TAGAR.id - Ketika banyak orang di Amerika Serikat (AS) mulai menjajaki cara menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk membuat hidup mereka lebih mudah, musuh-musuh AS dan geng-geng kriminal juga mulai bergerak maju dengan rencana untuk mengeksploitasi teknologi tersebut dengan mengorbankan warga AS.
Direktur Biro Penyelidik Federal AS (Federal Bureau of Investigation/FBI), Christopher Wray, mengeluarkan peringatan tersebut pada Senin, 18 September 2023, dalam sebuah konferensi keamanan siber di Washington bahwa kecerdasan buatan, atau AI, “sudah siap untuk disalahgunakan.”
“Penjahat dan pemerintah asing yang bermusuhan sudah mengeksploitasi teknologi tersebut,” kata Wray, tanpa menjelaskan secara spesifik.
“Meskipun AI generatif dapat menghemat waktu masyarakat yang taat hukum dengan mengotomatisasikan tugas-tugasnya, AI generatif juga dapat mempermudah pelaku kejahatan untuk melakukan hal-hal seperti menghasilkan deepfake (manipulasi penampilan wajah) dan kode-kode berbahaya serta dapat menyediakan alat bagi pelaku penipuan untuk mengembangkan sistem yang semakin kuat, canggih, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan), dan kemampuan yang terukur,” katanya.
Para pejabat FBI, misalnya, pada Juli 2023 memperingatkan bahwa ekstremis kekerasan dan teroris telah bereksperimen dengan AI untuk membuat bahan peledak dengan lebih mudah.
Mereka mengatakan semakin banyak penjahat yang tampaknya tertarik pada teknologi untuk melakukan segala hal, mulai dari kejahatan kecil hingga pencurian uang. Namun, China adalah negara yang menjadi penyebab utama kekhawatiran ini.
Para pejabat Badan Keamanan Nasional (National Security Agency/NSA) telah memperingatkan bahwa Beijing mulai menggunakan AI untuk menyebarkan propaganda melalui saluran berita palsu tahun lalu.
“Ini hanyalah puncak gunung es,” kata David Frederick, asisten wakil direktur NSA untuk China, pada pertemuan puncak keamanan siber sebelumnya bulan ini. “Kecerdasan buatan akan memungkinkan operasi pengaruh jahat yang lebih efektif,” tambahnya.
Kekhawatiran seperti ini didukung oleh perusahaan-perusahaan keamanan siber swasta. Microsoft, misalnya, pada awal bulan ini memperingatkan bahwa para aktor dunia maya yang terkait dengan China telah mulai menggunakan AI untuk menghasilkan “konten yang menarik perhatian” untuk upaya disinformasi yang telah menarik perhatian para pemilih di AS.
“Kita memperkirakan China akan terus menyempurnakan teknologi ini dari waktu ke waktu, meskipun masih harus dilihat bagaimana dan kapan China akan menerapkannya dalam skala besar,” kata Microsoft.
Sementara itu, China telah berulang kali membantah tuduhan bahwa pihaknya menggunakan AI secara tidak patut. (lt/rs)/voaindoneia.com. []