Fenomena Matahari Terbenam di Seluruh Dunia

Fenomena matahari terbenam di seluruh dunia selama berbulan-bulan.
Ilustrasi. (Foto: Istimewa)

Jakarta, (Tagar 27/12/2018) - 22 Desember 2018 akan diingat selalu oleh masyarakat Banten dan Lampung. Gelombang tsunami berhasil menyapu daerah pesisir, tak ayal ratusan rumah dan beberapa nyawa melayang.

Kejadian ini mengingatkan letusan Gunung Krakatau pada 1883, salah satu letusan vulkanik paling mematikan sepanjang sejarah. Dilansir dari penelitian di Departemen Ilmu Geologi San Diego State University, setidaknya ada 36.417 korban jiwa akibat letusan dari letusan Gunung Krakatau pada 1883. 

Dilansir dari Penelitian Rogier Diederik Marius Verbeek pada 1884 berjudul The Krakatoa Eruption, letusan Gunung Krakatau adalah ledakan lateral atau aliran piroklastik. 

Pada 27 Agustus 1883, hujan abu panas turun di daerah Ketimbang yang sekarang bernama Katibung di Provinsi Lampung. Ribuan orang meninggal di Sumatera dan hampir tak ada korban selamat di Pulau Sebesi.

Kota Merak yang berada di Banten hancur oleh tsunami. Selain itu, tsunami ini berdampak sepanjang 40 kilometer pantai utara Sumatera. Tak hanya di lokasi kejadian, guncangan tsunami juga dirasakan oleh kapal yang berlayar di Afrika selatan.

Setelah kejadian, ada banyak mayat para korban yang mengambang di lautan selama berbulan-bulan. Tsunami ini terjadi akibat aliran piroklastik di lautan. Gelombang tsunami yang kecil sampai muncul di sebuah selat di Inggris.

Letusan Gunung Krakatau menyebabkan pulau-pulau kecil di sekitar Gunung Krakatau menghilang, kecuali tiga pulau di bagian selatan.

Setelah letusan Gunung Krakatau, suhu rata-rata musim panas bumi di belahan utara turun hingga 1,2°C. Cuaca pun kacau hingga bertahun-tahun. Sementara itu, suhu tak kembali normal hingga 1888. Curah hujan di California Selatan dan Los Angeles pun meningkat.

Letusan Gunung Krakatau menyumbangkan gas sulfur dioksida (SO2) yang luar biasa tinggi ke lapisan stratosfer. Kemudian senyawa ini disebarkan oleh angin ke seluruh planet dan meningkatkan asam sulfat (H2SO4).

Pada 1883, akibat letusan Gunung Krakatau langit di seluruh dunia menjadi gelap selama bertahun-tahun, abu yang bertebaran di seluruh dunia. Kejadian ini, membuat fenomena matahari terbenam di seluruh dunia selama berbulan-bulan. 

Seniman Inggris William Ashcroft membuat ribuan sketsa warna matahari terbenam merah di belahan dunia, akibat letusan Gunung Krakatau pada tahun-tahun berikutnya.

Abu yang membuat warna matahari jadi seakan tambah hidup ini pun sempat membuat pemadam kebakaran di New York, Poughkeepsie, dan New Haven terkecoh untuk memadamkan api yang tampak. 

Dilansir dari The Age, pada 2004 seorang astronom menyampaikan, langit merah yang diperlihatkan dalam lukisan Edvard Munch pada 1893 bernama The Scream, merupakan penggambaran akurat langit di atas Norwegia setelah letusan. []

Berita terkait
0
AS Mulai Terapkan Larangan Impor Barang dari Xinjiang
AS terapkan larangan impor barang produksi dari wilayah Xinjiang, China, kini mulai diberlakukan dengan alasan ada genosida di sana