Filosofi Ketupat Dalam Halalbihalal RT

Filosofi ketupat dalam halalbihalal RT. Ini kisah tradisi halalbihalal di sebuah RT di Jakarta berlangsung sejak tahun 1970an.
Ilustrasi Ketupat. (Foto: Vemale)

Jakarta, (Tagar 16/6/2018) – Kursi berderet rapi di sepanjang gang di Pisangan Baru Timur III RT 02 RW 15 Jakarta Timur pada malam pertama Lebaran, Jumat (15/6). Tak berapa lama setelah azan Isya berkumandang dari masjid terdekat, satu persatu warga keluar rumah, menempati kursi-kursi itu.

Mereka akan menggelar halalbihalal, bersilaturahmi dengan tetangga. Tradisi hari raya Idul Fitri yang sudah berlangsung sejak tahun 1970an dan masih dipelihara hingga sekarang.

Aisyah (85) seorang sesepuh setempat bercerita, "Waktu itu Pak Warijo Ketua RT, dan Pak Tasrip sekretaris RT. Mereka membuat gagasan halalbihalal Idul Fitri ini."

Ia mengenang mula pertama diadakan halalbihalal Idul Fitri di sini. Warijo Ketua RT yang ia sebut itu seorang kristiani, sedangkan Tasrip adalah suaminya, seorang muslim. Warijo dan Tasrip sudah meninggal dunia.

Hubungan antarpribadi di RT ini, katanya, dari zaman ke zaman memang cair dan hangat. Perbedaan agama bukan halangan untuk berakrab-akrab satu sama lain.

"Coba bayangkan kalau pas Lebaran, kita saling mendatangi ke rumah-rumah. Ada 22 rumah di sini. Ada yang mudik, ada yang tidak. Katakan 10 rumah menyediakan minuman, dengan tulus ikhlas menyediakan ketupat dan opor ayam, apa sanggup kita menghabiskan itu semua. Sedangkan kalau dihidangkan minuman dan makanan, belum lagi kue-kue, kalau kita nggak makan, nanti dianggap tidak sopan," ujar Gunadi, tokoh masyarakat setempat.

Gunadi seorang kristiani, seorang guru, pernah jadi Ketua RW. Ia menjelaskan landasan sederhana ide awal dibuat halalbihalal Lebaran. Ia juga menekankan perlunya halalbihalal yang sudah dirintis pendahulunya ini dilestarikan seterusnya, selamanya.

Ia mengatakan, hanya di RT ini tradisi halalbihalal yang dilangsungkan pada hari pertama Idul Fitri yang masih bertahan. RT-RT lain di sekitarnya ada yang mengadakan halalbihalal seminggu setelah Lebaran dengan beragam alasan di antaranya banyak warganya yang mudik.

"Kami konsisten halalbihalal di hari pertama Lebaran. Ada yang mudik atau tidak, halalbihalal tetap dilakukan di hari pertama. Ya gimana. Kalau menunggu seminggu, nanti ketemu di jalan nggak enak," katanya terkekeh.

Sementara pada hari Natal, karena pemeluk Kristen di sini bisa dihitung dengan jari, biasanya masing-masing membuat hidangan di rumah dan para tetangga yang muslim berdatangan, turut merayakan kebersamaan dan kebahagiaan bersama.

***

Sekitar pukul 19.30 Wib acara halalbihalal dimulai. Deretan kursi yang tadinya kosong kini sudah terisi penuh. Warga yang datang belakangan karena baru saja bepergian untuk suatu urusan, tidak mendapat kursi, warga lain sigap mengambil kursi dari rumahnya untuk warga yang baru datang itu.

Di teras rumah seorang warga, tampak kesibukan beberapa ibu menyiapkan hidangan mi ayam dan bakso.

Jono Ketua RT berdiri di depan rumah itu, dengan pengeras suara ia membuka acara dengan ucapan salam dan kata sambutan singkat. Ia kemudian meminta kesediaan Gunadi menyampaikan kata sambutan. Setelah itu langsung ke inti acara, para sepuh berdiri, yang muda-muda bergerak perlahan dalam antrean panjang, menyalami para sepuh, sampai lengkap semua antarwarga berjabat tangan.

Para warga kemudian ke rumah Aisyah, menyalami Aisyah yang duduk di sofa ruang tamu. Aisyah pada tahun-tahun sebelumnya selalu keluar rumah untuk halalbihalal, namun tahun ini kondisi kesehatannya sedang sangat menurun, sehingga ia memilih menunggu di rumah.  

Seorang warga bernama Fia (42) bercerita, halalbihalal tahun ini terlalu simpel namun tetap khidmat. Tahun-tahun sebelumnya, katanya, prosesi halalbihalal Lebaran biasanya dibuka oleh pembawa acara, dilanjutkan pembacaan ayat suci Alquran dan terjemahan, kemudian kata sambutan Ketua RT dan Ketua RW, dilanjut pembacaan doa, saling bersalaman antarwarga, terakhir ramah-tamah sambil makan-makan.

Ia mengkritisi anak-anak muda yang kurang aktif, sehingga tradisi yang sudah baik menjadi kurang sempurna dalam pelaksanaannya. Ia juga menyebut ada warga yang tidak mau keluar rumah, tidak mau membaur dengan sekitar.

***

Terlepas dari segala kekurangan, yang juga layak digarisbawahi adalah paparan Gunadi saat menyampaikan kata sambutan. Yaitu tentang filosofi ketupat bersumber dari kearifan Wali Songo.

Berikut petikan selengkapnya:

"Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan sejarah ketupat atau kupat pada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda (setelah), yaitu bakda Lebaran dan bakda Kupat yang dimulai seminggu sesudah Lebaran.

Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau Kupat merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.

Tradisi sungkeman merupakan implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.

Laku Papat yaitu Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan.

Lebaran artinya sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa.

Luberan, meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah.

Leburan. Sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Laburan berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.

Filosofi Kupat dan Lepet. 

Kupat kenapa mesti dibungkus janur? Janur diambil dari bahasa Arab Ja'a nur (telah datang cahaya). Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat hati manusia. Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki. Kenapa? karena hatinya sudah dibungkus cahaya (ja'a nur).

Lepet artinya silep kang rapet. Mangga dipun silep ingkang rapet, mari kita kubur atau tutup yang rapat. Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet." (af)

Berita terkait
0
Lionel Messi Bawa Bisnis Bagus untuk PSG
Presiden PSG, Nasser al Khelaifi, mengkonfirmasi kepada MARCA bahwa Leo telah menguntungkan di musim pertamanya di PSG