Filipina Nyatakan Capai Kesepakatan dengan Beijing Terkait Laut China Selatan

Bagaimanapun juga, pengaturan tersebut tidak termasuk menyetujui kapal-kapal China melakukan inspeksi “di tempat”
FILE: Bendera Filipina berkibar dari BRP Sierra Madre, kapal Angkatan Laut Filipina yang kandas sejak 1999 dan jadi detasemen militer Filipina di Second Thomas Shoal yang disengketakan, bagian dari Kepulauan Spratly, di Laut China Selatan 29/3/2014. (Foto: voaindonesia.com/Erik De Castro/REUTERS)

TAGAR.id - Filipina mencapai kesepakatan dengan Beijing seputar misi pasokan ulang untuk tentara yang berada di atas kapal angkatan laut yang kandas di Laut China Selatan, tetapi tidak akan tunduk pada inspeksi China, demikian menurut seorang pejabat tinggi keamanan, Rabu (24/7/2024).

Filipina dan China, yang berulang kali telah berselisih di laut pada tahun lalu, telah mencapai “kesepakatan sementara” mengenai misi pasokan ke kapal di pulau kecil Second Thomas Shoal, ketika kedua belah pihak sepakat untuk meredakan ketegangan dan mengelola perbedaan.

Penasihat keamanan nasional Filipina Eduardo Ano mengatakan, bagaimanapun juga, pengaturan tersebut tidak termasuk menyetujui kapal-kapal China melakukan inspeksi “di tempat”. Kedutaan Besar China di Manila belum menanggapi permintaan komentar.

China telah lama jengkel dengan misi Filipina terhadap kontingen kecil pasukannya di atas kapal Sierra Madre yang berkarat itu dan sengaja dikandaskan pada tahun 1999 untuk memperkuat klaim teritorial Manila atas serangkaian kepulauan terpencil itu.

“Tidak ada inspeksi di tempat seperti itu. Apa yang disepakati kedua belah pihak benar-benar merupakan pemahaman bersama,” kata Ano dalam sebuah forum.

BRP Sierra Madre di Second Thomas ShoalFILE: BRP Sierra Madre di Second Thomas Shoal yang diperebutkan, yang secara lokal dikenal sebagai Ayungin, di Laut China Selatan, 9/3/2023. (Foto: voaindonesia.com/ REUTERS)

Ano menambahkan bahwa rincian dari kesepakatan tersebut akan dirahasiakan kecuali kedua belah pihak setuju untuk mempublikasikannya.

“Kedua belah pihak sepakat bahwa ketegangan akan dikurangi ... untuk mencegah pertempuran, apa pun yang dapat menyebabkan cedera, membahayakan tentara atau siapa pun,” kata Ano.

“Kami tidak menyepakati apa pun yang akan melemahkan posisi kami,” tambahnya. China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, termasuk wilayah zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei. Pada tahun 2016, pengadilan yang berbasis di Den Haag mengatakan bahwa klaim luas China tidak memiliki dasar di bawah hukum internasional, sebuah keputusan yang ditolak oleh Beijing.

Dengan dukungan dari sekutu perjanjian pertahanan Amerika Serikat, Filipina telah lebih berani dalam mempertegas keberadaannya di Laut China Selatan, terlibat dalam patroli bersama dan latihan serta mengerahkan kapal-kapal ke daerah-daerah ZEE-nya di mana China sejak lama mempertahankan kehadiran penjaga pantainya yang besar.

Kapal-kapal dari kedua pihak bentrok pada tahun lalu dan pertikaian diplomatik yang memanas terjadi dengan frekuensi yang semakin meningkat, sehingga memicu kekhawatiran regional bahwa sebuah insiden dapat meningkat dan memicu konflik di jalur perdagangan yang penting ini.

Filipina dan Amerika Serikat menuduh China melakukan agresi yang melanggar hukum, sementara Beijing marah atas apa yang dilihatnya sebagai provokasi yang disengaja, perambahan wilayah, dan campur tangan AS. (my/jm)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
China dan Filipina Capai Kesepakatan untuk Hentikan Bentrokan di Laut China Selatan
Kesepakatan penting itu tercapai hari Minggu (21/7/2024), setelah serangkaian pertemuan antara para diplomat Filipina dan China di Manila
0
Filipina Nyatakan Capai Kesepakatan dengan Beijing Terkait Laut China Selatan
Bagaimanapun juga, pengaturan tersebut tidak termasuk menyetujui kapal-kapal China melakukan inspeksi “di tempat”