langka, BMKG melakukan pengamatan di 24 lokasi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke," ujarnya.
Foto kombo fase gerhana bulan total terlihat di Kota Padang, Sumatera Barat, Sabtu (28/7) dini hari. Gerhana bulan total "Micro Blood Moon" ini merupakan yang terlama pada abad ini, dengan total waktu termasuk fase penumbra dan parsial selama enam jam lebih. (Foto: Antara/Iggoy el Fitra)
Terlama
Bintoro Anang Subagyo pakar fisika teori Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, menyebut gerhana bulan total yang terjadi di Indonesia pada Sabtu, (28/7) merupakan fase totalitas terlama sepanjang abad terakhir.
Ia mengatakan, berdasarkan siklus gerhana bulan dengan fase totalitas terlama akan kembali terjadi pada 9 Juni 2123 dengan durasi 106 menit. Hal ini serupa super blue blood moon pada Januari lalu, yang akan kembali terulang 100 tahun kemudian.
"Ini merupakan kali kedua fenomena gerhana bulan langka yang mampu diamati di Indonesia," ujarnya.
Foto kombo fase Gerhana Bulan Total atau "Blood Moon" terlihat dari kawasan Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (28/7/2018) dini hari. Gerhana Bulan ini merupakan yang terlama pada abad ini dengan durasi sepanjang 103 menit dan seluruh proses gerhana sekitar 6,5 jam. (Foto: Antara/Aprillio Akbar)
Ia menjelaskan, durasi waktu yang cukup panjang ini dikarenakan lintasan bulan pada saat itu hampir mendekati garis tengah lingkaran bayangan gelap (umbra) bumi, sehingga bulan akan berada dalam bayangan tersebut dalam waktu relatif lebih lama.
Fenomena aphelion, yaitu bumi berada pada titik terjauh dari matahari yang terjadi bulan Juli ini juga diduga menjadi penyebabnya.
"Saat puncak gerhana itu berlangsung, jarak bumi-matahari lebih dekat sekitar 184 ribu km daripada saat aphelion, atau menjadi sejauh 151,8 juta km," tutur Bintoro.
Foto kombo fase Gerhana Bulan Total atau "Blood Moon" terlihat dari kawasan Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (28/7/2018) dini hari. Gerhana Bulan ini merupakan yang terlama pada abad ini dengan durasi sepanjang 103 menit dan seluruh proses gerhana sekitar 6,5 jam. (Foto: Antara/Aprillio Akbar)
Layaknya gerhana bulan pada umumnya, gerhana 28 Juli dini hari dapat disaksikan dengan mata telanjang.
"Tidak perlu menggunakan kaca mata seperti saat gerhana matahari," ucapnya.
Siklus 100 Tahun
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) juga menyatakan bahwa gerhana bulan total atau super blood moon pada 28 Juli 2018 sebagai terlama yang terjadi dalam waktu 100 tahun sekali.
Emanuel Sungging Kepala Bidang Diseminasi Lapan, mengatakan gerhana ini sebagai terlama atau akan terjadi lagi pada 2100 dengan posisi bulan di tengah-tengah bayangan bumi.
Gerhana bulan total atau "Blood Moon" terlihat dari kawasan Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (28/7/2018) dini hari. Gerhana Bulan ini merupakan yang terlama pada abad ini dengan durasi sepanjang 103 menit dan seluruh proses gerhana sekitar 6,5 jam. (Foto: Antara/Aprillio Akbar)
Gerhana bulan, katanya, fenomena alam setiap tahun. Peristiwa itu ketika bumi sejajar di antara bulan dan matahari.
Akibatnya, kata dia, bayangan bumi menutup bulan sehingga terjadi gerhana bulan, sebagaimana pada 28 Juli 2018, terjadi gerhana bulan total.
Gerhana bulan merah darah pada 28 Juli selama satu jam 42 menit, sedangkan gerhana bulan biasa sekitar 60 hingga 70 menit.
Warga menyaksikan pemandangan planet Mars berdampingan dengan gerhana bulan total terlihat di Kota Padang, Sumatera Barat, Sabtu (28/7/2018) dini hari. Gerhana bulan total "Micro Blood Moon" tersebut merupakan yang terlama pada abad ini, dengan total waktu termasuk fase penumbra dan parsial selama enam jam lebih. (Foto: Antara/Iggoy el Fitra)
Emanuel menuturkan gerhana bulan merah darah terjadi mulai pukul 01.25 hingga 05.19 Wib dengan gerhana total pada pukul 02.30 hingga 04.13 Wib, sedangkan puncak gerhana bulan total pada pukul 03.21 Wib.
Tidak seperti gerhana matahari, kata dia, gerhana bulan aman untuk disaksikan dengan mata secara langsung.
Ia menjelaskan pada waktu yang sama, terjadi fenomena oposisi Planet Mars, di mana planet itu dan Bumi berada di jarak terdekat sehingga akan tampak seperti bintang kemerahan paling terang di antara bintang-bintang lainnya. []